NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:131.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 ~ Dulu, kini, hingga menutup mata

“Teruntukmu wahai pahlawanku yang bergelar Ayah ….” Bibirnya bergetar samar, perlahan ditelannya air liur menyangkut di tenggorokan. Mata indah itu berkaca-kaca, senyum manis dia suguhkan pada sosok melangkah mendekati pentas.

Sabiya terheran-heran, lalu melihat arah pandang kakaknya. Digenggamnya kuat-kuat kepalan tangan, dia berlari kencang. “MAMAK!!”

Meutia Siddiq merentangkan kedua tangan. Tersenyum teduh menyambut salah satu permata hati buah cintanya dengan sang suami.

"Masha Allah, Mamak cantik sekali … pakai gincu.” Sebelum memeluk perut sang ibu, terlebih dahulu memuji wajah segar yang masih tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

“Jelas lah, kan Mamak mau terlihat cantik didepan Sabiya dan Kak Intan, biar tak kebanting nanti kalau berdiri disamping para Bidadari Ayah Ikram,” aku nya jujur.

Dia memang sedikit merias diri, semua itu dilakukannya demi menutupi kulit pucat wajahnya, dan juga bibir pecah-pecah. Pun, tak mau memperlihatkan kesedihan kepada orang luar selain keluarga.

Sabiya tertawa lepas hingga barisan gigi ada gingsulnya terlihat, hatinya senang sekali. Kedua tangannya memeluk perut ibunya, mengecup bertubi-tubi perut bulat terasa keras. “Adek pasti juga mau nonton Kak Biya dan kak Intan tampil ‘kan?”

Meutia mengelus sayang sisi wajah Sabiya. Menirukan suara anak kecil yang belum fasih berbicara. “Iya lah. Bial kak Biya dan kak Intan semakin semangat.”

Wajah cantik yang dimak-up tipis itu menggesek-gesek perut tertutup baju gamis longgar. Diketuk-ketuk nya permukaan kulit sang ibu. “Telima kasih adik. Kak Biya, kak Intan, sayang banyak-banyak.”

Ehem, ehem.

“Masa Umi mau dilupakan, tak dianggap padahal sudah sedari tadi berdiri di belakang Mamak. Macam mana ini, Abi? Apa lebih baik kita pulang saja, ya?”

“Alhamdulillah!” Sabiya memekik girang sampai melompat-lompat dikarenakan saking senangnya. Tidak menyangka sepasang suami istri yang sudah izin kepadanya tidak bisa hadir, kini berdiri di dekatnya. “Umi dan Abi juga datang?”

Dzikri Ramadhan menarik lembut lengan kurus gadis pemalu bila dengan orang baru, sedikit sulit bersosialisasi, sewaktu-waktu sangat pendiam. Dia berjongkok menyamakan tingginya dengan Sabiya. “Selagi Allah beri kesehatan – mau dimanapun Abi dan Umi berada, kalau ada acara penting putra-putri kami, pasti langsung tancap gas motor.”

“Terima kasih, Abi, Umi.” Sebelah tangannya memeluk leher Dzikri, satunya lagi menggenggam erat tangan Dhien.

'Ayah, ayo kita tunjukkan kepada wanita kesayanganmu itu – kalau sosoknya sangat berarti.’ Intan menarik napas panjang, bersiap bersuara.

“Teruntuk wanita nyaris sempurna yang telah melahirkan putrinya – menjadi madrasah pertama, membimbing, mengasihi, memberikan kasih sayang tanpa syarat – wahai ibu Meutia … izinkan permata hatimu mengungkapkan rasa, boleh?”

Langkah Meutia terhenti, tubuhnya bergetar pelan, ia mengangguk sambil menahan laju air mata.

“Maaf, bila pada kesempatan ini bukan puisi yang akan saya bawakan, melainkan kata-kata cinta untuk sosok hebat, dan sangat kami sayangi.” Intan sedikit membungkuk, dia telah memutuskan tidak membaca puisi yang sudah dihafalnya.

“Bu, sembilan bulan bukan waktu singkat, melainkan perjuangan diiringi rasa tak nyaman. Aku percaya pada pepatah yang mengatakan – kasih ibu sepanjang masa. Sosokmu sangat mulia, enggan mengeluh, seolah membawa beban di perut disetiap langkahmu bukanlah apa-apa.” Ia mengerjap, mempertahankan senyum manisnya.

“Tiba waktunya melahirkan sosok yang selama berbulan-bulan merenggut kebebasanmu dalam bergerak, sering membuatmu tak enak badan, mudah lelah dan rentan sakit, semua itu belum usai – engkau harus berjuang bertaruh nyawa demi membawa titipan Sang Maha Kuasa, melihat warna-warni kehidupan.”

Meutia lebih erat lagi menggenggam tangan Sabiya. Matanya cuma menatap putri sulungnya, seolah cuma ada mereka di sana.

“Seseorang selalu mengatakan, menekankan setiap malam sebelum tidur. Nak, engkau boleh sakiti perasaan Ayah, tapi jangan ibumu. Kau pun boleh meluapkan kemarahan dengan nada sedikit tinggi, asal bukan tertuju untuk ibumu – dia telah banyak kehilangan hal berharga demi bisa membuat kita bahagia.” Genggaman pada mic sangatlah kuat, sampai buku-buku jarinya memutih.

"Cita-citanya dikesampingkan, keinginan kita dikabulkan, dan impian kita diperjuangkan. Pengorbanannya tak dapat dibalas dengan lembaran rupiah maupun hadiah mewah. Bahkan seumur hidup belumlah cukup bila mengingat pengorbanan besarnya. Maka dari itu jangan sekali-kali mematahkan hatinya, mengecewakan perasaannya disaat sesuatu tak sesuai ingin mu. Ayah, alhamdulillah, Intan hafal," kalimat terakhir ia ucapkan dalam hati.

Intan menutup mata, membayangkan wajah cinta pertamanya kala tersenyum bangga, sorot mata penuh kasih seraya berkata. “Dulu, sekarang, esok, lusa hingga masa depan dan sampai menutup mata – Meutia Siddiq tetap pemilik utuh hati kami. Tak masalah tubuh menua, tapi cinta ini takkan lekang dimakan waktu. Tetap sama, berkembang layaknya akar menembus tanah.”

“Intan!” wanita berkerudung lebar itu memekik kecil.

Yang dipanggil membuka mata, sangat anggun merendahkan tubuh, meletakkan mic di lantai papan tertutup karpet hijau, kemudian melangkah lebar.

Di bawah tangga pentas, ada paman Hasan yang sigap mengangkat tubuhnya.

Hampir semua tamu yang hadir mengusap linangan air mata, para pria mengerjap menghalau terjunnya buliran bening. Mereka bergumam kagum akan bakti seorang anak, serta memuji orang tuanya yang berhasil mendidik putri cantik itu.

Intan setengah berlari. ‘Ayah, kata-kata cintamu yang selalu kau agung-agungkan, sudah Intan gemakan dan Mamak mendengarnya.’

“Sayangnya Mamak.” Meutia memeluk erat meskipun terhalang perut besarnya. Diusapnya lembut punggung gadis kecilnya yang banyak berubah hanya dalam waktu sekejap mata.

‘Seandainya engkau ada disini Bang. Betapa bangganya dirimu melihat buah hati kita.’

Intan mencium perut ibunya, lalu berjinjit dan mengecup wajah cantik itu, menghapus lelehan air mata. “Apa Mamak baik-baik saja? Seharusnya tak perlu memaksakan diri untuk datang. Intan dan Biya sangat-sangat mengerti. Lagipula ada Ayah besar, Bunda dan lainnya yang menemani.”

Meutia kehilangan kata-kata, yang dia lakukan kembali memeluk kedua buah hatinya. “Mamak baik-baik saja. Bila tak datang bisa jadi tambah parah sakitnya, sebab obat mujarab itu adalah melihat kalian tampil dengan rasa percaya diri, senang hati.”

“Intan sayang sangat dengan, Mamak. Jangan berlarut-larut sedihnya ya, Mak. Kalau bisa dikurangi sedikit demi sedikit, Intan takut dan tak mau kalau Mamak kenapa-kenapa. Nanti kami sama siapa?”

Tangisan Meutia bertambah kencang. Beruntung suasana sudah kembali ramai diisi oleh lomba fashion show baju adat dan busana muslimah anak-anak.

“Maafkan Mamak, Nak. Maaf.”

“Jangan minta maaf, Mak. Mamak tak punya salah, kami yang banyak salah sering buat naik darah,” ujar Intan, dia tersenyum dan menatap haru ibunya.

“Kalau saja ada Ayah, pasti Mamak sudah digendong dan dimasukkan ke dalam mobil,” candanya apa adanya. Ayahnya memang tipe pencemburu, melarang sang ibu berhias kalau keluar rumah. Cuma diberi izin memakai pelembab dan madu di bibir saja.

Meutia pun terkekeh kecil. Hatinya menghangat sekaligus terasa kebas.

“Nak, kenapa tak jadi membaca puisi tentang Ayah? Apa tak enak hati karena ada Mamak disini?”

.

.

Bersambung.

1
Julie Yang
👍👍👍👍👍👍/Angry//Angry//Angry//Angry//Angry/
Julie Yang
👍👍👍👍👍👍
Kaka Shanum
mau bukti??...ayok siapa takut.engga usah kebanyakan minta bukti deh arinta,berani2 nya ngajak debat mencoba mempermalukan meuthia didepan pengujung yang lain.kekayaan orangtua kamu engga ada seujung jempolnya keluarga sidiq.bener2 pengen dibanting sama umi dhien.ikhram coba kepala nya digetok biar engga kelamaan amnesia.awas aja ambu dan bapaknya ikut2an belain arinta.
Wedangan andini Aworkonco
ya Allah Thor....baru baca judulnya langsung berkaca" mataku Thor....😭😭
FiaNasa
hayo.lo.arinta mati kutu kau,,mana bukti klau Yunus suamimu,,kau tak kan bisa merebut ikram lagi,,semua keluarga tak kan membiarkanmu menjerat Yunus alias ikram..Denis bisa merasakan kasih sayang Yunus tp lihatlah anak Meutia,,bahkan gauzhan belum pernah tersentuh ayahnya sendiri,ikram Rasyid alias Yunus ini arinta,,
Sumi yati69
makin seru
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sereeemmmm ihhhh. pd ngamuk2 ini readersnya. larriii aaahhhhhh 🏃‍♀️🏃‍♀️
Naufal
aduhh kak cublik dag dig dug aq 🤭🤭🤭
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
loh mana ini we kelanjutan nya...?? kok ya gantung...???? ke celana dalam si ayek gk kering...
Suanti
semoga setelah ini ingatan nya kembali
Cublik: Aamiin 🥰
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
sumpah ya allah aku degdegan ampe gemeter saking nahan nafas ini sesak we dadaku kencang betul degdegan nya.... wahhhh gelaseaaahhh aka memang terbaeeekkkk sampai aku susah tak bisa bercakap dingin loh we ini tangan sama kaki ku... /Sob//Sob//Sob/
Cublik: Maju Kak, kasih paham si Arinta 🤣
total 1 replies
neni nuraeni
ayo Tia jgn klh SMA si lakor perthnkn suamimu, semoga aja ikram CPT smbuh thor ksian Tia dan bisa berkumpul kmbli, si lakor dan anknya suruh pulang aja thor
Cublik: Rebut lagi si Ikram
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
heiii sundel gw yakin elu liat kan...?? awas aje jlo ampe elu ngehalang"in gw pites elu gw cicang gw kasih makan bdan elu k hiu... biar nyaho.. ayo bang ik inget atuh plissshhh👏👏👏👏
Cublik: Mana kenyang Hiu nya Kak 😁
total 1 replies
cici cici
weeeee....ngaku ngakuuuuuu... ish.. tabok aja lh muncung nya tu mutia ha..geram kali awak
Cublik: Pakek sikat kawat 🤣
total 1 replies
cici cici
Alhamdulillah akhir nya ketemuuu.... weei arinta jgn ngaku2 gitu lah weeeee🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Cublik: Rebut lagi ya Kak
total 1 replies
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!