Gadis Incaran Vampir

Dan benar saja, ketika Angel sampai di meja makan. Wajah Aline terlihat sangat tidak senang.

"Selamat pagi" sapa Angel.

Darryl yang tadinya duduk di sebelah bibi Martha, segera berdiri dan menarik kursi untuk Angel. Itu semakin membuat wajah Aline terlihat tidak baik.

'Aduh' batin Angel.

Dia sebenarnya tidak ingin diperlakukan seperti itu oleh Darryl. Tapi, kalau dia menolaknya, bukankah itu malah akan membuat Darryl merasa tidak enak. Bibi Martha juga pasti nantinya tidak enak pada bibi Debora.

Rasanya jadi serba salah. Angel hanya mengangguk dan tersenyum. Sayangnya, Darryl malah pindah duduk di sebelah Angel.

Mata Angel melebar, dia melihat ke arah Aline. Keadaan Aline saat ini, sudah seperti ada awan gelap di kepalanya, bahkan sedikit di sertai secercah petir yang siap menyambar kapan saja.

'Aku seperti orang asing di sini. Kenapa yang diperhatikan hanya Angel?'

Dan seperti itulah yang ada di dalam pikiran Aline. Memang gadis itu sangat tidak senang, karena Darryl menunjukkan perhatian yang menurutnya berlebihan pada Angel.

"Angel, ambilkan sarapan untuk nak Darryl!" kata Martha yang memang sudah sepakat dengan Debora untuk menjodohkan Angel dan Darryl.

Karena Darryl memang mengatakan pada ibunya, kalau dia sangat menyukai Angel. Jadi Debora mengatakan itu pada Martha. Seperti itulah yang terjadi.

Angel melirik ke arah Aline. Dan sepupunya itu bahkan sudah menusuk-nusuk roti panggang di atas piringnya dengan garpu, degan raut wajah seperti mau makan orang, bukan lagi mau makan roti.

Namun Angel juga tidak mungkin tidak mau mengambilkan roti panggang itu untuk Darryl kan? itu akan sangat canggung.

Angel mengambil perlahan satu roti panggang untuk Darryl.

"Ini kak Darryl!"

"Terimakasih Angel" kata Darryl tersenyum begitu manis.

"Nak Darryl sengaja loh cuti hari ini untuk mengantarkan kamu ke kampus. Lusa kamu sudah mulai kuliah. Semoga semuanya berjalan dengan baik ya!" ucap bibi Martha dengan begitu tulus.

"Iya bibi"

Tuk tuk tuk

Sementara Aline masih terus menusuk-nusuk roti panggang di atas piringnya. Dan hal itu sepertinya hanya di sadari oleh Angel saja. Tidak ada yang memperhatikannya, dia merasa begitu.

'Ibu lama-lama jadi menyebalkan! aku kesal sekali!' batin Aline yang bahkan mulai merasa kesal pada ibunya yang sama sekali tidak perduli padanya.

Padahal, bukan seperti itu sebenarnya. Kan Angel memang baru akan masuk ke kampus itu. Sedangkan Aline, dia kan memang sudah masuk 2 semester. Jadi, mereka tentu saja lebih memperhatikan Angel. Dulu saat Aline baru akan masuk kuliah. Martha juga sama, sangat memperhatikan anaknya itu.

Sayangnya kecemburuan pada Darryl, malah menular pada ibunya juga. Aline menjadi sangat kesal.

"Mobil kamu juga baru akan sampai beberapa hari lagi. Bagaimana kalau aku antar jemput kamu ke kampus?" tanya Darryl pada Angel.

Martha yang mendengar itu tersenyum, dia benar-benar senang dengan kedekatan dua orang di depannya itu. Menurutnya Angel dan Darryl adalah pasangan yang serasi.

Sedangkan Aline yang ada di samping Martha, Angel bisa melihat ada bara api yang siap meledak dan berkobar kapan saja di sana.

"Tidak usah kak, kak Darryl kan harus bekerja. Arah kampus dan kantor kak Darryl juga tidak searah. Hanya beberapa hari, aku rasa aku bisa naik kereta saja..."

"Aku tidak sibuk sama sekali, beberapa hari ini. Aku akan datang lebih pagi, mengantar kamu ke kampus dulu. Baru nanti aku ke kantor!" kata Darryl menyela.

Dia sungguh tidak merasa akan kerepotan sama sekali. Itu bukan sesuatu yang menyulitkannya sama sekali. Dia malah senang.

Angel sebenarnya tidak ingin menerima tawaran Darryl itu. Aline akan semakin bete padanya.

"Angel, nak Darryl sudah bilang begitu. Tidak baik menolak niat baik, nak!" kata bibi Martha.

Angel sungguh tak punya alasan lagi untuk menolak Darryl.

Setelah sarapan Darryl dan Angel pergi ke kampus. Awalnya Aline mau ikut, tapi Martha malah melarangnya.

"Ibu, kenapa aku tidak boleh ikut?" tanya Aline melepaskan tangan ibunya dengan menghentakkan sedikit tangannya di depan Martha.

"Aline, kenapa kamu harus ikut. Kamu bukan anak baru, sudah ibu urus pendaftaran ulang kamu sebelum liburan kan?" tanya Martha.

Ucapan wanita paruh baya itu sedikit masuk akal memang. Tapi tetap saja, Aline merasa sangat tidak senang. Karena dia tidak ingin Angel semakin dekat dengan Darryl.

"Ibu tidak paham!" kata Aline kesal.

Gadis itu berbalik, membelakangi ibunya dengan kedua tangan yang dia lipat di depan dada. Menunjukkan kalau dia tidak sependapat dengan ibunya. Dan tidak suka dengan apa yang dilakukan ibunya.

"Apa yang ibu tidak paham? Angel itu sudah dijodohkan oleh bibi Debora dengan Darryl. Bagus mereka bisa pergi berdua seperti itu kan? itu akan membuat keduanya semakin dekat..."

"Ibu, ibu memang tidak paham. Ibu hanya memperhatikan Angel saja. Apa ibu pernah tanya padaku, apa aku setuju atau tidak kalau ibu juga menjodohkan Angel dengan Darryl? kalian semua kenapa egois sekali sih?" tanya Aline.

Gadis itu sedang mengeluarkan semua rasa kesal di dalam hatinya. Dia bahkan berkata seperti itu pada ibunya dengan suara yang cukup lantang.

Martha sampai terkejut.

"Aline, kenapa kamu bicara begitu? yang mau dijodohkan itu Angel dan Darryl! kenapa kamu malah bicara seperti itu?" tanya Martha bingung.

Aline yang mendengar ucapan ibunya, semakin kesal saja. Dia merasa ibunya benar-benar tidak perduli padanya.

"Ibu memang tidak paham. Ibu menyebalkan!" kata Aline yang terlihat hampir menangis dan berjalan dengan cepat menuju ke arah kamarnya.

Brakk

Aline membanting pintu kamarnya itu dengan keras saat gadis itu menutup pintu. Martha terkesiap, dia sampai terjingkat sedikit ketika pintu kamar anaknya itu tertutup begitu keras.

"Aline, anak ini kenapa sih?" gumam Martha yang sama sekali tidak tahu, kalau sebenarnya Aline suka pada Darryl.

Martha memang tidak memikirkan hal itu, hal itu sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya. Karena memang Darryl mengatakan dia suka pada Angel. Makanya pikiran itu sama sekali tidak pernah terlibat di pikirannya.

Sementara itu di perjalanan menuju kampus. Darryl terus melirik ke arah Angel yang hanya diam.

"Kamu memilih jurusan apa nanti?" tanya Darryl membuka percakapan.

Angel menoleh sekilas.

"Bisnis dan menajemen kak, aku mau seperti ayahku. Dia terlihat sangat mengagumkan saat berada di belakang meja kerjanya. Membaca dokumen dengan seksama, ayahku..." Angel menjeda ucapannya.

Dia bahkan membayangkannya, mengingat bagaimana ayahnya ketika berada di belakang meja kerjanya. Dan itu membuatnya ingat kembali pada peristiwa kecelakaan ayah dan ibunya.

Angel menundukkan kepalanya. Dia benar-benar ingat ayah dan ibunya. Dan itu membuat hatinya sedih, sedih sekali.

Darryl yang melihat itu tahu, kalau gadis di sebelahnya itu pasti sedang ingat ayahnya.

Tangan kiri Darryl terangkat, menepuk lengan Angel pelan.

"Jika kamu ingin menangis, menangislah" kata Darryl, "atau kita berhenti dulu, menepi dulu?" tanya Darryl.

Brakkkk

***

Bersambung...