Secret Wedding ( Jimmy & Alisa )

Malam harinya, Jimmy terbangun dengan masih tertidur di atas meja belajar. Dia melihat tak ada satu buku pun di meja itu, bahkan Alisa pun sudah tak nampak disana.

Jimmy bangkit, dia melihat keluar jendela. Dia terkejut ternyata hari sudah malam, dia meraih ponsel yang tergeletak di meja nakas, banyak sekali panggilan tak terjawab dari Farhan.

"Aahh sial, bisa-bisa nya ketiduran disaat begini." Ucap Jimmy panik, dia ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, setelah itu dia keluar dengan terburu-buru. 

"Mau kemana Jim?" Tanya Larissa yang tak sengaja berpapasan dengan sang putra yang berjalan tergesa-gesa.

"Ke tempat Farhan." Jawabnya singkat.

"Eehh gak izin dulu sama istrimu?"

"Gak sempet." Jawab nya, Jimmy pergi dan tak lama kemudian deru suara motor nya terdengar sangat bising menjauh dari mansion.

Alisa menatap nanar pintu utama, baru saja dia mengira bahwa hubungan nya dan Jimmy akan membaik karena pria itu mulai melarang nya bergaul dengan teman laki-laki nya, tapi sekarang? Dia bahkan tak meminta izin darinya untuk keluar rumah malam-malam. 

Lalu apa kiranya yang membuat pria itu tergesa-gesa? Apa ada hal yang penting, tapi apa? Entahlah, dia malas memikirkan nya. Lebih baik dia tidur, agar besok bangun dengan keadaan lebih segar dan bersiap untuk memulai pelajaran.

"Ma, Alisa pergi ke kamar dulu ya." 

"Iya sayang, tidur yang nyenyak ya. Gak usah nunggu Jimmy, gak tentu dia bakal pulang atau enggak." Jelas Larissa, dia khawatir Alisa akan menunggu Jimmy.

"Memang nya kalau udah keluar malem, Jimmy suka gak pulang ya Ma?" Tanya Alisa, Larissa mengangguk pelan. 

"Maaf Nak, Jimmy sering tak pulang. Kalau sudah keluar malam seperti ini, keesokan nya dia akan pulang dalam keadaan mabuk." 

Alisa mengernyit, pantas saja kalau di sekolah, samar-samar dia mencium aroma alkohol kalau Jimmy lewat di dekatnya, ternyata inilah jawaban nya.

"Entah apa yang harus kami lakukan Nak, kami sebagai orang tua nya saja merasa kewalahan dengan tingkah anak itu." Larissa menceritakan keluhan nya tentang sang putra pada Alisa, dia merasa nyaman untuk berkeluh kesah dengan menantu nya.

Dulu, dia akan bercerita pada sang putri Kinara, dia adalah kakak nya Jimmy. Namun saat ini gadis itu tengah sibuk menyiapkan sidang di luar negeri, meski dia sering berkomunikasi dengan sang anak melalui ponsel, tetap saja rasanya sungguh berbeda.

"Mama sendiri gak tahu harus gimana lagi sama Jimmy, mama harap kamu bisa rubah dia jadi lebih baik, Nak." Alisa membulatkan matanya saat mendengar harapan mama mertua nya.

"Jangan terlalu berharap sama Alisa, Ma. Alisa sendiri bingung sama sikap dan sifat Jimmy, tadi dia posesif larang Alisa Deket sama temen cowok Alisa, tapi sekarang? Dia pergi tanpa izin dulu sama Alisa." 

Larissa melotot mendengar ucapan menantu nya, benarkah putranya melakukan hal demikian? Ahh rasanya dia tak percaya kalau putranya itu bisa melakukan hal semacam itu.

"Itu suatu perkembangan yang baik, Nak. Semoga hubungan kalian semakin membaik ya, Mama hanya bisa mendoakan."

"Iya Ma, tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha."

"Benar Nak, semoga saja anak itu bisa berubah." Ucap Larissa lirih. 

"Alisa sendiri bukan anak yang baik Ma, Alisa anak yang pembangkang dan keras kepala, inilah alasan nya kenapa Papa nikahin aku sama Jimmy, dengan tujuan agar Alisa bisa jadi anak yang penurut." Jelas Alisa. 

"Itu masih tak seberapa, Jimmy selain keras kepala dan dingin, dia juga suka mabuk-mabukan, merokok, bahkan balapan liar, Nak." Keluh Larissa lagi. 

'Berarti Mama gak tahu kalau Jimmy sama Farhan itu ketua dan wakil ketua geng motor ya? Dia bakalan kaget kalau sampai tahu hal ini.' batin Alisa. 

"Semoga aja ya Ma, yaudah Alisa ke kamar dulu ya. Udah ngantuk,"

Larissa menganggukan kepala nya dan tersenyum manis ke arah sang menantu, dia benar-benar menaruh harapan pada gadis itu, semoga saja Alisa menjadi perantara perubahan Jimmy menjadi lebih baik lagi.

Alisa berjalan pelan meniti satu persatu anak tangga hingga akhirnya sampai ke kamar, dia melihat suasana kamar yang sepi jika sang pemilik tak ada di dalam nya. Kehadiran Jimmy benar-benar membuat suasana sangat berbeda.

"Si Jimmy kemana ya? Apa dia ke basecamp?" Alisa membuka ponsel nya, dia melihat sebuah pesan dari Jimmy, seketika hati nya merasa lega.

'Gue ada kegiatan di luar sama anak-anak geng kelelawar, Lo tidur duluan aja gak usah nungguin gue. Thanks udah kerjain tugas gue, Lis.' Izin lewat ponsel yang membuat hati Alisa sedikit merasa bahagia.

Isi pesan yang membuat Alisa tersenyum tipis, dia memang tak berpamitan secara langsung, tapi melalui pesan seperti ini saja membuat nya senang. Apa benar kalau pria itu mulai bisa menerima nya?

Dengan cepat, Alisa mengetik pesan balasan untuk Jimmy.

"Hati-hati, jangan balik terlalu malem. Inget, jangan minum kalau gak mau gue tendang Lo ke mars." Isi pesan balasan yang di ketikan Alisa, terkirim namun hanya ceklis dua berwarna abu-abu, belum Jimmy baca. 

Karena saat ini dia sedang melakukan kendaraan roda dua nya dengan cepat ke markas musuh yang membuat nama geng kelelawar tercoreng karena ulah salah satu anggota mereka.

Dengan cepat, seluruh anggota geng itu keluar dan bersiap membalas serangan geng milik Jimmy.

Jimmy sebagai ketua geng turun dari motor nya, dia berjalan angkuh membuat anak geng motor lain seketika merinding begitu melihat pria itu secara langsung.

"Kalian yang udah coreng nama baik geng kelelawar, jadi harus siap dengan konsekuensi nya." Ucap Jimmy datar, namun mampu membuat seluruh saraf-saraf lawan bicara nya seketika berhenti berfungsi.

"Cihh, nama baik kalian sudah lama hilang. Bukan karena kita, tapi karena eksistensi kalian udah redup!" 

"Oke, mari kita buktikan sekuat apa geng kalian hingga berani berurusan dengan geng kelelawar." Jimmy menyeringai, dia menjentikan jarinya dan waktu seolah berhenti berputar saat anak buah nya menyerbu lawan dengan cepat. 

Adegan baku hantam tersaji di depan mata, darah berceceran dimana-mana, membuat tempat itu berbau amis.

"Stop, mereka sudah selesai." Ucap Jimmy, dia tak bergerak sedikitpun karena anak-anak geng nya masih mampu menangani musuh nya.

Bahkan ketua geng lawan pun berhasil di lumpuhkan, mereka menurut dan menghentikan serangan. Semuanya kembali ke tempat masing-masing, yakni di belakang Jimmy yang berdiri gagah.

Dia berjalan mendekat ke arah pria yang terkapar lemas di tanah, dialah ketua geng ini, yang tadi dengan berani menantang Jimmy.

"Hanya segini kemampuan Lo lawan geng gua? Lemah. Gak usah nyari gara-gara kalau gak mau mati, sialan!" 

Duakk..

Aarrghhh..

Pria itu meringis pelan saat kaki Jimmy menginjak dada nya.

"Sampai kapanpun, geng kelelawar akan berdiri. Musuh semacam Lo gak ada apa-apanya bagi gua. Denger bajingan, kalau Lo berani bikin gara-gara lagi sama geng ini, gue gak segan-segan tebas kepala Lo." Ancaman yang di berikan Jimmy benar-benar bukan hanya sekedar omongan belaka. 

Geng kelelawar tak pernah membunuh, mereka hanya sekedar melukai. Namun tetap saja ini juga sebuah bentuk kekerasan juga kejahatan, entah sudah berapa banyak geng lain yang sudah Jimmy kalahkan, bahkan tak jarang dari mereka malah ikut bergabung dengan geng kelelawar, membuat nya semakin kuat. 

Jimmy dan anak buah nya pergi setelah merasa selesai dengan urusan nya, kompoi motor gede pun tak bisa di hindarkan lagi. Mereka bagaikan penguasa jalanan yang membuat pengendara lain terpaksa menyerah karena tak ingin celaka.

......

🌻🌻🌻🌻🌻