Diammu Membunuhku

Setelah hukuman Lyra berakhir, dirinya pun bisa kembali masuk kuliah. Dion beserta Santi begitu merindukannya dan langsung menunggunya di gerbang masuk.

"Selamat datang kembali Lyra sayang.." ucap Santi.

"Terimakasih Santi." ucap Lyra.

"Karena kau sudah kembali, akhirnya grup ini kembali lengkap." ucap Dion.

"Iya.." ucap Lyra.

Mereka pun berbicara sambil berjalan menuju kelas. Santi pun menceritakan segala yg terjadi saat Lyra tak hadir di kampusnya. Mereka juga kini bisa tertawa bersama dan Fero hanya mampu menatapnya dari kejauhan.

Lyra juga sudah menceritakan segalanya pada kedua sahabatnya tersebut, terutama masalah Fero. Dirinya juga bercerita soal donatur yg mau membiayainya dari kenalan bunda Jasmine.

Kehidupannya pun kembali seperti semula, belajar, bermain bersama Dion dan Santi, dan kembali ke yayasan. Tapi Candy masih menerima hukumannya dan kembali geram setelah mendapat kabar kalau Lyra masih bisa berkuliah disana.

"Arggghhh.. kenapa sih si miskin itu masih saja ada yg menolongnya.!!" umpatnya kasar sembari membanting ponselnya ke kasur.

Begitulah Candy pun tak bisa berkutik lagi setelah ancaman dari bu Ningsih selaku pimpinan dan pemilik universitas. Hingga akhirnya dirinya kembali masuk kuliah setelah masa skors nya berakhir. Kini ia hanya bisa melihat Lyra dan teman-temannya tertawa tanpa bisa mengganggunya lagi.

Mungkin saat ini Lyra berfikir masalah sudah selesai, tapi ternyata belum. Dirinya kerap masih diawasi oleh Ningsih. Apalagi saat Fero diam-diam menemuinya.

"Lyra.." ucap Fero.

"Kak Fero, ada apa?" tanya Lyra.

"Aku ingin meminta maaf." ucap Fero.

"Oke.. sudah kumaafkan.. sekarang lebih baik kita menjaga jarak." ucap Lyra.

"Lyra benar, lebih baik kakak tak mendekatinya sebelum Lyra dihukum lagi." ucap Dion yg geram dengan sikap bu Ningsih.

"Ini demi kebaikan kalian berdua, lebih baik begitu kak.." ucap Santi.

"Ayo Lyra kita cabut dari sini.." ucap Dion menarik Lyra dan Santi.

Lyra pun mengikuti Dion dan pergi dari sana bersama Santi. Fero pun terdiam dengan nasib percintaannya yg terhalang restu. Jika dilanjutkan ia yakin Lyra bisa ditendang dari sana. Dan pastinya akan ada masalah yg dibuat-buat oleh ibunya agar Lyra pergi.

Fero pun menarik nafas panjang, lalu Candy mendekatinya.

"Kak, ngapain sih masih aja deketin Lyra.." ucap Candy.

"Bukan urusanmu." ucap Fero dingin.

"Iya memang, tapi kan kasian juga si Lyra kalau bu Ningsih macem-macem ke dia." ucap Candy lalu berlalu.

Candy pun tersenyum, dalam hatinya ia berkata kalau dirinya tak bisa bersama Fero maka Lyra juga tak boleh bersamanya.

☘☘☘

Suatu hari, Robert pun mengunjungi yayasan Jasmine dan melihat bagaimana kondisinya. Jasmine pun senang melihat ayahnya kembali mengunjunginya karena dirinya hampir tak pernah menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri. Bukan tanpa alasan tapi karena trauma yg ia derita saat ibu kandung berserta kekasihnya diberi racun pada makanan mereka hingga nyawanya tak tertolong.

Sementara Robert, dirinya sudah semakin tua dan hanya Jasmine anaknya yg masih menghormatinya dan tak mengharapkan apapun. Dirinya juga sudah salah karena membiarkan Jasmine hidup sederhana di panti asuhan milik istrinya.

"Bagaimana kabarmu nak?" tanya Robert.

"Baik ayah.. Ayah sendiri ?" balas Jasmine.

"Ayah baik-baik saja.. hanya saja ayah kesepian di rumah besar itu." ucap Robert.

"James?" tanya Jasmine.

"Anak kurang ajar itu sudah lama meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen miliknya." ucap Robert.

"Itu karena ayah terlalu keras padanya." ucap Jasmine.

"Memang benar aku keras padanya, itu karena dia memilih calon yg salah." ucap Robert.

"Aku memang tak mengenal kekasihnya, tapi apakah ayah tak ingin membuka hati untuk menerima hubungan mereka?" tanya Jasmine.

"Jasmine, aku tak bisa memercayai Camila. Tadinya aku ingin Lyra, tapi aku tak ingin menjadi kakek tua yg menyeramkan dimatanya." ucap Robert.

"Baguslah jika ayah menyadarinya.." ucap Jasmine.

"Jasmine, kau saja yg memegang kendali segalanya.. selain itu kau pasti bisa memenuhi kebutuhan yayasan ini terutama anak asuhmu." ucap Robert.

"Ayah, aku tak mau harus selalu waspada dan bertarung setiap saat dengan saudaraku." ucap Jasmine.

"Ayolah nak, tolong ayahmu.. James itu keras kepala dan sulit diatur." ucap Robert.

"Anak itu keras kepala karena mirip ayah." ucap Jasmine tersenyum.

"Tapi aku tahu mana yg benar dan yg tidak." ucap Robert.

"Benarkah? lalu bagaimana dengan istri kedua ayah?" tanya Jasmine.

"Dia hanya mantan." ucap Robert sudah salah bicara.

"Aku bahkan tak bisa menginjakkan kaki dirumahku sendiri karena wanita itu." ucap Jasmine.

"Nak, sudahlah.. lupakan masa lalu.. hiduplah dengan damai." ucap Robert.

"Baiklah." ucap Jasmine.

Mereka berdua pun berbincang lama karena Robert butuh teman bicara. Dan hanya Jasmine yg masih mendengarkannya. Sementara Eva anak tirinya, selalu membahas harta dan harta persis seperti ibunya.

Robert pun berada di yayasan hingga sore hari dan bertemu dengan Lyra. Lyra pun menyapa dan berterimakasih secara langsung padanya. Robert pun kini bisa melihat pancaraan bahagia dari mata Lyra dan senang melihat anak itu bisa kembali melanjutkan pendidikannya. Tak ada bahasan mengenai perjodohan atau semacamnya karena Robert tau Lyra pasti ketakutan dan akan menganggapnya jahat.

Robert pun pulang ke rumahnya setelah puas berada di yayasan. Dirinya baru sadar kalau Jasmine bisa betah di tempat tersebut karena ada ketenangan dan kebahagiaan dari anak-anak asuhnya. Robert juga menyadari banyak energi positif yg terdapat di tempat tersebut. Mulai dari staf yg bekerja disana hingga keceriaan anak-anak asuh Jasmine.

Sementara itu, Robert kembali memikirkan ucapan Jasmine tentang membuka hati untuk Camila dan James bersama. Dirinya pun meminta anak buahnya untuk mengawasi keduanya, walaupun hubungan mereka sudah berakhir tapi James masih saja membenci Robert dan tak ingin kembali pulang.

"Haruskah aku memberi mereka berdua kesempatan??" gumam Robert dalam hati.

Robert pun sedang menimbang-nimbang dan melihat laporan anak buahnya setiap hari mengenai James dan Camila. Hingga akhirnya ia memberi kesempatan pada keduanya untuk menjalin sebuah hubungan.

Usia Robert yg tak lagi muda membuatnya harus memikirkan penerus perusahaannya. Dan hanya James satu-satunya yg bisa ia percaya. Sementara Eva dan Ferdinan putranya, sungguh tak bisa ia percayai. Dan Jasmine, ia sudah meninggalkan kehidupannya dan juga melepas nama Clinton untuk hidup dengan damai.

James yg mendengar kabar tersebut pun senang bukan main. Dirinya pun akhirnya bisa berbaikan dengan Camila. Mereka bisa kembali melanjutkan hubungannya dan hidup bahagia. Tapi bagi Camila, James hanyalah sumber harta karun. Walaupun mencintai James, tapi Camila juga tak menampik kalau harta keluarga Clinton adalah tujuan utamanya.

"Akhirnya kakek tua itu menyerah juga." gumam Camila dalam hati.

Camila pun senang karena akhirnya bisa diterima di keluarga Clinton. Apalagi setelah tahu kalau James akan menjadi penerus utama perusahaan Clinton. Sudah dipastikan ia tak perlu bekerja siang dan malam demi kehidupan glamornya.