Lintang Sang Baga

Seseorang sedang menatap Baga bagai sedang memindai target buruan. Tidak ada kesan ramah, hanya ada sorot mata tajam di sana.

"Jelaskan." Suara bariton itu mampu membuat Baga menelan ludah susah payah.

"Dia bilang nggak nyaman kerja di sini, pa. Jadi aku biarin aja dia pergi. Toh ini juga bukan taman bermain buat bocah kayak dia. Dia aja belum lulus kuliah lho, pa. Dan anehnya, dia itu kuliah jurusan seni tapi kok mau kerja di bidang hukum. Kan nggak nyambung." begitulah ujar Baga. Dia yakin penjelasannya ini bisa langsung dimengerti oleh bapaknya.

Bapak Abhi diam. Dia menatap Baga tanpa mengedipkan mata. Pria matang berkarisma itu duduk di sofa dengan menyilangkan kaki, aura kepimpinannya jelas tak bisa diragukan lagi.

"Bawa laptop mu itu ke sini."

Mendengar perintah demikian, Baga langsung bergerak selaras melangkahkan kaki menuju meja kerja. Dia ambil laptopnya cepat, lalu menaruh benda tersebut di samping bapaknya.

Bapak Abhi melirik sekilas ke arah Baga. Lalu tangannya mengambil laptop tersebut, jarinya mengetikan huruf setiap sisi keyboard. Matanya seperti enggan berpaling dari benda lain. Lalu setelah mengulik dan mengutak-atik laptop di meja, dia arahkan laptop itu agar anaknya bisa melihat apa yang tadi dia kerjakan.

"Baca." Bapak Abhi menyenderkan lagi punggungnya pada sofa.

Hanya sedetik mata ayah dan anak itu bertemu, lalu Baga melihat ke arah lain. Ke arah laptopnya. Baga tampak terkejut ketika membaca apa informasi yang ada di sana.

"Lintang Denara, anaknya om Den? Kok bisa, pa?"

Mungkin jika yang ditanya begitu itu si author, dia bakal jawab 'Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya??'

"Maksudnya kamu bilang 'kok bisa' itu apa? Papa aja bingung kenapa bisa punya anak malas berpikir seperti kamu. Harusnya dari awal papa memilih dia untuk masuk dalam tim mu tanpa interview atau syarat yang memberatkan Lintang, kamu sudah bisa tahu ada sesuatu yang istimewa pada dirinya."

"Tapi pa, dia... Ya maksudku, dengan penampilan kayak gitu, lho. Aku pikir dia lebih cocok jadi artis, model, atau selebgram aja. Dunia hukum nggak cocok buat gadis kemoceng kayak dia."

Bapak Abhi manggut-manggut, "Menurut mu begitu?"

"Iya lah. Papa inget kan kayak apa penampilannya waktu datang ke kantor pertama kali? Urakan! Nggak mencerminkan kalau dia itu anaknya om Den. Apa dia anak pungut, pa? Mungut di toko cat mungkin."

"Papa juga ragu sekarang, apa mungkin bayi papa dulu sempat tertukar di rumah sakit. Kamu tidak terlihat seperti anak papa."

Baga melotot, kok gini amat ya punya bapak yang pinter ngomong, dia mau bicara apa juga endingnya selalu salah di mata bapaknya. Mungkin Baga lupa kalau bapaknya itu seorang advokat dengan bayaran termahal saat ini. Sebelum dia dilahirkan, bapak Abhi udah lebih dulu kerja dibidang hukum dan bertemu dengan berbagai jenis karakter klien yang bisa bikin tensi naik tinggi tinggi sekali.

"Oke! Oke.. Baik. Aku salah. Aku nggak peka, nggak ngecek latar belakang gadis itu dulu. Sekarang aku harus apa, pa? Ngajak dia ke sini? Misal nggak mau, apa aku harus angkut dia secara paksa? Tak karungin gitu?"

"Sekarang kamu bawa karung?" tanya bapak Abhi tanpa ekspresi.

"Nggak ada di sini pa, nanti minta OB di bawah. Boleh emang ngarungin dia?"

"Boleh. Tapi buat ngecek seberapa kuat karung itu buat ngangkut orang, gimana kalau kamu dulu yang masuk sana?" ngomong kayak gitu bisa datar banget.

Mulut Baga terbuka. Seakan nggak percaya jika bapaknya sendiri mau ngarungin dia. Dia jadi berpikir, apa benar dulu waktu bayik dia sempat ketukar sama bayik orang lain. Kok gini amat ya bapaknya?

Oke fix, ini sih dia nggak bakal bisa menang lawan bapaknya sendiri. Jadi mending dia ngalah aja, demi kewarasan dalam dirinya agar tetap terjaga. Baga memutuskan pergi aja dari kantor bapaknya, bukan mau resign juga kali.. Dia hanya mau nyari si Lintang. Mau ngajak gadis kemoceng itu balik kerja bareng lagi sama dia. Apalagi setelah tahu jika Lintang adalah anak dari temen bapaknya, dan ditambah si Lintang ini punya keahlian di bidang IT yang pasti sangat berguna untuk urusan pekerjaannya.

"Ngerepotin banget sumpah! Kudu nyari di mana coba gadis mejikuhibiniu itu!" dia ngedumel, padahal hal kayak gitu harusnya nggak perlu ditanyakan deh.

Gunanya ponsel yang dia tenteng kemana-mana itu lho buat apa? Kan dia bisa minta nomer telepon Lintang dari bapaknya, misal nggak dikasih.. Kan masih ada yang namanya HRD! Misal masih buntu, Napa nggak minta ke bapaknya Lintang langsung. Si om Den om Den itu! Nggak ngerti deh, di bab ini yang blo'on itu sebenarnya siapa.

Lagi mumet mikirin keberadaan Lintang yang entah ada dimana, Baga juga dibuat sibuk oleh akun Bintang212, pacarnya itu ngirimin dia chat yang ketika dibaca makin bikin pening kepala.

Bintang212 : Yank, kalau dipikir-pikir emang bener deh kata bapak ai. Hubungan kita itu nggak sehat, kita cuma main chat doang. Masa iya bisa tumbuh rasa sayang. Ini aneh kan, yank?

Baga menautkan alisnya. Maksud dari pesan Bintang212 itu apa sebenarnya? Baga nggak langsung membalas chat pacarnya. Dia menunggu apakah ada terusan dari chat tersebut. Hatinya udah ngerasa nyeri, jangan bilang pacarnya ini minta putus hubungan, ya?

Bintang212 : Ai mau kita break dulu, ya yank. Ai pasti bakal miss you so much, tapi kita nggak bisa kayak gini terus, yank. Ai dimarahin bapak ai terus. Ini aja ai disuruh delete aplikasi chat kita, kalau ai nggak mau, ai disuruh berlayar di lautan, tidak bertepian... Sedih kan? Ai disisir dari rumah, you know?

Sedih ya? Yang katanya disisir dari rumah sambil berlayar di lautan? Sedih lah, masa enggak! Apalagi pembaca, sampai kebingungan maksudnya si Bintang212 itu apa sebenarnya.. Ada yang paham?

Zyan609 : Ketemuan aja, ayo! Temuin aku sama bapakmu sekalian, aku kawinin kamu di depan bapakmu. Biar dia tahu kalau aku emang serius sama hubungan kita. Maaf, yank. Aku nggak bisa terima keputusan mu.

Bintang212 : You mau kawinin ai di depan bapak ai? Are you crazy? Bukan lagi disisir, tapi you and me bakal langsung di tebas lehernya saat itu juga. You mau lanjut LDR'an di akherat? Ai sih ogah, yank! Sesayang sayangnya ai sama you, ai masih pengen hidup lama. You mikir nggak misal nanti kita di akherat, you malah salah ngenalin ai? Karena saking lamanya kita tak zumba!

Tak zumba? Terserah...

Zyan609 : Kamu mikir apa sih yank? Kalau kawin kan emang kudu di depan orang tua mu, biar sah secara agama dan negara. Kenapa bapakmu marah kalau aku nikahin kamu?

Baga nggak bahas zumba, mungkin dia udah khatam sama dunia pertypoan kekasihnya. Untuk meredakan emosinya, Baga minum air mineral dari sumbernya.

Bintang212 : Oowh nikah, ai see. Ai pikir kawin is making love, ngadon dedek. Kan nggak lucu kalau kita ngelakuin proses berkembang biak di depan bapak ai, hihihii.

Brrrrrrrrtttttt

Nyembur semua air yang ada di mulut Baga. Dia sampai batuk beberapa kali saking terkejutnya baca chat dari dek pacar. Nyeleneh sekali wadon nya itu! Hari ini emang sesial itu ya Ga, ya? Sabar ya.. Mungkin setelah hari ini kamu bakal lebih sial lagi. Huehehehe,