- Lora sadar bahwa hidupnya telah hancur Karena jebakan kenikmatan sesaat yang di berikan oleh papa tirinya.
-
Dia mencoba untuk kembali ke jalan yang benar, tapi sudah terlambat
-
Lora Jatuh Lebih Dalam dan Lora semakin terjebak dalam kehidupan liar dan kehilangan semua yang dicintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Sosok Rico yang berbeda
0o0__0o0
jam 12.00 siang, Lora merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia merasa lelah akibat menjalani hukuman dari sang mama. Sedari tadi Lora mencuci dan menyetrika bajunya untuk keperluan besok ke sekolah.
Pada akhirnya, Hari ini Lora bolos tidak sekolah. Tapi tenang saja, Maya sudah memberikan surat izin ke sekolah'nya. Dengan alasan ada kepentingan keluarga.
Tinggal-lah dia sendiri di mansion yang besar ini hanya dengan beberapa pelayan. terkadang Lora berpikir dia ingin bisa hidup bebas keluar rumah seperti teman seusia-nya. Namun sayangnya dia tidak akan pernah bisa melakukan itu.
Mungkin Lora bisa melakukan itu, Kalau Mama Maya bisa mendapatkan hidayah.
"Kapan aku bisa keluar, Main, jalan-jalan, Bahkan nongkrong kayak teman-teman. Pasti itu seru dan menyenangkan" Guman'nya Lirih.
Huft..!
Lora menghembuskan nafasnya kasar, dia berdiri di depan cermin meja riasnya dia mengamati tubuhnya yang tinggi dan wajah cantik, Namun imut seperti boneka hidup.
Lora sangat ingin tau, Seperti apa dunia luar ? Dia ingin menjelajahi. Rasa penasaran yang dia pendam selama ini Semakin menumpuk di dadanya.
"Apa aku ajak Papa aja, Ya..?" Em..Lora berpikir keras.
"Tapi kalau Papa tidak mau gimana ?" Ucapnya dengan lesu.
Aaaaaa...!
Jeritan Lora frustasi, pada akhirnya dia tantrum sendirian di kamarnya. "Aku benci hari ini! Aku benci semuanya" Dia berteriak sambil menendang-nendang tempat tidur.
Dia merasa frustrasi karena hidupnya tidak pernah berjalan seperti apa yang dia inginkan. Semua yang dia lakukan selalu di atas kontrol Mama-nya, Dan Dia merasa seperti beban pundaknya sangat berat.
Lora terus marah-marah sendirian di kamarnya, Tidak peduli dengan barang-barang yang berhamburan di sekitarnya. Dia hanya ingin melepaskan semua emosi negatif yang ada di dalam dirinya.
Setelah beberapa saat, Lora akhirnya merasa sedikit lebih tenang. Dia duduk di tempat tidur, menarik napas dalam-dalam, dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Apa yang salah dengan hari ini?" dia bertanya pada dirinya sendiri. "Mengapa aku merasa seperti ini?"
Lora mencoba untuk memikirkan apa yang menyebabkan dia merasa seperti itu, Dan Dia menyadari bahwa mungkin dia hanya perlu sedikit waktu untuk dirinya sendiri untuk menenangkan diri.
Dia membawa langkahnya menuju balkon, meninggalkan kekacauan yang dia buat. Lora membuka jendela kamarnya dan membiarkan udara segar masuk.
0o0__0o0
Di lantai bawah Rico baru pulang dari kantor, Padahal ini masih siang. Entah apa ? yang membuat dia pulang cepat.
Dia melangkah menuju ke lantai atas Sambil menenteng jas yang ada di tangan'nya. Wajahnya datar, Tubuhnya tegap, Aura Dominan terpancar jelas dari setiap langkahnya.
Para pelayan mengernyit heran, Melihat Rico pulang lebih awal. Tidak seperti biasanya, Karena penasaran salah satu pelayan memberanikan diri untuk bertanya.
"Tuan, maaf ! Apa ada barang yang tertinggal ?" Tanyanya dengan sopan, Dia berpikir ada dokumen penting yang tertinggal.
Rico berhenti, bukan untuk menjawab pertanyaan tidak penting dari pelayannya. Melainkan menanyakan Anak Tirinya.
"Dimana Lora ?" Singkat dan padat.
"Nona, sedari tadi pagi ada di kamar'nya tuan" Jawab'nya.
Rico langsung menoleh ke arah pelayan-nya "Dari tadi pagi ?" Ulangnya datar.
"Apa Lora sudah makan siang ?" Sambung'nya bertanya dengan nada dingin. Melihat jam di tangannya sudah pukul 12.45 siang.
"Iya, Tuan. Nona tidak turun lagi Setelah sarapan tadi pagi. Dan Nona juga belum makan siang" Jawab'nya sambil menunduk takut.
Para pelayan di mansion ini sangat tau betul sifat Rico seperti apa. Di balik wajah tampannya dan ucapan manisnya, Tersembunyi banyak hal yang tersimpan sangat rapat.
Rico langsung balik badan, Dia mem-bawah langkahnya lebih dekat ke arah pelayan-nya. Wajahnya Datar dan tatapan'nya berubah sangat dingin.
"Kamu tau tugas kamu di sini apa ?" Tanya'nya dengan suara yang lebih mirip seperti alaram berbahaya.
Pelayan itu seketika bergetar ketakutan, Dia menunduk semakin dalam. "Tau,Tuan. Melayani Nona Lora dengan baik" Jawab'nya dengan bibir gemetar.
"Baik..? Seperti apa yang ada di otakmu Hem ? Lora bahkan melewatkan jam makan siangnya. Itu yang kamu maksud baik ?" Ucapnya Datar dengan tatapan Elangnya yang menajam.
"Maaf Tuan, No____"
PLAK..!
Suara Kerasnya tamparan itu, menghentikan ucapan sang pelayan seketika. Rico menampar dengan sangat keras, Sampai pelan itu jatuh ke lantai. Wajahnya tetap datar dengan tatapan Elangnya yang menajam.
Bruk...!
Pelayan itu langsung bersimpuh dengan benar, Dia menekuk kedua kakinya di lantai. Lalu duduk dengan tubuh yang tegap. Dengan tangan yang menyatu di depan dadanya. Kepalanya mendongak ke atas menatap Rico Dengan air mata yang mengalir deras.
Pipinya merah dengan sudut bibir berdarah, Tubuhnya gemetar Hebat. Namun dia tetap menjaga duduknya supaya tidak oleng.
"Saya siap di Hukum Tuan" Ucapnya bergetar lirih.
Seketika atmosfer di ruangan itu berubah mencekam Rico tetap berdiri dengan tenang. Satu tangan'nya berada di dalam saku celana kain panjang-nya. Aura Rico berubah 180 derajat dari setiap hari yang biasa dia tunjukkan sama Istri dan anaknya.
"Dani..!"
Rico memanggil salah satu pengawal-nya, Yang berdiri di di ujung tidak jauh darinya. "Hukum Dia seperti biasanya" Ucapnya Datar dengan tegas.
"Siap Tuan" Saut Doni tegas. Langsung menyeret pelayang itu dengan kasar. Suara teriakan, memohon ampun. Menggema di lantai bawah.
Rico hanya memandang Datar, Dia segera memutar tubuhnya membawa langkah kakinya menaiki anak tangga. Langkahnya selalu tenang dan terukur.
Kini Rico berdiri di depan pintu kamar Lora, Tanpa sepatah kata. Dia langsung mengetok pintunya.
Tok..! Tok..! Tok..!
Tiga kali ketokan, Namun tidak ada jawaban. Rico langsung membuka pintunya tanpa bertanya terlebih dahulu.
Pemandangan pertama yang Rico lihat adalah kondisi kamar Lora, Yang begitu sangat berantakan. Khas seperti seorang anak gadis, yang lagi habis mengamuk karena tidak diizinkan bermain.
Bola matanya bergerak liar, MeLihat ke sekeliling ruangan itu. Sepanjang mata memandang Rico tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Lora.
Tanpa sepatah kata Rico langsung membawa masuk langkahnya lebih dalam. Dia melempar jasnya ke atas ranjang Lora. Wajahnya datar dengan tatapan mengarah ke arah pintu balkon yang terbuka lebar.
Rico melangkah dengan tenang, sampai akhirnya dia menghentikan langkahnya di depan pintu balkon kamar Lora. Pandangan matanya lurus ke depan, di sana di lantai, Lora duduk memeluk lututnya dengan tubuh gemetar.
Suara isakan tangis lirih Lora begitu sangat mengusik otaknya. "Apa yang membuatnya sampai menangis sendirian seperti itu ?" Guman'nya membanting.
Rico mem-bawah langkahnya mendekat, Pelan dan tenang. Dia berjongkok di depan Lora, Tanpa sepatah kata. Rico mengelus lembut pucuk kepalanya.
Elusan itu begitu lembut, Seolah menyalurkan ketenangan ke dalam diri lora. Rico tetap diam tidak bersuara, Sampai akhirnya Lora mengangkat kepalanya.
Tatapan ke-dua nya bertemu, Rico memberi tatapan lembut yang menenangkan. Mata Lora merah dan bengkak, Namun itu justru membuat Lora semakin menggoda di mata Rico.
Sampai Akhirnya Suara Lirih Lora memecahkan keheningan "Papa, Hug Me'' Ucapnya serak lirih.
Tanpa sepatah kata, Rico langsung mengangkat tubuh Lora ke dalam gendongan-nya. Rico meng-gendong Tubuh Lora ala koala, Dengan Lora yang memeluk erat lehernya.
Rico mengayun-kan pelan tubuh'nya, Layaknya seorang Ayah yang lagi menenangkan anaknya. Tangan'nya senantiasa mengusap lembut rambutnya sambil menepuk pelan bokongnya.
Rasa hangat langsung mengalir ke tubuh Lora, Dia merasa nyaman dan aman. "ya, ini pelukan seorang ayah, yang selama ini aku inginkan sedari kecil". Guman'nya membatin.
"Sosok seperti ini yang Aku inginkan, Diam tanpa bicara. Namun bisa menenangkan.Tanpa perlu banyak pertanyaan yang terlontarkan ".
"Aku bahkan tidak menemukan kenyamanan ini dari sosok ibu kandungku sendiri "Guman Lora membatin.
Lora menghirup rakus dan dalam aroma parfum yang melekat di tubuh Papa. Parfum yang begitu familiar, yang setiap hari dia hirup.
"Aku ingin memiliki-nya", Guman'nya membatin sebelum memejamkan erat matanya.
0o0__0o0
Note : "Kamu berhak merasakan rasa aman dan nyaman, Dari Ayah Tiri mu. Selama masih dalam batas wajar".