Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9. terowongan menuju fajar...
Arya, Maya, dan Dion mengayuh sepeda tua mereka dengan kecepatan penuh menyusuri rel kereta api tua yang ditinggalkan, membelah pinggiran Kota Cakra Manggala. Matahari telah terbit sepenuhnya, namun kabut pagi masih menyelimuti jalur itu, memberi mereka sedikit perlindungan visual.
Dion: (Berbisik tegang) "Jalur ini berbahaya, Arya. Penuh penjahat kecil dan barang ilegal! Kita harus cepat!"
Arya: (Terhuyung-huyung di sepedanya, mengayuh dengan kaki yang kesakitan) "Itu sebabnya Bargas tidak akan berpikir untuk mencari kita di sini. Kita harus mencapai terowongan itu, Terowongan R-9, sebelum mereka menyadari kita tidak meninggalkan kota."
Maya mengayuh di samping Arya, sesekali mendorong punggungnya untuk membantu mengimbangi rasa sakit di pergelangan kaki Arya.
Maya: "Bargas akan tahu. Dia tahu kau mengenalnya. Dia akan tahu kau tidak akan lari ke luar kota."
Arya: "Dia akan tahu, tapi dia akan kehilangan waktu. Kekacauan Daftar Hitam akan memaksanya untuk membagi pasukannya. Dia tidak bisa memblokir seluruh kota."
WUUUUUSSSHHH!
Tiba-tiba, sebuah motor trail melaju kencang dari belakang mereka. Bukan motor Dion. Itu adalah motor yang digunakan untuk kurir ilegal di jalur tikus.
Pengendara 1: (Berteriak, mencurigai) "Hei! Kalian bukan orang sini! Mau ke mana kalian?!"
Mereka adalah sepasang preman lokal. Mereka melihat Arya, Maya, dan Dion yang berpakaian aneh membawa sepeda tua.
Dion: (Panik) "Sial! Mereka melihat kita!"
Arya: "Jangan berhenti! Abaikan mereka!"
Para preman itu memotong jalur mereka.
Pengendara 2: "Berhenti, atau kami panggil 'Tuan Naga'! Kalian pasti mencuri sesuatu!"
Arya tahu, jika mereka berhenti, mereka akan menarik perhatian. Ia mengambil keputusan cepat.
Arya: (Berteriak keras kepada Dion) "SEBELAH KIRI! TINGGALKAN SEPEDA!"
Dion dan Maya segera melompat dari sepeda mereka, berlari ke semak-semak di pinggir rel. Arya, dengan kesulitan besar, juga melompat, membiarkan sepedanya jatuh menimpa rel.
Para preman itu terhenti.
Pengendara 1: "Mau ke mana kalian?!"
Saat itulah Arya menyadari. Di kejauhan, di ujung rel, siluet gelap Terowongan R-9 sudah terlihat. Dan di depan terowongan itu, sebuah mobil sedan hitam diparkir. Mobil Naga Hitam.
Mereka telah menyusul. Bargas telah mengantisipasi langkah Arya.
Maya: "Arya, itu Bargas! Dia sudah menunggu kita!"
Dion: "Kita terjebak! Di belakang ada preman, di depan ada algojo Naga Hitam!"
Arya: (Menarik napas dalam-dalam, menatap tegar ke arah terowongan) "Tidak. Itu bukan Bargas. Itu jebakan. Bargas tidak akan menunggu di depan, dia akan masuk dan menyergap. Itu hanya umpan."
Arya: "Dion, kembali ke sepedamu! Kita harus masuk terowongan itu sekarang! Maya, bantu aku!"
Sambil Dion berbalik untuk menghadapi para preman yang mendekat, Arya dan Maya berlari tertatih-tatih menuju Terowongan R-9.
KRENG!
Terdengar suara tembakan peringatan dari mobil hitam di depan terowongan.
Suara di Terowongan: (Menggema) "BERHENTI DI SANA! SERAHKAN DIRI KALIAN, ATAU KAMI TEMBAK!"
Arya dan Maya kini berada di antara dua ancaman, dengan satu-satunya jalan keluar di depan mata.
Arya, Maya, dan Dion berada di antara dua ancaman di jalur rel kereta tua Kota Cakra Manggala: preman lokal di belakang, dan antek Naga Hitam di depan Terowongan R-9.
Suara di Terowongan: (Menggema) "BERHENTI DI SANA! SERAHKAN DIRI KALIAN, ATAU KAMI TEMBAK!"
Arya: (Mencengkeram lengan Maya, matanya terpaku pada terowongan) "Maya, lari ke kanan! Ada celah di dinding pembatas! Dion, gunakan sepeda itu!"
Dion: "Gunakan bagaimana?! Untuk melawan peluru?!"
Arya: "Gunakan sebagai pengalih! Motor trail itu lebih cepat darimu! Hancurkan sepedamu ke motor trail mereka, lalu lari ke celah itu! Cepat!"
Dion mengangguk, ekspresi ketakutan digantikan oleh tekad gila. Ia melompat kembali ke sepeda bututnya. Preman di motor trail sudah semakin dekat.
Preman 1: "Mau ke mana kau, pecundang!"
Dion tidak menjawab. Ia mengayuh sepedanya lurus, lalu tiba-tiba melompat dari sadel, mendorong sepedanya sekuat tenaga ke arah motor trail yang melaju kencang.
BRAK!
Sepeda butut itu menabrak roda depan motor trail. Motor trail oleng. Para preman itu jatuh terguling di atas kerikil rel, mengumpat kesakitan.
Preman 2: "Sialan! Kakiku!"
Saat kekacauan terjadi di belakang, Arya dan Maya berlari menuju celah di dinding pembatas yang Arya tunjukkan—celah yang terbentuk akibat gempa lama, berukuran cukup untuk dilalui satu orang.
Arya: "Masuk, Maya! Cepat!"
Maya menyelinap masuk. Arya mengikuti, menahan rasa sakit luar biasa di pergelangan kakinya. Tepat saat ia berhasil melewati celah, ia mendengar suara tembakan lagi.
DOR!
Kali ini, suara tembakan berasal dari mobil hitam di depan terowongan. Peluru itu menghantam dinding beton di samping kepala Arya.
Pengawal Naga Hitam 1: "Mereka mencoba kabur ke sisi kota! Pindah!"
Arya dan Maya kini berada di antara jalur rel tua dan jalan raya yang sibuk. Namun, mereka tidak lari ke jalan raya. Mereka langsung menuju ke mulut Terowongan R-9.
Maya: "Arya! Mobil itu ada orang! Itu jebakan!"
Arya: "Mobil itu hanya umpan. Mereka mau kita panik dan lari ke jalan raya. Tapi kita lari ke tempat yang paling mereka benci: kegelapan."
Mereka mencapai mulut terowongan. Udara di sana dingin dan lembap, berbau batu bara dan jamur. Di dalam, gelap gulita, suara air menetes menciptakan gema yang menakutkan.
Di belakang, Dion berhasil lolos dari preman yang terluka dan menyelinap masuk ke celah, menyusul mereka.
Dion: "Sial! Aku tidak percaya kita berhasil! Tapi terowongan itu gelap sekali, Arya!"
Arya: (Menarik napas dalam-dalam) "Bagus. Kegelapan adalah kawan kita. Naga Hitam tidak suka tempat gelap dan sempit. Mereka suka kontrol. Kita sekarang bergerak di luar kontrol mereka."
Mereka masuk ke dalam Terowongan R-9.
Di dalam Terowongan R-9, kegelapan benar-benar total. Mereka tidak punya senter yang layak, hanya cahaya redup dari ponsel Dion yang baterainya hampir habis.
Maya: (Berbisik, suaranya bergetar) "Aku tidak bisa melihat apa-apa. Ada air di mana-mana."
Arya: "Ikuti suara kerikil. Dan dengarkan aku. Kita tidak bergerak lurus. Terowongan ini punya banyak cabang dan ceruk kecil. Kita harus bersembunyi."
Dion: "Bersembunyi? Kenapa? Kenapa tidak lari terus?!"
Arya: "Karena mereka tahu kita ada di sini. Mereka akan mengirim Bargas dan timnya menyusul. Mereka tidak akan masuk melalui rel utama. Mereka akan masuk melalui pintu pemeliharaan di tengah terowongan. Kita harus menyergap mereka."
Maya: "Menyergap? Arya, kita hanya bertiga, dan kau terluka parah!"
Arya: "Kita tidak punya pilihan. Kita harus menghentikan Bargas di sini. Jika dia berhasil keluar dari sisi lain, kita akan terjebak di Kota Cakra Manggala selamanya. Aku butuh kamu, Dion. Ingat kata-kataku di Bengkel. Sembunyi, jangan lari."
Arya berhenti di ceruk sempit di samping dinding terowongan. Air selutut mengalir deras di jalur rel.
Arya: "Dion, aku butuh kamu menyelinap sejauh 20 meter ke depan. Ada kotak saklar pemeliharaan di dinding. Itu mengontrol jalur bawah tanah. Nyalakan semuanya. Semua lampu dan alarm yang ada."
Dion: "Apa?! Itu akan membuat kita terlihat!"
Arya: "Tepat! Kita akan menarik perhatian semua orang. Naga Hitam membenci kebisingan dan perhatian. Itu akan membuat mereka panik dan memperlambat pengejaran. Lakukan sekarang."
Dion mengangguk pasrah. Ia menyerahkan ponselnya kepada Maya dan berjalan pelan, menghilang dalam kegelapan.
Maya membantu Arya berdiri. Arya mengeluarkan pipa besi kecil yang ia gunakan saat di gudang.
Maya: "Hanya itu senjata kita?"
Arya: "Kecerdikan kita adalah senjata utama, Maya. Sekarang, bersembunyi di sini. Saat Bargas datang, jangan bergerak. Dia harus fokus pada lampu yang menyala di depan."
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki berat dari arah pintu pemeliharaan di tengah terowongan. Mereka datang. Bargas dan Riko telah masuk.