NovelToon NovelToon
Duka Dua Garis Merah

Duka Dua Garis Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:586.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: alfajry

Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.

Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kencan Pertama

Jendela kamar Brian terbuka lebar. Lampu ruangan kamarnya pun belum di padamkan. Ia berdiri di depan cermin panjang miliknya. Memperhatkkan pernampilannya. Jangan sampai ada yang terlihat buruk, karena hari ini adalah kencan pertamanya. Setelah beberapa hari sejak hari dimana ia di terima, Rinnada menolak bertemu karena sedang banyak pekerjaan dari dosennya.

Brian menyemprotkan parfum ke sisi kanan dan kiri lehernya. Kaos polo berwarna hitam, celana jeans dan sepatu hitam putih yang sudah ia bersihkan tadi malam, terlihat sempurna di cerminnya.

Brian meraih jeket merahnya. Ia pun keluar dengan hati yang riang gembira.

"Wah.. ganteng benar. Mau kemana, sih, hari minggu ini?" Sapa tetangga Brian. Tante Lusi, yang sedang menyemprot tanaman kecil di teras rumahnya. Batas antar rumah mereka hanya di batasi pagar pendek, dan jarak yang agak jauh membuat tante Lusi sedikit menaikkan suaranya.

"Selamat pagi menjelang siang tante". Sapa Brian balik. "Mau jalan-jalan tante".

"Aduh, anak muda zaman sekarang memang ganteng-ganteng ya. Mau ketemu siapa, sih? Kok baunya enak sekali. Sampai sini loh parfumnya." Goda tante Lusi.

"Hehehe ada deh, tante. Saya berangkat dulu tante." Brian menutup pintu pagarnya. Menundukkan kepala sambil tersenyum kepada tante lusi.

"Dia ganteng sekali sih, seperti papanya. Sayang sekali papanya tidak seramah dia. Hh!" Gumam tante Lusi sedikit kesal sambil terus memperhatikan langkah Brian yang menjauh.

Brian sudah janjian dengan Rinnada akan bertemu di halte depan kampus. Mereka rencananya akan jalan-jalan seharian. Sekaligus bertukar cerita agar semakin lebih mengenal.

Beberapa menit setelah sampai, Brian melihat Rinnada sedang jalan menuju halte tempat ia menunggu.

Gadis itu memakai rok putih tutu di atas lutut dan kaos berwarna senada. Ia memakai kardigan kuning sepanjang roknya. Tak lupa tas kecil imut dipunggungnya. Rinnada berjalan pelan dengan sepatu kets putihnya. Ia terlihat malu untuk mendekat. Apalagi Brian tak berkedip memandangnya.

Pandangan mereka bertemu. Rinnada menunduk malu.

"Sini, duduk". Brian menepuk bangku panjang disebelahnya. Rinnada menurut.

Mereka terdiam beberapa saat.

"Ehm.. " Brian berdehem mengusir debaran di dadanya.

"Sudah sarapan?" Tanya Brian basa-basi. Ini sudah hampir jam makan siang. Pertanyaan macam apa itu? Dalam hatinya menyesali pertanyaannya.

"Sudah. Itu adalah hal tak boleh di lewatkan."

"Ah iya, benar".

Mereka terdiam lagi. Brian sedang memutar otaknya. Bisa-bisanya lidah yang sering ia kagumi karena pandai menyusun kata, kelu di hadapan Rinnada.

Untunya, bus menuju tempat yang mereka tuju sudah datang. Brian menggenggam tangan Rinnada dan menariknya masuk kedalam bus. Mencari kursi kosong. Namun hanya ada satu.

"Duduklah". Perintahnya kepada Rinnada.

Rinnada hanya melihati kursi itu.

"Aku berdiri di sampingmu. Duduklah." Katanya seakan tahu bahwa Rinnada juga memikirkan Brian.

Rinnada duduk. Disebelahnya seorang lelaki sedang tertidur.

Bus melaju kecepatan sedang. Tangan kanannya perpegangan pada handle bus.

"Ada yang tidak nyaman?" Tanya Brian membungkuk pada Rinnada.

Ia menggeleng. Hidungnya mencium aroma sedap dari tubuh Brian. Dia mendongak melihat ke wajah Brian. Laki-laki yang beberapa hari lalu menembaknya, ternyata punya kepribadian yang menarik hatinya. Tubuhnya tinggi, Rinnada hanya setinggi dadanya. Kulit putih bersih dan rambutnya rapi di tata kebelakang. Hidung yang mancung, alis matanya tebal, giginya rapi dan ada bekas rambut yang dicukur di rahangnya yang terlihat tegas. Benar-benar menarik hatinya. Untunglah kemarin hujan, batin Rinnada bersyukur atas datangnya hujan yang membuatnya harus menggunakan payung merah jambu.

Tanpa sadar, Rinnada tersenyum. Dan senyumannya di tangkap oleh Brian.

"Kenapa tersenyum melihatku?"

Rinnada memalingkan muka. Ia merasa malu karena tertangkap basah sedang memandang wajah Brian sambil tersenyum.

"Jangan memikirkan hal mesum". Ledek Brian yang tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Rinnada cemberut.

Kalau dipikir-pikir, Rinnada sempat ingin menolak. Lantaran kesal, mengapa dari sekian banyak warna, Brian memilih warna merah jambu sebagai tanda cintanya. Ah, menyebalkan sekali. Batinnya.

Ia sama sekali tidak mempunyai pakaian berwarna itu. Dia tidak suka, bahkan payung yang ia pakai kemarin adalah payung adiknya.

Kemarin, hari dimana pakaian yang ia gunakan, adalah sebagai tanda jawaban cinta.

Rinnada berdiri di depan cermin. Sudah rapi memakai rok jeans dan blouse mustard. Ia melirik jendela di depannya. Awan terlihat agak gelap. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Pikirnya.

Rinnada termangu. Melihat lagi pakaian yang ia kenakan. 'Apakah harus aku ganti?' Ia bimbang. Tapi dimana ia mencari baju berwarna merah jambu?

'Ah, sudahlah tolak saja'. Pikirnya.

Ia keluar kamar. Bi Sum, pekerja rumah tangga di rumahnya mendekat.

"Non, sepertinya mau hujan. Nona tidak usah kuliah, ya? Nanti Nona sakit". Bi Sum terlihat khawatir.

Rinnada mengelus pundaknya. "Tidak apa, Bi, aku berangkat ya. Mumpung belum hujan. Minta pak Tono jemput jam 11 di depan gerbang fakultas." Katanya pada Bi Sum supaya supirnya menjemput. Karena Rinnada lebih suka naik bus atau kalaupun di antar dan turun agak jauh dari kampus.

Rinnada memandang ke satu pintu. Ia mendekat dan mengetuk pintu.

"Nara, boleh aku pinjam payungmu?"

Tidak ada jawaban dari dalam. 'Baiklah, aku anggap itu iya'.

"Bi, minta tolong, ambilkan payung Nara yang berwarna merah jambu ya, Bi." Pintanya pada Bi Sum.

Bi Sum mengambil dan menyerahkan pada Nona mudanya.

Ia memandang payung yang berselimut hitam di tangannya.

'Jawabannya tergantung cuaca ya, kak Brian'. gumam Rinnada. Sambil tersenyum, ia melangkah pergi.

"Aaaaaah!!" Tiba-tiba Rinnada menjerit dan berdiri dari kursinya. Membuat semua orang menoleh.

"Apa? Kenapa, Rin?" Brian bertanya khawatir.

Rinnada menunjuk ke arah lelaki disebelahnya yang sedang tidur.

"Dia.. dia meraba ke dalam rokku, kak". Rinnada ketakutan. Suaranya gemetar.

"Apa!" Brian menarik kerah baju lelaki itu.

"Apa yang kau lakukan padanya!" Teriak Brian. Lelaki itu sempoyong. Badannya di guncang Brian.

"Apa? Aku tidak melakukan apa-apa. Aku sedang tidur!" Jawab lelaki itu.

"Jangan bohong!" Tangan Brian mengepal dan siap meninju Lelaki itu.

"Ampun bang, maafkan saya." Lelaki itu melepaskan dirinya dan berlari ke depan mengetuk-ngetuk pintu. Bus pun berhenti. Lelaki itu lompat keluar dan langsung berlari.

Orang-orang di dalam bus penuh dengan ekspresi. Ada yang mengelus dada, dan ikut murka atas apa yang lelaki itu perbuat.

Brian menarik tangan Rinnada. Mendudukkannya di kursi dekat jendela. Ia duduk disebelahnya. Menggenggam tangan Rinnada erat. Ia merasa bersalah. Bahkan di kencan pertama sudah ada hal seperti ini, dan dia tidak mampu menjaga Rinnada.

"Maaf" ucap Brian dengan nada bersalah.

Rinnada yang sedang mengatur napas karena shock, menoleh mendengar sesuatu keluar dari mulut Brian.

'Apa dia tadi bilang maaf?' Dalam hati Rinnada.

"Maafkan aku. Aku tidak siaga padahal di sampingmu. Maaf karena hal semacam itu harus terjadi bahkan di hari pertama kita." Kedua tangan Brian menggenggam tangan Rinnada.

Rinnada tidak tahu harus berkata apa. Menurutnya, ini bukanlah kesalahan Brian. Kenapa dia yang minta maaf?

"Aku sering seperti ini".

"Apa?"

"Pelecehan seperti ini. Tidak sekali dua kali terjadi padaku". Rinnada sebenarnya tidak ingin mengingat-ingat kejadian buruk yang menimpanya ketika sedang berada diluar. "Itulah sebabnya aku sulit mendapat izin keluar rumah".

Brian terdiam. Tidak bisa membayangkan apa yang selama ini di hadapi perempuannya.

"Tapi aku tidak apa-apa. Aku lebih sering kena pelecehan verbal."

Brian mengelus punggung tangan Rinnada. Gadis itu tersenyum pada Brian. Senyum yang membuat wajahnya sangat cantik.

"Kau jangan sering tersenyum begitu pada laki-laki lain." Ucap Brian tiba-tiba.

"Kenapa?" Rinnada heran. Apa yang salah dengan senyumnya?

"Senyummu itu cantik sekali. Aku sangat menyukainya. Kau harus tersenyum terus selama bersamaku. Hanya bersamaku. Jangan tunjukkan itu kepada laki-laki lain. Aku takut kau terkena pelecehan lagi".

"Benarkah?" Rinnada menahan senyumnya.

Brian tidak menjawab. Ia mengeratkan genggamannya. Rasa canggung mereka telah berkurang jauh dari pertama bertemu.

Mereka telah tiba di tempat tujuan. Sebuah taman bermain. Banyak pasangan yang berada disana. Brian dan Rinnada bergandengan tangan. Mencoba permainan satu persatu. Sambil bercerita yang sesekali di selingi tawa, menghabiskan waktu berdua.

Tak terasa sudah pukul 5 sore, mereka telah sampai di halte depan kampus. Rinnada tidak bisa pergi sampai malam karena masih ada tugas yang harus ia selesaikan.

Brian menyelipkan anak rambut di telinga Rinnada. Membuat gadis itu terkesima dengan perhatian dan kelembutan Brian.

"Ini. Aku mau kau memakainya besok". Brian menyerahkan sesuatu ke tangan Rinnada.

"Tusuk konde?" Rinnada tertawa pelan.

"Aku suka melihatmu menggulung rambut sampai sini." Brian meletakkan tangannya di puncak kepala Rinnada. "Pakaikan ini juga. Supaya terlihat lebih cantik".

Rinnada memandang benda itu. Berwarna putih dengan rantai kecil di ujungnya, ada beberapa kupu-kupu yang sangat kecil dan imut berwarna merah menggantung di rantainya.

"Aku hampir membeli warna merah jambu. Tapi karena kau tidak suka warna itu, aku pilih yang ini." Kata Brian mengingat ia membelinya diam-diam disana tadi.

Saat istirahat tadi, Rihanna sempat mengatakan bahwa ia tak menyukai warna merah jambu. Alasannya juga tidak jelas. 'Entahlah, hanya tidak suka saja'. Begitu jawaban Rinnada.

"Ah, satu lagi." Brian mengambil sesuatu dari kantong celananya. Memberikannya kepada Rinnada sambil menggennggam tangan kirinya.

Melihat benda itu, Rinnada menaikkan alisnya sambil tertawa. "Ini?"

"Iya. Aku menyukainya juga, saat pertama melihatmu memakainya."

"Itukan karena ospek". Rinnada tertawa. "Aku jadi kaya anak-anak nantinya."

"Tetap saja. Harus dipakai. Disini." Brian mengambil sedikit rambut di dekat telinga Rinnada. Rambut yang bergelombang terurai di atas pinggangnya. "Lilitkan disini. Pasti imut."

Rinnada menggenggam pita berwarna kuning itu.

Ia mengangguk. Setuju saja apapun yang dikatakan Brian. Sebab ia pun menyukai pria itu.

"Aku akan di jemput disana, kak Brian." Rinnada menunjuk arah belakangnya.

"Ian. Panggil Ian".

"Baiklah. Kak ian" Rinnada tersenyum. Berjalan meninggalkan Brian.

Brian melambaikan tangan. Berat rasanya berpisah. Sampai Rinnada menghilang dari pandangannya, Brian pun menghentikan taksi dan pulang kerumahnya. Hatinya berbunga-bunga. Kencan pertamanya hari ini mungkin tidak akan membuatnya tertidur karena terus melayang di pikirannya. Ah.. Rinnada.

Bersambung....

1
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
yg menghancurkan rumah tangga mu bkn dinnara atau siapapun itu tpi dirimu, dirimu sendiri yg menghancurkan itu
Gesuriwati Damiri
Buruk
Gesuriwati Damiri
Biasa
Pingkan Tumbuan
kayak muter2 ceritanya
Elok Pratiwi
cerita yg burukkk ... alur cerits yg ga jelas ... apa yg msu diceritakan ....
Ooem Ummiyati
Kecewa
Ooem Ummiyati
Buruk
zahra ou
gila ja sendiri gk usah bawa temen, ntar tk lapori sama pak pur. polisi baik yg suka giring org model kamu buat dsembuhin
zahra ou: biar joged asolole tak dung dung
total 1 replies
zahra ou
mampus lu
cow gk tahu diuntung
Amilia Indriyanti
jangan biarkan kemungkaran terus merajalela.... 💪💪💪💪💪💪
Amilia Indriyanti
aku paling seneng sama perempuan tegas seperti ini
cinta semu
ngebut baca ny ...Sampek lupa piring dari pagi belum di cuci😁😂next thor
cinta semu
Rinnada itu sakit parah loh....benar kata dokter Revi ...😁😂ichhh....serem
cinta semu
pelakor ny ngamuk gaess 😂😁hancur semua barang2...
cinta semu
baru baca dah nyesek Thor...😢apalagi zaira yg baca hasil tulisan di kertas itu ya.... penasaran 🤔🤔
Npy
klw aku..akupun akan mengambil keputusan yg sama sprt Zaira🍀😊
Tri Astuti
hahaha
Tri Astuti
Luar biasa
Tri Astuti
Lumayan
Cita Solichah
karya2mu bikin aq gk bs fokus ngapa2in author.. tiap baca gk mau berhenti..
Penulis Amatir: Makasih ya kak. Udah baca Syahdu?🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!