NovelToon NovelToon
Istri Paksa Tuan Arka

Istri Paksa Tuan Arka

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Terlarang
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Alya, gadis kelas 12 yang hidup sederhana, terkejut saat mengetahui ayahnya terlilit hutang besar pada Arka Darendra — CEO muda paling berpengaruh di kota itu.

Saat debt collector hampir menyeret ayahnya ke polisi, Arka datang dengan satu kalimat dingin:

“Aku lunasi semuanya. Dengan satu syarat. Putrimu menjadi istriku.”

Alya menolak, menangis, berteriak—tapi ayahnya memaksa demi keselamatan mereka.

Alya akhirnya menikah secara diam-diam, tanpa pesta, tanpa cinta.
Arka menganggapnya “milik” sekaligus “pembayaran”.

Di sekolah, Alya menyembunyikan status istri CEO dari teman-temannya.
Di rumah, Arka perlahan menunjukkan sisi lain: posesif, protektif, dan… berbahaya.

Mereka tinggal seatap, tidur sekamar, dan gairah perlahan muncul—walau dibangun oleh luka.

Konflik berubah ketika masa lalu Arka muncul: mantan tunangan, dunia bisnis yang penuh ancaman, dan rahasia gelap kenapa ia sangat tertarik pada Alya sejak awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Luka Lama Terbuka

​Keheningan di kantor Arka terasa mencekik. Arka berdiri diam, membiarkan Tanaya, mantan tunangannya, menatap Alya dengan penghinaan yang terang-terangan. Alya, yang masih terkejut dengan penemuan album foto lama, kini harus menghadapi manifestasi nyata dari masa lalu Arka.

​“Kau menolakku, melepaskan tunanganmu, dan kemudian kau menikah dengan… anak kecil ini?” ulang Tanaya, nadanya tajam dan menusuk. Ia berjalan anggun, sepatu hak tingginya berdetak di lantai marmer, mendekati Alya.

​Alya berdiri dari sofa, berusaha terlihat setinggi mungkin. Ia menatap lurus ke mata Tanaya yang dingin.

​Arka akhirnya bergerak. Dia melangkah, menempatkan dirinya sedikit di depan Alya—sebuah perisai tak terucapkan, sebuah tindakan perlindungan yang tidak pernah Alya duga akan ia terima dari Arka.

​“Tanaya,” suara Arka kembali menjadi monotone yang dingin, suara CEO yang sedang menyingkirkan gangguan. “Kau tidak punya urusan di sini. Alya adalah Nyonya Darendra yang sah. Perlakukan dia dengan hormat, atau keluar.”

​Tanaya tertawa, tawa yang kering dan meremehkan. “Hormat? Arka, ini aku, Tanaya. Kita hampir menikah. Kita sudah merencanakan merger dua perusahaan. Dan kau menggantiku dengan… seorang siswa SMA? Apa, kau sedang mengalami krisis paruh baya? Kau perlu trophy wife yang harus dipesan dari sekolah?”

​Alya merasa dihantam. Dia tahu semua tuduhan itu benar, tetapi mendengarnya dari mulut wanita lain sangat menyakitkan. Ia merasakan dorongan untuk membela diri.

​“Saya tidak tahu apa urusan Anda dengan Tuan Arka, Nyonya Tanaya. Tapi dia adalah suami saya. Dan dia punya alasan sendiri memilih saya. Setidaknya, pilihannya saat ini adalah saya,” balas Alya, suaranya sedikit bergetar, tetapi ia berhasil mempertahankan kontak mata.

​Tanaya tercengang sejenak. Ia tidak menyangka gadis remaja itu akan melawan.

​“Oh, lihat Arka,” kata Tanaya, beralih ke Arka dengan sinis. “Dia punya taring. Apakah ini bagian dari rencana barumu? Bermain sebagai mentor untuk anak kecil yang naif?”

​Arka meraih bahu Alya, menariknya lebih dekat ke sisinya—sebuah gerakan kepemilikan yang lebih kejam daripada belaian.

​“Rencanaku hanya menyangkut diriku dan Alya. Dan kau sudah tidak termasuk dalam rencana itu, Tanaya. Pernikahan kita batal, bukan karena aku bosan, tetapi karena aku menemukan apa yang benar-benar kucari,” kata Arka, tatapannya kini berubah menjadi keras, penuh amarah yang tersembunyi.

​“Apa yang kau cari? Kebaruan? Kepolosan?” Tanaya mencibir. “Kami adalah pasangan yang sempurna, Arka. Kami sejajar. Kami sama kuat. Apa yang bisa diberikan anak ini yang tidak bisa kuberikan? Kau membutuhkanku untuk melengkapi ambisimu!”

​“Ambisi,” Arka mengulang kata itu, suaranya mengandung ejekan. “Ambisi butuh logika, Tanaya. Aku sudah lama mencarinya. Aku tidak menikah dengan Alya karena aku ingin melunasi hutang ayahnya. Aku menikahinya karena aku menginginkannya. Dan aku akan selalu mendapatkan apa yang kuinginkan, tidak peduli berapa harganya.”

​Mendengar pengakuan yang begitu blak-blakan dari Arka—bahwa ia menginginkannya, dan bukan hanya melunasi hutang—membuat Alya semakin terpaku. Itu menegaskan apa yang baru saja ia temukan di album foto: obsesi lama.

​Tanaya melihat ekspresi kaget Alya dan menyadari bahwa Arka baru saja mengungkapkan motif tersembunyi yang mungkin tidak diketahui Alya.

​Tanaya tersenyum puas. “Aku mengerti. Jadi, kau bahkan tidak memberitahu Nyonya Darendra-mu yang cantik ini tentang mengapa kau benar-benar menikahinya? Itu klasik, Arka. Selalu mengendalikan cerita.”

​Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, berusaha melewati Arka untuk berbicara langsung kepada Alya.

​“Dengar, Alya. Arka dan aku adalah masa lalu. Tapi dia punya luka lama yang sangat dalam. Dia tidak akan memilihmu tanpa alasan. Dia adalah seorang pengontrol. Dia tidak akan pernah membiarkan orang lain memegang kendali atas dirinya,” bisik Tanaya, nadanya kini beralih dari sinis menjadi peringatan. “Kau adalah korban dalam permainannya. Kau cantik, kau rapuh, dan yang terpenting, kau… patuh. Jangan sampai kau menjadi alat untuk menyembuhkan luka yang kubuat.”

​Kata-kata Tanaya menusuk Alya. Luka? Apa yang terjadi di masa lalu antara Arka dan Tanaya? Dan mengapa Arka, yang begitu kuat, memiliki luka yang begitu dalam hingga membutuhkan dirinya, Alya, sebagai ‘alat penyembuh’?

​“Keluar, Tanaya,” perintah Arka, suaranya kini rendah dan mengancam. Amarahnya memuncak.

​Tanaya tersenyum kecil pada Alya, senyum yang mengandung rasa kasihan dan peringatan. Ia berjalan ke pintu, tetapi berhenti sejenak.

​“Aku hanya memperingatkanmu, Alya. Jangan mencoba bermain api dengan Darendra. Kau akan terbakar,” katanya, lalu berbalik dan menghilang dari ruangan.

​Setelah pintu tertutup, keheningan kembali. Kali ini, keheningan itu terasa dingin dan rentan.

​Arka melepaskan cengkeramannya dari bahu Alya. Dia berjalan ke mejanya, mengambil napas dalam-dalam, dan memijat pelipisnya.

​“Kau sudah melihatnya,” kata Arka, tanpa menoleh. “Itu adalah masa lalu. Jangan pernah bertanya padaku tentang Tanaya. Itu sudah selesai.”

​Alya memberanikan diri. “Dia bilang, Anda punya luka lama. Dan dia bilang, Anda menikahiku bukan untuk hutang. Dia bilang… Anda memang menginginkanku, Tuan Arka.”

​Arka berbalik. Matanya menatap Alya dengan intensitas yang menakutkan. Dia tidak menyangkalnya.

​“Aku sudah bilang, aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan,” Arka mengakui. “Dan ya, aku menikahimu karena aku menginginkanmu. Hutang ayahmu hanyalah… cara yang mudah untuk mewujudkannya.”

​Alya menelan ludah. “Sejak kapan? Sejak kapan Anda menginginkan saya? Apakah itu karena foto-foto lama yang ada di album di meja Anda?”

​Arka tidak terkejut. Dia tahu Alya telah melihat album itu.

​Arka maju perlahan, setiap langkahnya mengikis ruang pribadi Alya.

​“Itu tidak penting,” katanya, suaranya menjadi semakin rendah. “Yang penting adalah saat ini. Kau tahu motifku, Alya. Jadi, jangan pernah coba-coba lari. Jika kau melarikan diri, aku tidak akan melunasi hutang ayahmu, dan aku akan memastikan dia tidak mendapat pengobatan terbaik untuk penyakitnya. Sekarang, kau adalah istriku. Kewajibanmu adalah untukku. Bukan untuk menyelidiki.”

​Arka meraih pergelangan tangan Alya dan menariknya merapat, memeluk Alya dengan erat. Pelukan ini terasa berbeda—ini adalah pelukan seorang pria yang memiliki rahasia dan takut kehilangannya.

​“Jangan pernah berpikir untuk lari. Aku lebih menyukaimu di sisiku, Alya. Utuh dan patuh,” bisik Arka, rambut Alya dihirupnya dalam-dalam.

​Alya kini berada di tengah teka-teki. Pernikahan ini bukan sandiwara finansial, tetapi obsesi pribadi. Dan Tanaya adalah kuncinya. Alya harus mencari tahu apa yang terjadi antara Arka dan Tanaya, dan mengapa obsesi itu beralih kepadanya.

​Dia tidak bisa hanya menjadi korban. Dia harus menjadi pemain dalam permainan ini.

​“Saya mengerti, Tuan Arka,” balas Alya, suaranya kini lebih tegas. “Saya akan patuh. Tapi saya juga ingin tahu, apa yang membuat Anda begitu menginginkan saya. Jika saya menjadi istri yang baik, Anda harus menjawab pertanyaan saya.”

​Arka melepaskan pelukan, menatap Alya dengan senyum yang mengandung bahaya. “Permintaan yang berani. Aku akan memikirkannya. Sekarang, sudah waktunya makan siang. Aku tidak ingin menghabiskan waktu lagi untuk masa lalu.”

​Arka meraih tangan Alya dan membawanya keluar dari kantor, meninggalkan Alya dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, dan sebuah obsesi yang baru terungkap.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!