LORA_Terjebak Jerat Papa Tiri
0o0__0o0
tema musik romantis me-ngalung di seluruh ruangan berpadu dengan suara tamu yang saling berbisik tentang betapa serasinya pasangan yang baru saja mengikuti Janji Suci di altar.
Lora duduk di deretan kursi paling depan mengenakan gaun berwarna krem yang dipilihkan langsung oleh mamahnya.
Seharusnya ini adalah hari yang membahagiakan tapi di dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Pandangan mata Lora sedari tadi terpaku menuju ke depan dia melihat pada sosok pria yang kini menggenggam tangan mamanya dengan erat.
"Rico Fernando Surya" di balik namanya mengandung makna yang tersembunyi, dia kuat berwibawa namun menyembunyikan watak yang buruk.
Pria itu tampan bahkan jauh lebih tampan di usianya yang sudah menginjak 40 tahun. Usia Rico memang lebih tua dari usia mamanya "Maya Lestari" ibu kandung dari Lora yang usianya masih menginjak 35 tahun.
Aura maskulin dan pembawaannya yang tenang membuat Riko terlihat begitu berwibawa. Dengan jas hitam yang pas melekat di tubuh tegapnya, Papa tiri Lora tampak seperti pria sempurna yang di idamkan oleh banyak wanita.
Lora menelan ludah kasar saat Rico menoleh dan tersenyum ke arahnya sebuah senyum Rama, hangat namun....tidak bisa dia Jelaskan oleh kata-kata mungkin karena senyum itu nampak terlalu hangat di matanya.
Acara yang digelar termasuk cukup mewah banyak tamu undangan yang bersorak bahagia memenuhi gedung pernikahan itu. "Apalagi saat menyaksikan kedua mempelai memulai sesi Kissing".
Suara sorak dan tepuk tangan para tamu undangan menggema di digedung itu, seolah mereka ikut hanyut dan bahagia merayakan ciuman pengantin itu.
Lora memandang pemandangan di depan itu dengan Tatapan yang sulit dijelaskan, dia ikut bahagia melihat Mama'nya menikah. Tapi perasaan di dalam hatinya tidak bisa dibohongi.
"Kenapa perasaan aku seperti ini ?" Guman'nya pelan bertanya-tanya sendiri. Lora merasa resa dan juga ketakutan tidak mendasar.
Mulai hari ini Maya dan Rico sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semua tamu undangan ikut tersenyum bahagia beberapa bahkan ada yang meneteskan air matanya, mereka semua menjadi saksi atas kebahagian kedua mempelai di atas Altar.
Lora hanya diam di tempat sambil memainkan jari-jarinya Sambil meremas gaun krim yang membungkus tubuh seksinya.
"Kenapa aku merasa sangat gelisah ?" Guman'nya Lirih. Entah kenapa dia merasa dadanya begitu sesak seolah ada sesuatu yang mengganjal di sana.
Dia ingin tersenyum dan dia ingin bertepuk tangan seperti para tamu undangan, Tapi hatinya menolak.
Lora bertanya-tanya dalam hati, "apa ini rasa cemburu ?".
"Tentu saja jawaban nya bukan". itu konyol, kenapa dia harus cemburu ?
Ini pernikahan mama'nya seharusnya dia bahagia karena mamanya akhirnya menemukan seseorang yang bisa membuatnya merasa dicintai lagi dan menemani kesepian yang selama ini mamanya rasakan.
Tapi entah mengapa setiap kali Lora melihat Papa Tirinya, Seperti ada sesuatu yang mengusik pikirannya.
"Aku terlalu banyak berfikir", Guman'nya pelan sambil geleng-geleng kepala.
Ketika mama dan Papanya berjalan menelusuri lorong setelah upacara selesai. Lora menahan nafas ketika Rico kembali melirik ke arahnya. Tidak lama hanya satu detik tapi itu cukup untuk membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
"Kenapa Dia menatap Ku begitu" Guman'nya membatin.
Lora bisa merasakan tatapan itu terasa berbeda, seharusnya Rico hanya melihatnya sebagai anak dari istrinya. Seorang remaja biasa, tapi entah kenapa ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Lora tidak nyaman.
Tatapan itu seperti menelusuri, seakan-akan ingin membaca sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya.
Lora buru-buru mengalihkan pandangannya berusaha mengusir pikiran aneh yang mulai memenuhi kepalanya.
HAHHH..!
Lora mendesah kasar, "Ada apa dengan otak ku hari ini ?" Guman'nya bertanya-tanya frustasi.
0o0__0o0
Beberapa jam kemudian, setelah acara resepsi yang di gelar dengan sangat megah. Saat ini Rico dan Maya berdiri di pelaminan, Menerima ucapan selamat dari para tamu undangan satu persatu yang naik ke atas pelaminan secara bergiliran.
Lora duduk di pojok stan makanan sambil memainkan Garpu di atas piring berisi makanan yang hampir tak tersentuh.
"Kamu kenapa Ra?" suara seorang wanita menyadarkan'nya dari lamunan'nya. Tante Anggi sahabat mamanya duduk di seberangnya.
"Tidak apa-apa kok Tan" Saut'nya pelan dengan raut wajah lesu.
Tante Anggi tersenyum kecil, "kamu pasti merasa canggung ya, sekarang ada Om Rico yang jadi Papa baru kamu". Tebak-nya seakan tau apa yang lagi Lora pikikan.
Lora hanya mengangkat bahunya sejenak, Lora tidak tahu harus menjawab apa. Canggung ? ada lebih dari itu sesuatu yang Bahkan tidak bisa dia jelaskan.
"Kamu beruntung loh", lanjut Tante Anggi. Tangannya mengelus lembut rambut Lora.
"Papa Riko itu pria baik dan Mama kamu berhak mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik dari sebelumnya". Sambung'nya mencoba memberi pengertian kepada Lora.
Mendengar itu Lora menelan ludahnya kasar, dia tahu semua orang menyukai Papa Tirinya. Pria itu sopan, penuh perhatian dan memiliki pesona yang sulit diabaikan, tapi justru itu yang membuat Lora semakin gelisah.
Lora diam tak menjawab, Dia hanya memberikan senyuman tipis pada Tante Anggi.
Anggi yang paham bahwa Lora butuh waktu untuk menerima semua itu "Kamu makan yang bener, jangan terlalu banyak berpikir. Ucapnya sambil menepuk pelan pundaknya.
Anggi berdiri dari duduknya "Tante ke depan dulu, mau memberi selamat sama Mama dan Papa baru kamu" Pamitnya sambil tersenyum tipis.
Lora hanya mengangguk singkat, setelah Tante Anggi pergi. Lora kembali tenggelam ke dalam lamunan'nya, Sampai dia mendengar suara Lelaki memanggil-nya.
Lora..!
Suara berat seorang laki-laki memanggil namanya, Laura mendongak dan menemukan Papa Rico berdiri di samping'nya.
Dia tidak tahu Sejak kapan Papa tirinya itu berdiri di sana dengan jarak yang begitu dekat. Lora bisa mencium aroma parfum maskulin yang lembut menguap dari tubuhnya.
"Kenapa duduk sendirian di sini ?" tanya'nya Lembut. Rico duduk di samping samping Lora dengan senyuman lembut.
Lora menelan ludah Kasar, dia mencoba menata nafasnya yang tiba-tiba terasa tak beraturan. "Aku hanya merasa sedikit capek aja Om", jawabnya.
Rico hanya tersenyum, senyum itu begitu lembut begitu hangat tapi ada sesuatu di dalamnya yang sulit dipahami oleh Lora.
"Kenapa masih panggil OM Hem ? Panggil Papa dong Ora". Ucapnya lembut namun mengandung kata tak ingin di banta.
Lora melirik singkat ke arah Papanya dengan kedua alis terangkat tinggi. "Ora ?" Guman'nya bertanya-tanya dengan wajah bingung.
Rico tersenyum singkat sambil menatap Lora, "Ya, itu nama panggilan kesayangan dari Papa untuk kamu. Yang sekarang menjadi Putri satu-satunya Papa yang akan selalu Papa sayangi". Jelasnya Lembut.
Mendengar itu Lora hanya mengangguk kaku "Terimah kasih Papa" Balasnya sambil tersenyum tipis.
"Sama-sama sayang" Sautnya tersenyum lembut.
"Kalau kamu merasa capek, kamu bisa naik dulu ke atas, Papa tidak mau Putri kecil Papa ini merasa tidak nyaman". Sambung'nya Lagi.
"Putri kecil..?" Ulang'nya dalam hati. Kata itu terasa aneh di telinga Lora bukan karena dia tidak pernah mendengar orang menyebutnya begitu.
Tapi karena cara Rico mengatakan'nya terlewat lembut nyaris berbisik seolah ada makna tersembunyi di baliknya.
Rico diam-diam mengamati ekspresi Lora "Dia sangat cantik, mengemas-kan seperti boneka hidup" Guman'nya membatin.
"Aku masih mau di sini" Kata Lora pada akhirnya saat tersadar dari pikiran Buruknya.
Papa Riko mengganggu pelan "Baiklah, tapi kalau kamu butuh sesuatu bilang ke Papa". Katanya dengan nada lembut.
Lalu sebelum bangun dari duduknya Rico menepuk pelan punggung tangannya, Di sertai usapan lembut. Hanya sekilas tidak Samapi satu detik.
Sampai akhirnya Rico pergi meninggalkan Lora yang tenggelam dalam lamunan'nya dan pikiran sendiri.
Bukan sentuhan yang aneh, biasa saja seperti seorang Papa yang menunjukkan perhatian pada anak tirinya.
"Kenapa aku merasa aneh dengan sentuhan Papa ?" Guman'nya bertanya-tanya dalam hati.
Tapi entah kenapa sentuhan itu terasa berbeda bagi Lora, seperti ada sensasi hangat yang menjalar dari kulitnya dan Entah kenapa tubuhnya jadi menegang seketika.
Lora menggigit bibirnya gelisah, Dia menatap punggung Papa'nya yang berjalan menjauh. "Apa-apa ini ?" Guman'nya Lora bingung sendiri.
0o0__0o0
"Mansion Surya jam 11 malam".
Setelah acara resepsi selesai, mereka bertiga memasuki mansion mewah milik Rico.
Mamanya tersenyum lebar, matanya berbinar penuh cinta saat menatap punggung suaminya yang lagi berjalan di depannya.
"Akhirnya", desah mamanya Lega. "Mama nggak sendirian lagi merawat kamu Dan sekarang kita punya keluarga baru yang lengkap". Sambung'nya senang sambil memegang erat tangan Lora.
Melihat mamanya penuh Binar kebahagiaan Lora mencoba menepis pikiran buruk yang ada di otaknya.
"Semoga Mama selalu bahagia" Bisiknya lirih. Lora harap dengan pernikahan ini bisa menjadi awal baru untuk hidup lebih baik ke depan'nya.
"Terimah kasih sayang" Jawab Mama Maya dengan senyum yang tidak luntur menghiasi bibirnya.
Rico menghentikan langkahnya di depan pintu kamar"Ora, ini kamar buat putri kecil Papa" Ucapan'nya sambil mengusap lembut kepala Lora.
"Kamu masuk, bersih-bersih dan istirahat. Di dalam Sana semua kebutuhan anak gadis Papa sudah terpenuhi dengan lengkap" Sambung'nya menjelaskan panjang lebar.
Maya menatap haru ke arah Rico, "Terimah kasih Mas, kamu sudah mau menerima Lora" Ucap'nya penuh binar haru bercampur bahagia.
"Di dalam keluarga tidak perlu ada rasa terima kasih, mulai sekarang Lora dan Kamu akan jadi tanggung jawab aku" Jawab'nya lembut sambil mengelus pundak Maya.
Rico beralih menatap Lora yang berdiri kaku di samping Mamanya, "Selamat istirahat Putri Kecil Papa". Ucapnya lalu memeluk tubuh Lora lembut namun terasa erat buat Lora.
Deg..!
Jantung Lora mulai berdetak tidak karuan, Rasa was-was mulai menghantui Otaknya lagi. "Terimah kasih Pa, Ora masuk dulu ya" Ucapnya buru-buru menarik diri, Lalu langsung memasuki kamarnya.
Maya dan Rico hanya terkekeh ringan melihat tingkah Lora yang seperti orang ketakutan itu.
"Maaf ya Mas, mungkin dia masih belum terbiasa". Ucap Maya merasa tidak enak hati.
"It's ok hon..! Mas mengerti kok" Jawab'nya Lembut. Maya hanya tersenyum sambil mengangguk mengerti.
"Sekarang kita harus ke kamar karena aku sudah tidak sabar mengambil jatahku". Bisiknya dengan suara rendah sambil mengecup singkat daun telinga Maya.
Seketika muka Maya langsung merah padam, Apalagi saat Rico menggendong tubuhnya menuju kamar pengantin Keduanya.
Jantung Maya berdetak kencang seperti gadis yang akan baru pertama kali melakukan malam pertama saja.
Maya terdiam syok dalam pelukan Suami barunya itu, Sampai akhirnya mereka memasuki kamar pengantin yang sudah di hias sedemikian rupa.
Rico mem-baringkan tubuh Maya di atas ranjang yang penuh dengan kelopak bunga mawar merah dan berbentuk Love. Yang ada di tengah-tengah ranjang.
"Jangan gugup, Mas Akan bermain Pelan, Tapi durasinya yang akan jadi panjang". Bisiknya serak sambil mengukung tubuh Maya yang tergeletak di atas ranjang.
Maya menahan Dada Rico kalah dia akan melahap Bibirnya. "Mas, Kita bersih-bersih dulu, Aku merasa sangat gerah dan lengket" Ucapnya gugup.
"Baiklah" Ucap Rico mengalah lalu bangkit dari atas tubuh Maya. Dia langsung meng-gendong kembali Maya ke dalam kamar mandi.
0o0__0o0
Di dalam kamarnya Lora berperang sama pikiran'nya sendiri, Sambil rebahan di atas ranjang king size-nya. Dia menatap ke atas langit-langit platform kamarnya yang nampak begitu indah. Namun pikiran nya berkeliaran kemana-mana.
Hati Lora masih Gelisah, Perasaan ini tidak bisa dijelaskan. Dia tidak ingin merasakannya tapi semakin ia berusaha mengabaikan semakin kuat rasa itu menghantuinya.
"Mungkin ini hanya masalah waktu" Guman'nya pelan sambil mengigit kuku jarinya.
"Aku harap besok akan berjalan Normal" Sambung'nya penuh harap. Dia mencoba menenangkan hati dan pikirannya sendiri.
"Seiring berjalan'nya Aku pasti akan terbiasa dengan kehadiran Papa Rico, Ya, semoga saja". Ucapnya sebelum menutup matanya menyelami alam mimpi.
0o0__0o0
NOTE : "Perubahan ini tidak akan mengubah Siapa kamu, Kamu masih sama cantik, Masih sama pintar dan masih sangat berharga.Tergantung bagaimana kamu menyikapinya".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Jefan Javon
memang agak ngeri ya, kalau punys papa tiri
2025-07-21
0
Sisiliya Mimin
kisahnya menarik
2025-07-09
0