Kembalinya Ratu Ilmu Hitam

Ratih mundur ia hampir kalah dengan kekuatan Ki Ageng, tapi dia tidak mau menyerah.

Api hitam Ratih dan cahaya merah Ki Ageng bertabrakan, menghasilkan ledakan yang sangat keras.

Kedua kekuatan itu terus bertarung, tapi Ki Ageng tampaknya lebih kuat.

Api hitam Ratih mulai melemah, dan cahaya merah Ki Ageng semakin kuat.

Ratih mulai kelelahan, dan dia tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkan Ki Ageng dengan kekuatannya sendiri.

Tiba-tiba, Ratih mendengar suara yang sangat keras dari belakang Ki Ageng.

Suara itu seperti suara hewan yang sangat besar, dan Ratih tahu bahwa itu adalah suara Iblis Alas Siro.

Ki Ageng juga mendengar suara itu, dan dia berpaling ke belakang.

Tiba-tiba, seekor Harimau besar dengan mata merah muncul dari belakang Ki Ageng.

Harimau itu memiliki taring yang sangat panjang dan tajam, dan dia tampaknya sangat kuat.

Ki Ageng terkejut, dan dia tidak bisa bereaksi cepat.

Harimau itu langsung menyerang Ki Ageng, dan Ki Ageng terjatuh ke tanah.

Ratih tersenyum sinis, dan dia tahu bahwa dia telah mendapatkan kesempatan untuk mengalahkan Ki Ageng.

Harimau itu terus menyerang Ki Ageng, dan Ki Ageng berusaha untuk melawan.

Tapi harimau itu terlalu kuat, dan Ki Ageng mulai lemah.

Ratih mendekati Ki Ageng, dengan api hitam di tangannya. "Sekarang giliranmu untuk mati, Ki Ageng!" teriak Ratih dengan suara yang keras.

Tapi tiba-tiba, Ki Ageng berbicara dengan suara yang lemah. "Ratih, kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan," kata Ki Ageng dengan suara yang lemah. "Kamu telah memanggil sesuatu yang tidak bisa kamu kontrol." mata tuan itu terlihat mengerjap beberapa kali.

Ratih tertawa sinis. Matanya tajam menatap Ki Ageng yang tak berdaya. "Aku tahu apa yang aku lakukan, Ki Ageng, aku seperti ini karena kau berani-beraninya, mencampuri urusanku!" kata Ratih dengan suara yang keras.

"Aku telah bersekutu dengan iblis, dan aku memiliki kekuatan yang luar biasa! Kekuatan yang tidak tertandingi siapapun!" Ratih mulai angkuh, karena sakit hati manusia akan bisa melakukan apapun.

Tapi Ki Ageng hanya tersenyum, saat nafasnya begitu lemah. "Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi, Ratih," kata Ki Ageng dengan suara yang lemah. Harimau besar itu, mulai mencabik-cabik pungung Ki Ageng.

"Kamu akan menyesal atas apa yang kamu lakukan." Timpal Ki Ageng lagi.

Ratih tidak peduli, dengan ucapan Ki Ageng, dan dia langsung menyerang Ki Ageng dengan api hitam.

Tapi tiba-tiba, harimau itu berhenti menyerang Ki Ageng, saat Ki Ageng telah tewas meregang nyawa, jasad tua itu tersungkur terbujur kaku diatas tanah basah. Dengan cecaran darah segar dibagian punggungnya.

Dan Harimau itu, dia berpaling ke arah Ratih. Ratih terkejut, dan dia tidak tahu apa yang terjadi.

Harimau itu mendekati Ratih, dengan mata merah yang tajam.

Ratih berusaha untuk mundur, tapi kaki dia terasa berat.

Harimau itu semakin dekat, dan Ratih bisa merasakan napasnya yang panas.

Tiba-tiba, harimau itu berbicara dengan suara yang keras dan menakutkan. "Kamu telah memanggilku, Ratih," kata harimau itu dengan suara yang keras.

"Sekarang kamu harus membayar harga untuk memanggilku." Suara harimau itu menggaung tapi seolah Ratih mendengar suaranya seperti manusia.

Ratih terkejut, dan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. "Aku... aku tidak tahu apa yang kamu maksud," kata Ratih dengan suara yang gemetar.

Harimau itu tertawa, dan suara tertawanya sangat menakutkan. "Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan, Ratih," kata harimau itu dengan suara yang keras. "Kamu telah memanggilku untuk membunuh Ki Ageng, tapi sekarang kamu harus membayar harga untuk itu."

Ratih mulai takut, dan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ia tidak menyangka. Iblis Alas Siro, menampakan ujudnya sebagai harimau besar begitu menakutkan.

"Apa... apa yang kamu inginkan?" Ratih tergagap dengan suara yang gemetar.

Harimau itu tersenyum, dan senyumnya sangat menakutkan. "Aku ingin jiwa kamu, Ratih," kata harimau itu dengan suara yang keras.

Ratih tertegun menarik nafas berat saat melihat Harimau itu, mulai mendekat kearahnya.

"Karena kau telah memangilku, dan akan ada harga yang harus dibayar Ratih." Mendengar kata Harimau itu, tubuh Ratih menegang matanya terbelalak saat Iblis berujud harimau itu mulai menunjukkan taringnya menyeringai kearahnya.

"Jangan sekarang! aku belum menuntaskan dendamku!" Ratih berusaha tetap tenang.

Harimau itu kembali menggaung. "Baiklah... jika sudah selesai membalas dendam datanglah kembali. Kealas Siro. Dan ingat aku akan tetap meminta imbalan." Entah apa, maksud dari ucapan Harimau itu. Ia langsung melompati tubuh Ratih yang berdiri melesat begitu jauh dari pandangan mata.

"Apa yang akan iblis itu lakukan! bukankah ia tidak akan meminta tumbal." Ratih merasa kesal. Karena bersekutu dengan iblis manapun akan tetap meminta imbalan.

Ratih langsung pergi dengan perasaan was-was, ia terus memikirkan ucapan Harimau itu? entah apa yang akan hewan jadi-jadian itu lakukan.

Malam harinya desa Pengasinan nampak begitu sunyi ada beberapa warga desa yang berjaga malam, saat kejadian malam itu dirumah Sinta mereka terus berjaga berkeliling kerumah-rumah penduduk, karena mereka pikir saat itu yang menyerang anak buah Sinta adalah perampok.

"Malam ini sepi bener tumben." Ucap salah satu warga yang berjaga.

"Iya. Yoh, tumben." Timpal yang lainya. Malam ini mereka bertiga berjaga di ranggon (pos ronda) dan yang lainya keliling.

Suara burung hantu dan kicauan burung kedasi terdengar diatas pohon. Malam ini bulan nampak bersinar terang dilangit, akan tetapi entah kenapa suasananya begitu sunyi dan sepi.

"Kamu dengar suara kedasi itu, tidak biasanya berbunyi malam-malam, kata orang jaman dulu kalau ada suara burung kedasi malam-malam akan ada hal yang mengerikan, atau pertanda akan ada kematian yang tidak wajar." Timpal Jalani pemuda itu kebetulan ikut berjaga malam.

"Iya...tah? kamu anak muda tahu-tahuan saja kisah nenek moyang." Timpal Pak Kasman menertawakan ucapan Jalani.

Pemuda itu terdiam dalam hening, telinganya kembali menangkap lolongan suara serigala dari kejauhan.

"Pak kasman, Pak Mujab, sampean dengar itu ngak?" Ucap Jalani mengedarkan pandangannya.

Pak Kasman dan Pak Mujab berpaling ke arah Jalani, dan mereka mendengarkan suara lolongan serigala itu.

Suara itu terdengar sangat jelas, dan mereka bisa merasakan getaran suara itu.

"Apa itu?" tanya Pak Kasman dengan suara yang khawatir.

"Suara serigala," jawab Pak Mujab dengan suara yang serius.

Tapi suara serigala itu terdengar sangat aneh, tidak seperti suara serigala biasa.

Pak Kasman dan Pak Mujab saling memandang, dan mereka tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Kita harus memeriksa, kata Pak Kasman dengan suara yang serius.

Pak Mujab mengangguk, dan mereka berdua langsung berjalan ke arah suara serigala itu.

Jalani memandang mereka berdua pergi, dan dia merasa khawatir. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres.