"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
"Apa urusannya dengan ku!" Cibir Kenzie yang kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya.
Liki sangat terkejut.
"Kenzie, ini perusaan mu! tentu saja ada hubungannya dengan mu ...,"
Liki berkata dengan lantang, mengiringi langkah kaki Kenzie yang menjauh darinya.
Bam ....
Pintu tertutup dengan keras. Jawaban yang di terima oleh Liki adalah bantingan suara pintu yang cukup keras.
Dengan emosi seperti ini, tidak di ragukan lagi bahwa Kenzie adalah putra kandung pak Daniel.
Liki berdiri dengan lunglai di luar pintu, tidak tau harus berbuat apa?
Melihat kepala pelayan tua yang sedang sibuk itu, tiba-tiba mata Liki langsung berbinar dan bertanya langsung: "Paman, apa yang biasanya di sukai oleh Tuan muda?"
Kepala pelayan itu berpikir sejenak dan kemudian menghela napas.
"Biasanya Tuan muda bermain dengan lego dan tablet. Tapi ..., Tuan sudah mengumpulkannya dan menyimpannya. Dia biasanya suka bermain."
Tablet, Lego .., itu mudah.
Liki segera pergi ke mall terdekat, dan membeli tablet terbaru, beserta sepuluh Lego, lalu membawanya kembali ke mansion. Liki mengetuk kamar Kenzie dengan pelan.
"Tuan muda, buka pintunya. Ini .., saya membelikan tablet dan juga Lego, semua keluaran terbaru."
setelah berbicara, Liki dengan percaya diri menunggu di luar, berharap Kenzie akan membukakan pintu untuknya.
Dan benar saja, tidak begitu lama, Kenzie membuka pintunya.
Kenzie melihat tumpukan mainan di lantai dengan terkejut, lalu berbalik menatap Liki yang berdiri di depannya.
Liki tidak mengerti dengan tatapan mata kecil Kenzie seperti itu.
"Saya membelinya untuk Kenzie, selama Kenzie menyukainya, Kenzie tidak perlu berterimakasih pada paman," Liki tersenyum kecil.
"Terimakasih .., " Kenzie mencibir serta menatapnya dengan simpati yang dalam.
"Jangan salah paham, aku sebenarnya mengkhwatir mu."
Liki mengernyitkan keningnya menatap Kenzie dengan bingung.
"Kau membelikan aku tablet dan sepuluh Lego keluaran terbaru, untuk menggantikan semua yang papa sita dari ku. Apakah kau sedang mencoba untuk menantangnya?"
Eh ....
Liki tidak bisa menjawab, di dalam hatinya bergidik. Sama sekali dia tidak bermaksud seperti itu.
"Papaku tidak suka ada orang yang berani menantangnya. Pikiran konsekuensinya."
konsekuensi ...?
Liki teringat dengan wajah dingin Daniel yang membeku, dan seluruh tubuhnya menggigil kedinginan.
Pergi ke rumah CEO, hanya untuk menantangnya, apakah dia sudah bosan hidup?
"Tuan muda, mainan-mainan ini paman bawa saja dulu ya, nanti kalau pak Daniel marah, paman takut tidak bisa menahan emosinya."
Kenzie terdiam, dan mengambil benda pipi yang ada di saku celananya, kemudian ia menjepret tumpukan Lego dengan kamera ponselnya.
"Kau bawa pergi pun, papa ku akan tau mengenai hal ini."
Setelah berbicara, ia mengoyang-goyangkan telponnya sambil memperlihatkan gaya tuan muda, yang memegang barang bukti di tangannya.
"Tapi ...,"
Liki tercengang, ia tiba-tiba merasa tercekik.
"Tuan muda, paman kan tidak menyinggung mu, paman mohon, jangan menyulitkan paman?"
Wajah Liki memucat ketakutan, bibirnya bergetar ingin mengatakan sesuatu, namun Kenzie sudah berbicara terlebih dahulu: "Kita sama-sama membutuhkan, paman membantu saya melakukan sesuatu, maka saya akan merahasiakan ini."
"Membantu dalam hal apa?"
Liki mengernyit.
Kenzie melambaikan tangannya, Liki menunduk dengan patuh, dan mendekatkan telinganya di mulut kecil Kenzie.
Liki melebarkan matanya, dia keheranan mendengar bisikan halus di telinganya.
"Kau mau tidak. Tidak ..., tidak ..., tidak .., pak Daniel pasti akan membunuhku."
Tuan muda sebenarnya meminta Liki untuk mencari tahu tentang informasi ibunya dan juga teman perempuan papanya.
Mana mungkin ia akan berani melakukannya.
"Paman tidak mau! Aku jamin, dalam tiga detik, papa ku akan melihat poto ini."
Liki tercengang, ia membeku seketika, ia tidak percaya, Tuan muda sedang mengancam hidupnya. Dengan wajah yang pucat pasi Liki kembali berkata dengan gemetar: "J ..., jangan tuan muda, mari kita diskusikan lagi tentang ini."
Baru saja selesai bicara, ponsel Liki bergetar, tanda adanya pemanggil. Dua segera meraih saku celananya dan mengeluarkan benda pipih itu. Liki menatap layar ponsel itu, tertera di sana nama direktur Daniel. Jantungnya terasa jatuh dari kedalam ribuan kilo, dadanya seakan sesak.
Liki segera pergi ke ruang tamu, untuk menjawab telpon dari pak Daniel.
"Kau belum juga menemukan peretas firewall jaringan perusahaan ya? Kurasa kau ingin di kirim ke Antartika untuk menemani pinguin?"
"Pak Daniel, saya sedang memeriksanya, pasti akan segera di temukan."
"Paling lambat dua jam lagi, kalau tidak ..,"
"Iya, aku akan pergi ke Antartika untuk menemani pinguin!" Liki berseru seperti membuat janji pada perintah militer.
Liki meredupkan matanya, menatap Kenzie yang berdiri di sampingnya yang menatapnya dengan cemas.
"Apakah paman akan pergi ke Antartika?"
Melihat Kenzie yang menghawatirkan nya, Liki sangat terharu, dia menunjukkan wajah sedihnya.
"Aduh ..., paman juga tidak ingin pergi!"
"Kalau paman pergi kesana, pinguin pinguin itu pasti akan setres!"
Liki bingung, Kenzie bukanya menghawatirkan hidupnya, malah dia lebih bersimpati pada pinguin itu. Oh tuhan ....
"Tuan muda, demi pinguin pinguin itu, bisakah kau membantu paman?"
Kenzie menatap Liki dengan seksama.
"Kalu begitu, kau berjanji dulu, untuk membantu ku untuk mencari mama!"
Liki menghembuskan nafasnya dengan berat. Dan kemudian menganggukkan kepalanya menyetujui keinginan Kenzie demi menyelamatkan nyawanya.
"Baiklah deal!"
Keduanya mencapai kesepakatan, Kenzie berlari keruang belajar dan menyalakan komputer. Liki tercengang melihat Kenzie mengoperasikannya dengan cepat.
"Oke .., ini alamat peretas!"
Liki terkejut.
"Begitu cepat?"
Kenzie memberinya tatapan mata yang tajam.
"Dalam dua minggu, saya ingin mau informasi tentang mama!" Setelah bicara seperti itu, Kenzie langsung turun ke bawah.
Dua minggu?
Liki merasa ada tumpukan gunung yang menghimpit dadanya.
Untungnya, untuk saat ini krisis sudah di atasi.
Dan tidak sabar untuk menelpon pak Daniel untuk mengabarkan kabar bagus ini.
"Siapa yang melakukannya?"
Daniel terlihat lebih peduli dengan masalah ini.
"Pak Daniel, ini menunjukkan bahwa alamat peretas berada tidak jauh dari sini."
"Teruskan pemeriksaan!"
"Baik pak Daniel."
Sistem jaringan perusahaan sudah kembali normal, dan setelah Daniel menyalakan komputer, ia menerima sebuah pesan email.
Saat dia membukanya, wajah dingin itu tiba-tiba penuh dengan kegembiraan, yang tidak bisa ia sembunyikan.
Setelah membacanya, ia langsung menekan nomor yang sesuai dengan informasi kontak yang tertulis dalam alamat email itu.
"Hello .., Saya Daniel, anda dokter Messa?"
Mendengar suara berat dan bariton itu, Messa menggenggam jemari tangannya tanpa ia sadari.
Di dalam hatinya, masih ada sedikit ke kahwatiran.
Jika bukan karena Kenzie, dia tidak akan pernah mengambil inisiatif untuk mencari Pria yang berwajah kaku dan dingin, tidak hanya itu, Pria itu juga terlihat angkuh dan sangat sombong.
"Iya benar, saya dokter Messa. Saya melihat berita yang anda pasang di televisi, saya akan menyelamatkannya, tapi dengan satu syarat?"
.
.
.
.
Bagaimana ya kisahnya?
ikuti terus jalan ceritanya. jangan lupa dukungannya. author sangat mengharapkan dukungan dari kalian, terimakasih.