NovelToon NovelToon
Runaways Of The Heart

Runaways Of The Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Cintapertama
Popularitas:292
Nilai: 5
Nama Author: Dana Brekker

Darren Myles Aksantara dan Tinasha Putri Viena sama-sama kabur dari hidup yang menyesakkan. Mereka tidak mencari siapa pun, apalagi cinta. Tapi pada malam itu, Viena salah masuk mobil dan tanpa sengaja masuk ke lingkaran gelap keluarga Darren. Sejak saat itu, hidupnya ikut terseret. Keluarga Aksantara mulai memburu Viena untuk menutupi urusan masa lalu yang bahkan tidak ia pahami.

Darren yang sudah muak dengan aturan keluarganya menolak membiarkan Viena jadi korban berikutnya. Ia memilih melawan darah dagingnya sendiri. Sampai dua pelarian itu akhirnya bertahan di bawah atap yang sama, dan di sana, rasa takut berubah menjadi sesuatu yang ingin mereka jaga selamanya.

Darren, pemuda keras kepala yang menolak hidup dari uang keluarga mafianya.

Viena, gadis cantik yang sengaja tampil culun untuk menyembunyikan trauma masa lalu.

Genre : Romansa Gelap

Written by : Dana Brekker

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dana Brekker, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 15

Gak berselang lama setelah dua gadis itu pergi, mantap deru knalpot terdengar nyaring sekali di halaman studio. Darren yang baru hendak kembali ke meja kontrol refleks menoleh ke jendela kaca depan.

Motor matik hijau yang telah menderita banyak perubahan fisik eksternal maupun internal itu berhenti tepat di depan pintu. Dua laki-laki turun dari sana, satu di depan berambut medium bergelombang, kaos band Eropa dengan apron restoran masih tergantung di pinggangnya. Di belakangnya, seorang pria sebayanya namun lebih tinggi dan kurus duduk, pria itu berambut cepak dua senti warna krem, tangan kiri dihias tato ular setengah lengan, sementara kacamata hitam besar menutupi penampilannya yang kelewat norak. Dia menginjak puntung rokok dengan sepatu boot sebelum masuk, cengar-cengir memamerkan giginya yang berkawat.

Tak perlu menunggu lama sebelum pintu studio dibuka.

“Yo,” sapa pria berambut medium sambil terus memutar-mutar kunci motor dari jari. “Keliatannya studio kamu udah berubah jauh, Ren. Gak kayak gudang zombie lagi.”

“Kemarin-kemarin aku sibuk.” Darren menoleh singkat ke arah vokalis band itu sebelum kembali merapikan berlembar-lembar kertas yang bertumpuk di atas meja kontrol. “Jadi baru sempet diberesin. Kerjaanmu udah kelar, Ven?”

Orang kedua menyusul masuk, menutup pintu dengan sikut. Suaranya lebih berat dari yang pertama, lebih berkarakter. “Lu nggak jawab chat gatau diri banget, Bos. Gue kira lu pingsan di ruang mixing.”

“Maklum Handphone-ku mati,” balas Darren santai.

Arvendra yang kerap disapa Arven melepas apronnya, matanya menyisir ruangan. “Aku langsung dari restoran. Shift sore baru kelar, terus nyamperin cecunguk satu ini buat ke studio. Tapi serius ini rapi banget, bro.”

Yang berkacamata hitam, sang basis bernama Yunho, menyeringai sinis. “Rapi itu tanda paling jelas abis ada cewek lewat sih bro?”

Darren diam sepersekian detik. Bibirnya tersenyum miring.

Arven langsung mengangkat alis, lirikan nakalnya menyusul. “Oh? Oh?” ia mendekat dua langkah, mempersempit jarak dengan Darren. “Jangan bilang beneran ada yang dateng?”

Yunho menyandarkan tubuh ke dinding, menyilangkan tangan, tingginya bahkan melampaui Darren. “Udah keliatan dari parkiran. Ada dua cewek jalan keluar. Lu bahkan keliatan cengengesan waktu ngobrol sama mereka.”

“Udah mulai nih,” gumam Darren sambil menancapkan charger ponselnya ke stop kontak. “Kayaknya lu yang cengengesan dari tadi.”

Dua temannya saling tatap, mendadak seperti predator yang mencium darah seekor serigala berbulu domba. Masalahnya serigala itu bos sekaligus temannya sendiri sejak SMA.

“Lah, Darren udah bisa ngomong ‘lu, gue’ berarti beneran cewek.” Arven menekankan kata itu. “Bukan sembarang cewek, ya? Kalo cuma klien, gak mungkin muka kamu seseneng itu barusan.”

“Setelah sekian tahun jomblo, akhirnya tragedi geologi bos kita pecah juga. Hallelujah,” lanjut Yunho mengangkat kedua tangannya seperti memohon doa.

“Aku gak bawa pacar.”

“Bukan pacar,” sang basis membetulkan. “Tapi calon anu.”

Arven menunjuk Darren dengan tatapan puas. “Siapa? Dari mana? Udah kenal lama? Anak kampus? Penyewa studio? Bro, jangan bilang kamu nyulik anak SMA.”

Darren menghela napas, menatap ke arah sofa. “Dia bakal kerja di sini.”

Seketika ekspresi dua laki-laki itu pecah jadi keterkejutan asli.

“Kerja?!” Arven hampir tertawa. “Lu nerima asisten CEWEK di tempat yang isinya cuma anak band insomnia dengan kelakuan preman kampus?!”

“Dia udah sadar kalau tempat ini kadang isinya orang gak waras?” Yunho menimpali.

“Iya,” Darren mengakui dengan santainya. “Namanya Viena, tolong jagain dia kalau aku sedang keluar.”

“And she still stays?” si basis bersiul pelan. “Bossman… lu bener-bener dapet jackpot.”

Sementara Arven menoyor bahu Darren. “Akhirnya setelah bertahun-tahun kita nungguin hari ini, Darren punya alasan ngerapihin studio dan bikin kopi bukan cuma buat kita.”

Darren mengangkat alis. Garis miring masih melekat di wajah, adapun sorot matanya ketara sekali menyuruh mereka untuk mengunci mulut, kalau bisa dilakban sekalian. “Kalian udah selesai?”

“Belum,” jawab keduanya secara bersamaan. Mereka tahu dan hafal betul ekspresi Darren barusan. Tapi karena Darren tidak pernah marah, mereka justru mengabaikan ancaman barusan. Selalu begitu.

“Bima harus denger berita ini juga. Biar dia gak songong mentang-mentang udah punya istri,” jelas Arven buru-buru mengeluarkan ponselnya.

“Ven, gue gonta-ganti cewek lu gak pernah nelpon Bima,” Yunho menimpali.

Gawatnya Bima adalah personil band mereka yang paling ‘sok jago’ soal dunia percintaan. Gak heran Arven lekas-lekas menghubungi temannya itu ketimbang Langit yang pendiam seperti orang bisu.

Bagus Darren mengenal mereka lebih dari siapapun, bualan mereka tidak akan berdampak apapun terhadapnya. “Jagain studio ya, aku mau cari angin bentar.”

“Lah!” pekik dua cowok itu kompak.

“Bossman mulai mode kelelawar nih, pas banget udah lewat maghrib,” ujar Yunho, menarik keluar sebatang rokok sebelum Arven lebih dulu menampar tangannya karena studio baru saja bersih dan ruangan ber-AC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!