Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Rafan tiba di rumah, ia masuk setelah mengucapkan salam. Dan di jawab oleh Seruni yang sedang duduk di ruang tamu.
"Tumben sudah pulang sayang? biasanya hampir magrib baru pulang," ujar Seruni.
"Lagi pengen cepat pulang aja Ma," jawab Rafan.
Kemudian ia pamit langsung ke kamar. Karena ia ingin mandi terlebih dahulu, baru kembali ke ruang tamu.
Rafan menyimpan tas ransel nya di dalam lemari. Kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Setelah melepas pakaiannya, ia pun mengguyur tubuhnya di bawah shower.
Rafan tersenyum, entah apa yang ia pikirkan sehingga membuatnya tersenyum. Rafan sebentar nya susah di tebak, ada kalanya sikapnya dingin, ada kalanya hangat dan ramah.
Seperti tadi saat bersama Lestari, ia bersikap ramah sehingga mau membuatkan nya lukisan untuk menarik minat pembeli.
"Mikir apa sih aku? Baru kenal juga," gumam Rafan.
Entahlah, dia merasa nyaman saja saat bersama Lestari. Walau baru kenal, tapi sepertinya Lestari juga ramah terhadapnya.
Namun Rafan juga tidak ingin berharap lebih. Seperti Renata dulu, baru kenal memang cukup ramah.
Namun semuanya berubah saat Renata mengetahui jika Rafan hanya seniman jalanan. Jadi hubungan mereka pun sedikit demi sedikit mulai renggang.
Rafan tidak perduli dengan semua itu, dia tetap melayani Renata dengan baik. Rafan memang tidak memberitahu siapa dirinya kepada Renata.
Setelah merasa cukup, Rafan pun menyelesaikan mandinya. Setelah berganti pakaian, ia kembali turun ke bawah ternyata mama nya masih ada.
"Kamu sudah makan sayang?" tanya Seruni.
"Sudah Ma, tadi beli ketoprak. Murah banget Ma, cuma 15 ribu," jawab Rafan.
"Oh ya, Oma juga mau kalau begitu, tapi enak gak?" tanya Saskia.
"Enak Oma, kapan-kapan aku beli untuk Oma," jawab Rafan.
"Sudah lama tidak makan makanan seperti itu, jadi kepengen," kata Seruni.
"Nanti aku belikan untuk Mama," ujar Rafan.
Saskia mendesak Rafan untuk membeli, namun Rafan menolak. Saskia memaksa dan akhirnya Rafan pun memberitahu alamatnya.
"Yuk sayang kita beli," ajak Saskia pada Seruni.
"Sekarang Ma?" tanya Seruni.
"Tahun depan, ya sekarang dong. Mama juga kepingin mencobanya," jawab Saskia.
Rafan hanya bisa menghela nafas, ia juga tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jovan yang mendengar istrinya ingin keluar, ia pun ingin ikut juga.
Jovan melajukan mobilnya setelah keluar dari pintu gerbang. Mereka langsung menuju alamat yang di sebutkan oleh Rafan.
Namun saat tiba di tempat yang di tuju, kios milik Lestari sudah kosong. Saskia pun bertanya kepada orang yang ada di dekat situ.
"Assalamualaikum, tumpang tanya," ucap Saskia.
"Waalaikumsalam, silakan Bu," ujar salah satu ibu-ibu yang ada di situ.
"Yang jualan ketoprak ke mana ya? Apa dia tidak jualan?" tanya Saskia.
"Sudah habis Bu, kalau mau beli besok pagi sampai siang, kalau sudah jam segini sudah habis," jawab wanita itu.
Saskia kembali menanyakan Lestari, namun wanita itu mengatakan jika Lestari sedang pergi.
"Terima kasih Bu, assalamualaikum," ucap Saskia.
"Waalaikumsalam, sama-sama Bu," ucap mereka serentak.
"Bagaimana Ma, apa orang nya tidak berjualan?" tanya Seruni.
"Orang nya sudah pergi, kata ibu-ibu itu kalau jam segini sudah habis," jawab Saskia. Ada rasa kecewa di hatinya karena tidak jadi membeli.
Jovan pun menyarankan untuk membeli ke tempat lain saja. Bahkan Jovan menggoda istri dan mengatakan jika istri hamil.
Seruni tertawa, Rafan saja sudah 20-an tahun, bagaimana mungkin dirinya hamil lagi?
"Aku sudah tua Mas, tidak cocok untuk hamil lagi. Kalau mau hamil pun dulu-dulu saat masih muda," kata Seruni.
Padahal Seruni tidak menggunakan alat kontrasepsi, tapi Tuhan hanya memberikan nya satu anak saja.
"Itu ada penjual ketoprak," kata Jovan.
Saskia pun meminta Jovan untuk berhenti. Mereka pun membeli sebagai ganti agar tidak terlalu kecewa.
Sementara Rafan yang merasa punya banyak waktu pun ingin mengunjungi panti asuhan. Ia membuka brankas penyimpanan uang tunai yang sudah ia cairkan sebelumnya.
Hasil dari ia melukis di jalanan, juga uangnya sendiri. Hari ini ia berencana mau ke panti asuhan.
"Mumpung ada banyak waktu, kalau besok-besok belum tentu punya waktu," batinnya.
Rafan berangkat menggunakan motor biar terhindar dari kemacetan. Dan pakaian nya pun cukup sederhana.
Rafan hanya membawa tas kecil, sebelum ia berpamitan kepada Opa nya dan pelayan.
Dalam perjalanan Rafan tidak ada hambatan sedikitpun, Namun ia berhenti dulu di supermarket untuk membeli buah dan makanan ringan lainnya untuk anak-anak panti.
Setelah selesai ia pun melanjutkan kembali perjalanannya. Sesampainya di panti, Rafan langsung menemui ibu panti.
"Assalamualaikum Bu," ucap Rafan dengan sopan.
"Waalaikumsalam, eh Nak Rafan. Ayo masuk Nak." Ibu panti menyambutnya dengan ramah dan mempersilakan nya duduk.
Namun Rafan lebih dulu menyalami dan mencium tangan ibu panti. Ibu panti sangat suka dengan Rafan, karena Rafan begitu sopan kepada orang tua.
Ibu panti kemudian pamit untuk membuat minuman. Rafan mengatakan agar tidak perlu repot-repot, tapi ibu panti tetap ingin menyiapkan minuman untuk tamunya.
"Siapa Bu?" tanya Lestari yang sedang bermain dengan adik-adik di panti.
"Nak Rafan, dia donatur tetap di sini. Muda, tampan dan gagah juga baik," jawab ibu panti.
"Rafan? Namanya kayak pernah dengar?" batin Lestari.
Ibu panti meminta Lestari untuk membuatkan minuman untuk tamu. Sementara ibu panti membagi-bagikan makanan ringan yang Rafan beli tadi.
Setelah siap membuat minuman, Lestari tidak mau mengantarkan minumannya. Karena dia masih rindu kepada adik-adiknya.
Semenjak dia keluar dari panti, Lestari jarang bertemu mereka. Kecuali jika ada uang, maka dia akan datang untuk memberikan uang kepada mereka.
Sekarang Lestari sudah banyak uang, jadi dia ingin adik-adik nya di panti merasakan kebahagiaan bersama.
"Silakan Nak Rafan," ucap ibu panti.
"Iya Bu, jadi merepotkan," ujar Rafan.
Rafan menanyakan anak-anak, karena ia tidak melihat mereka. Biasanya mereka akan ikut mengobrol jika Rafan datang.
"Anak-anak sedang bermain dengan kakaknya. Maklum lah, kakaknya jarang sekali berkunjung ke sini. Mungkin mereka kangen," ungkap ibu panti.
Rafan mengangguk, ia tidak menanyakan siapa yang di maksud ibu panti? Ibu panti juga tidak menyebutkan nama Lestari.
Setelah merasa cukup lama Rafan pamit pulang. Tapi sebelum pulang, seperti biasa Rafan menyerahkan amplop kepada ibu panti.
Sudah bisa di tebak kalau itu isinya adalah uang. Ibu panti pun berterima kasih kepada Rafan. Karena berkat Rafan, anak-anak panti jadi lebih baik.
Rafan pun melangkah pergi, Lestari melihat Rafan dari belakang, dia merasa familiar dengan punggungnya.
Karena penasaran, Lestari pun mengejarnya keluar. Rafan yang hendak naik ke motornya pun tidak jadi.