Geisya adalah seorang istri yang penurut, ia selalu mempercayai Suami dalam keadaan dan dalam kondisi apa pun. Ia juga sangat baik kepada keluarga suaminya Hingga rela menghabiskan sebagian harta peninggalan orang tuanya untuk menyenangkan kelurga suaminya.
Hingga akhirnya ia baru mengetahui jika seluruh aset perusahaan peninggalan orang tuanya sudah di alihkan menjadi nama suaminya, ia di campakkan oleh keluarga suami lalu suami berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, tapi semuanya terlambat, ia di dorong oleh sahabatnya dari lantai 10 dan akhirnya meregang nyawa.
Tapi keajaiban datang, ia hidup kembali tiga tahun lalu. Ia bertekad untuk balas semua kejahatan mereka.
"Tunggu pembalasanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......
Geisha tersenyum sinis. "Iya, sebelum kau menusuk ku dari belakang, makanya aku memecat mu, dulu aku bodoh yang terpengaruh dengan kebaikan mu yang mengaku sebagai sahabat, tapi sekarang aku bukan lah Geisha yang bodoh itu. Jadi silakan berkemas barang-barang mu, dan jangan pernah kau injak lagi perusahaan mau pun rumah ku, dan anggap saja kita tidak pernah kenal. Ini adalah satu-satunya jalan terbaik buat kita," ucap Geisha tegas.
"Apa maksud mu Geisha, kita sahabatan dari kecil lho, apa kamu sengaja ingin melukai persahabatan kita? Kenapa kamu kejam sekali Geisha, aku sahabat mu, selamanya akan menjadi sahabat mu," ucap Gina terduduk lemas di lantai sambil terisak.
ia merasakan sesak di dadanya. Suaranya terputus-putus oleh isakan. Tangannya memegangi dadanya, seolah-olah sebuah beban berat menindih jantungnya.
"Kenapa kau mengkhianati persahabatan kita, Geisha?! Kenapa?!" Tangis Gina pecah, suaranya bergetar hebat. "Apa selama ini hanya aku yang menganggap mu sahabat, sementara kau… kau tidak?" Kata-katanya terputus-putus oleh isakan yang semakin menjadi-jadi. Rasa sakit dan pengkhianatan begitu nyata, menusuk hatinya lebih dalam dari duri yang tajam.
Geisha menatap Gina dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun rasa simpati. "Jangan jual kesedihanmu di depanku!" suaranya keras, penuh amarah yang terpendam. "Pergilah! Cepat keluar! Aku tidak punya waktu untuk menonton sandiwara air matamu!" Kekejaman dalam suaranya tak terbantahkan. Gina telah berbuat jahat, menghancurkan hidupnya, dan Geisha tak akan menunjukkan sedikit pun kelembutan.
"Geisha! Kenapa kau tega sekali?! Apa salahku hingga kau memperlakukanku seperti ini?!" Gina masih terus menangis, tubuhnya gemetar hebat. Namun, di balik air mata dan raut wajahnya yang terluka, tersirat sebuah rencana.
Air mata itu mungkin tulus, mungkin juga hanya bagian dari sandiwara yang ia mainkan. Geisha memperhatikannya dengan tajam.
"Bodyguard!" perintah Geisha, suaranya dingin dan tegas, memotong teriakan Gina. "Lempar dia keluar dari perusahaan ini!"
Dua bodyguard yang berdiri tegap di sudut ruangan langsung bergerak. Mereka adalah pria-pria kekar dengan raut wajah tanpa ekspresi, terlatih untuk menjalankan perintah tanpa ragu. Dengan gerakan cepat dan efisien, mereka mencengkeram lengan Gina. Gina terkejut, ia tak menyangka Geisha akan bertindak sekejam ini.
"Hey! Hey! Tunggu dulu!" Gina memberontak, suaranya dipenuhi kepanikan. "Aku ingin mengambil barang-barangku dulu!" Ia mencoba melepaskan diri dari cengkeraman bodyguard itu, namun usaha tersebut sia-sia.
Kekuatan mereka jauh lebih besar. Gina diseret keluar dari ruangan CEO, suaranya yang memohon semakin menjauh, tertelan oleh hiruk pikuk aktivitas perusahaan. Geisha menyaksikan kepergian Gina dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun rasa iba.
Geisha mencibir, suaranya dipenuhi rasa jijik. "Heh! Kau sudah ku suruh pergi dari tadi, malah menangis-nangis sok merasa tersakiti! Drama banget!" Ia menggelengkan kepala, memandang Gina dengan tatapan penuh penghinaan. Air mata Gina baginya hanyalah sandiwara, usaha untuk mendapatkan simpati yang tak akan pernah ia berikan.
"Pak Azam," Geisha memanggil asisten pribadinya, suaranya tegas dan penuh otoritas. "Buang saja barang-barang Gina ke tempat sampah. Jangan biarkan satu pun tersisa." Perintahnya lugas, tanpa ampun.
Pak Azam, seorang pria setengah baya dengan wajah ramah namun selalu patuh pada perintah majikannya, mengangguk. "Baik, Nyonya." Ia mendekat ke arah barang-barang Gina yang berserakan di lantai, memandangi tas-tas dan kotak-kotak itu dengan ekspresi datar. Tanpa ragu, ia mulai mengumpulkan barang-barang tersebut, membawa semuanya menuju tempat sampah di luar ruangan.
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......
thor jgn ampe kndor 😉😉