Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".
(Setiap hari update 3 chapter/bab)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9: Anomali di Dalam Sampah
Hari pertama di "Akuarium" adalah siksaan murni.
Ethan duduk di kursi barunya yang tidak nyaman, di tengah lautan bilik abu-abu. Posisi itu dipilih dengan keahlian seorang ahli strategi. Dia tidak memiliki dinding untuk membelakanginya. Dia terlihat dari segala arah. Dan yang terpentING, dia terlihat jelas dari kantor berdinding kaca Dr. Julian Frost, yang kini bertengger seperti sarang elang, mengawasinya.
Pukul 08:30 pagi. Pekerjaan dimulai.
Di layarnya, tugas yang mustahil itu menunggu: menganalisis arsip data mentah selama dua tahun dari *setiap* simulasi kegagalan model penahanan standar. Ribuan terabyte data sampah.
"Saya ingin laporan itu di meja saya minggu depan," kata Frost melalui interkom, suaranya yang dingin dan jernih terdengar oleh semua orang di "Peternakan." Sebuah penegasan dominasi yang tidak kentara.
Ethan hanya mengetik balasan singkat: `Diterima.`
Dia mulai bekerja.
Jam pertama, dia benar-benar mencoba melakukan tugas itu. Dia membuka file-file log, menatap barisan angka-angka yang tak ada artinya, mencoba menemukan korelasi. Itu adalah pekerjaan yang menumpulkan pikiran, dirancang untuk menghancurkan semangat. Itu adalah cara Frost untuk berkata, "Lihat? Kau tidak istimewa. Kau hanyalah pemroses data."
Para peneliti lain di "Peternakan" berjingkat-jingkat di sekitarnya. Mereka akan pergi ke mesin kopi dalam kelompok-kelompok kecil, berbisik pelan, melirik ke arah Ethan—sang jenius yang jatuh, hewan sirkus baru mereka. Ethan bisa merasakan tatapan mereka di punggungnya.
Dia mengabaikan mereka. Dia mengabaikan Frost, yang bisa dia lihat dari sudut matanya, sedang mengamatinya dengan puas.
Dia hanya fokus pada data. Data sampah.
Dia membuka log dari kegagalan simulasi 9-B. Gagal total. Lalu 9-C. Gagal. 10-A. Gagal. Itu adalah kuburan digital dari ide-ide yang buruk.
Dia berhenti.
Dia kembali ke log 9-B. Sesuatu menarik perhatiannya. Kegagalan itu... ada *pola*nya. Bukan pola efisiensi. Pola *kebisingan* (noise). Ada lonjakan harmonik aneh tepat sebelum simulasi itu runtuh.
Dia membuka 9-C. Lonjakan yang sama. Frekuensi yang berbeda, tapi polanya serupa.
Dia membuka 10-A. Ada lagi.
Jantungnya mulai berdebar pelan.
Dia mendongak ke kantor Frost. Frost sedang berbicara di telepon, punggungnya menghadap ke ruangan.
Ethan dengan cepat membuka jendela kalkulasi tersembunyi di terminalnya, menyamarkannya sebagai bagian dari program analisis datanya.
Dia mulai bekerja. *Benar-benar* bekerja.
Frost tidak memberinya penjara. Dia memberinya **tambang emas**.
Selama dua tahun, tim Frost telah mencoba menekan fluktuasi energi liar di dalam reaktor. Mereka telah mencatat setiap fluktuasi itu sebagai "data sampah," sebagai "noise" yang harus dihilangkan.
Bagi Ethan, itu bukan "noise." Itu adalah *musik*.
Itu adalah frekuensi alami dari Lensa Fraktal. Itu adalah "lagu" yang coba dinyanyikan oleh reaktor, yang mati-matian coba dibungkam oleh Frost dengan model penahanannya yang kaku. Dan sekarang, Frost telah memberinya rekaman dua tahun dari lagu itu.
Senyum tipis—senyum pertama yang tulus dalam dua hari—menyentuh bibir Ethan. Dia menundukkan kepalanya, berpura-pura sedang menganalisis *spreadsheet* yang membosankan. Tapi di balik fasad itu, otaknya menyala.
Dia tidak lagi mencari "korelasi efisiensi" untuk Frost. Dia mencari "frekuensi resonansi" untuk dirinya sendiri.
Dia bekerja seperti orang kesurupan. Dia lupa di mana dia berada. Dia lupa dia sedang diawasi. Dia hanyalah pikiran yang menari di antara angka-angka.
Dia mulai mengetukkan jarinya di meja. Sebuah ritme yang pelan dan kompleks. *Tap-tap-tap... jeda... tap...*
Itu adalah irama dari frekuensi yang dia temukan.
Dia mulai bergumam pada dirinya sendiri, sebuah kebiasaan yang dia miliki saat bekerja dengan Aurora. "Tidak, itu harmonik kelima... sisihkan... tapi *ini*... frekuensi primer... ya... ya, itu dia..."
"Sesuatu yang lucu, Peneliti Pradana?"
Suara Frost memecah konsentrasinya seperti seember air es.
Ethan tersentak, hampir melompat dari kursinya. Dia mendongak. Frost berdiri tepat di samping mejanya, menjulang di atasnya, wajahnya dipenuhi kecurigaan. Memar di pelipisnya kini berwarna ungu tua yang jelek.
Seluruh "Peternakan" menjadi sunyi.
"Saya lihat Anda sangat... *terhibur*... oleh data itu," kata Frost dingin. "Mengetukkan jari. Bergumam. Apakah Anda menemukan sesuatu yang... *puitis*?"
Perangkap telah dipasang.
Otak Ethan bekerja cepat. Dia tidak bisa menunjukkan apa yang sebenarnya dia temukan. Dia harus memberinya sesuatu yang lain. Sesuatu yang membosankan. Sesuatu yang akan dimengerti oleh pikiran Frost yang kaku.
Ethan dengan tenang menunjuk ke layarnya, beralih ke salah satu *spreadsheet* yang telah dia siapkan untuk saat-saat seperti ini.
"Bukan lucu, Dr. Frost," kata Ethan, suaranya datar dan lelah (separuh pura-pura, separuh asli). "Hanya... aneh. Sebuah korelasi yang tidak masuk akal. Lihat ini."
Dia menunjuk ke dua kolom data. "Log kegagalan dari tim pendingin. Sepertinya, sub-protokol yang Anda rancang..."—dia sengaja memuji Frost—"...tampaknya 0.01% lebih efisien pada hari Selasa."
Frost mengernyit, mencondongkan tubuh lebih dekat. "Apa?"
"Ya," kata Ethan, berpura-pura bingung. "Selama enam bulan terakhir. Hanya pada hari Selasa. Saya pikir itu mungkin anomali data, tapi polanya konsisten. Mungkin fluktuasi daya dari jaringan kota? Atau mungkin... siklus pemeliharaan mingguan dari unit pendingin lain?"
Frost menatap data itu. Dia kini benar-benar tertarik, kecurigaannya yang tadi dialihkan oleh teka-teki logis yang tidak berarti. "0.01%... pada hari Selasa..." gumamnya. Itu adalah jenis masalah yang *dia* sukai. Sesuatu yang kecil, bisa diukur, dan bisa diperbaiki.
"Itu... aneh," kata Frost. "Tandai itu. Kirimkan memo ke tim pendingin. Bagus."
Dia menatap Ethan, penilaiannya melunak sedikit. "Saya terkejut Anda benar-benar bekerja. Saya kira Anda akan merajuk."
"Saya hanya melakukan apa yang diperintahkan," kata Ethan hampa.
Frost tersenyum tipis. Dia telah menang. Dia telah mematahkan sang jenius. "Bagus sekali," katanya, cukup keras untuk didengar orang lain. "Lanjutkan."
Frost berbalik dan berjalan kembali ke kantor kacanya, jelas merasa puas bahwa tawanannya telah dijinakkan dan kini berguna.
Ethan menghela napas pelan saat adrenalin mereda. Itu adalah "near miss" (hampir ketahuan) yang sangat dekat.
Dia kembali menatap layarnya. Dia telah membeli sedikit waktu. Dia kembali ke pekerjaannya yang sesungguhnya: menggali emas dari tumpukan sampah digital Frost.
Waktu di dalam "Akuarium" berjalan berbeda. Tidak ada siang atau malam. Hanya cahaya neon yang konstan dan dengungan pendingin.
Hari kedua berlalu. Lalu hari ketiga.
Ethan Pradana menjadi model tawanan. Dia tiba tepat pukul 08:30. Dia bekerja tanpa henti, memverifikasi kode-kode yang membosankan, menganalisis data sampah. Dia tidak berbicara dengan siapa pun. Dia hanya bekerja, berhenti sejenak untuk minum cokelat panas dari mesin penjual otomatis yang rasanya seperti kapur.
Frost mengawasinya dengan kepuasan yang semakin besar. Sang jenius telah dijinakkan.
Tapi di balik layar terminal Ethan, di jendela-jendela tersembunyi, perang sesungguhnya sedang berlangsung.
Ethan telah mengumpulkan semua frekuensi "noise" dari data kegagalan Frost. Dia memiliki puluhan ribu harmonik liar. Itu adalah kekacauan.
Dan kemudian, dia teringat akan sesuatu.
*Calicite-7*.
Dia tidak bisa membawa kristal itu ke lab. Tapi dia punya datanya. Data spektrometer dari malam pencurian itu, tersembunyi di kompartemen di bawah lantai apartemennya. Dia tidak bisa mengaksesnya. Aurora diblokir.
Dia buntu. Dia memiliki semua "noise" di dunia, tetapi dia tidak memiliki "garpu tala" untuk menyetelnya.
Pukul 03:00 pagi pada hari ketiga. "Peternakan" itu sunyi, kecuali suara ketukan keyboard Ethan. Bahkan Frost pun tertidur di kursinya di kantor kacanya, kelelahan karena mengawasi tawanannya.
Ethan menatap data sampah itu. Dia perlu menemukan frekuensi *Calicite-7* tanpa kristal itu.
Dia memikirkan kembali pencurian itu. Dia memikirkan data *Calicite-7*. Ditambang dari Mars. Dia memikirkan... Mars.
Dia membuka arsip log lain. Bukan data simulasi. Data *lingkungan* dari misi-misi Mars sebelumnya. Termasuk misi terraforming tahun 2050. Misi yang menewaskan orang tuanya.
Frost telah memberinya akses ke *segalanya*, mengira dia akan tersesat di dalamnya.
Ethan mulai mencari. Dia mencari anomali. Bukan anomali energi. Anomali *geologis*.
Dan di sanalah itu. Jauh di dalam log sensor dari tim geologi tahun 2050, sebuah catatan kaki dari seorang peneliti yang sudah lama meninggal. `Anomali resonansi terdeteksi di dekat Kawah Schiaparelli. Batuan lokal (kemungkinan formasi kuarsa baru) tampaknya 'bernyanyi' pada frekuensi yang sangat spesifik...`
Di bawahnya ada sebuah angka.
Jantung Ethan berhenti.
Dia mengambil angka itu. Dia kembali ke ribuan data "noise" dari simulasi Frost.
Dia menggunakan frekuensi Mars itu sebagai filter. Sebagai kunci.
Dia memfilter kekacauan itu.
Dan tiba-tiba, kekacauan itu lenyap.
Di layarnya, hanya tersisa satu gelombang sinus murni. Sebuah nada yang sempurna dan stabil.
Dia menemukannya.
Dia memiliki "lagu" Lensa Fraktal. Dia memiliki "nada" dari *Calicite-7*. Dan mereka *cocok*.
Dia telah memecahkannya. Dia memiliki seluruh teori, dibuktikan secara matematis, menggunakan data sampah Frost sendiri dan log geologi lama.
Dia ingin berteriak. Dia ingin berlari.
Tapi dia tidak bisa.
Dia duduk di akuariumnya, dikelilingi oleh musuh. Dia memiliki jawaban untuk energi tak terbatas di layarnya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dia menatap Frost, yang mendengkur pelan di kantornya.
Dia membutuhkan Aurora. Dia membutuhkan A.I.-nya untuk menjalankan *satu simulasi terakhir* yang menggabungkan semua ini. Dia perlu mengirimkan data ini padanya. Tapi bagaimana?
Dia melihat terminalnya. Dia melihat tugas verifikasi kode yang masih terbuka. Dia seharusnya memeriksa *bug*.
Sebuah ide gila, sebuah ide putus asa, terbentuk di benaknya.
Frost telah membangun *firewall* untuk memblokir komunikasi *eksternal* Ethan. Tapi Frost tidak memblokir komunikasi *internal* sistem.
Ethan membuka file sumber (source code) untuk sesuatu yang sangat membosankan, sesuatu yang dia tahu Aurora, dalam mode idle-nya, akan memindai secara rutin untuk pemeliharaan. Kode untuk sistem pencahayaan koridor.
Dia menelusuri ribuan baris. Dia menemukan sebuah sub-protokol redundan yang sudah lama tidak terpakai.
Dia mengetik dengan cepat, bukan kode, tapi *komentar*. Komentar di dalam kode, yang akan diabaikan oleh kompiler, tetapi akan dibaca oleh A.I. yang sedang memindai.
Dia menuliskannya dalam sandi yang hanya mereka berdua yang tahu. Sandi yang mereka buat saat dia berusia 14 tahun.
`# Diagnostik Anomali - Ref: R.P. (Ratna Pradana)`
`# Sim 7.7 Diperlukan. Variabel Baru: Osilator.`
`# Frekuensi Kunci: [Dia mengetikkan angka murni yang dia temukan]`
`# Sumber Material: Kawah Schiaparelli (Calicite-7)`
`# S.O.S. // Kunci: NATE // Target: MINGGU.`
Itu adalah segalanya. Teori baru (Osilator). Frekuensi kunci (angka itu). Lokasi material (Mars). Dan pesan darurat: "Hubungi Nate. Rencanakan sesuatu untuk hari Minggu."
Dia menyimpan file itu. Perubahan itu dicatat oleh sistem sebagai `Verifikasi Kode Rutin oleh E. Pradana.` Itu adalah pesan dalam botol yang dilemparkan ke lautan digital.
Dia tidak tahu apakah Aurora akan melihatnya. Dia tidak tahu apakah *firewall* Frost akan menandainya.
Dia hanya bisa berharap.
Dia bersandar di kursinya, kelelahan yang luar biasa kini menderanya. Dia menutup matanya, tepat saat matahari pagi mulai menyinari Neo-Babel.
Dia telah melakukan bagiannya. Sekarang, dia menunggu.