pada kehidupan pertamanya, Amira adalah seorang prajurit wanita yang kejam dan bar-bar, dia dibenci oleh para pembesar di negaranya karena tindakannya yang selalu seenaknya dalam memberantas kejahatan.
kehidupan Amira berakhir, saat pesawat yang dinaiki meledak dalam perjalan misinya.
Jiwanya, masuk dalam raga permaisuri yang lemah dan buruk rupa di jaman kuno, yang membuat dirinya bingung dan prustasi.
-Apakah dia sanggup mejalani kehidupan keduanya disana?!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nolis Tiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9.
"**Itu** sangat benar sekali, yang mulia ibu suri! Nina saja sudah cukup bagi saya, lagi pula..... Istana ini tidak mungkin kedatangan tamu dari kekaisaran lain, jadi tidak akan ada "rumor" buruk tentang permaisuri kekaisaran Naga Sejati yang hanya di berikan 'satu' orang pelan saja!" jawab Lien Hua dengan menekan kata satu di dalamnya.
"sangat jauh berbeda dengan putri-putri terdahulu beserta para selirnya, yang mempunyai masing-masing sepuluh pelayan di sisi mereka!" tambah Lien Hua dengan nada sarkas.
Permaisuri Lien Hua sengaja berkata seperti itu, dengan tujuan untuk mem-prokasi ibu suri kekaisaran Naga Sejati. Dia tentu saja menjawab semua pertanyaan tersebut dengan jawaban sopan dan lembut, namun terselip nada sarkas di setiap perkataannya.
Lien Hua sengaja "menyindir" secara terbuka, perlakuan ibu suri Zhao Qiolin terhadapnya sangat tidak adil.
Mendengar semua itu, wajah ibu suri Zhao Qiolin semakin murka. Sepertinya permaisuri tidak bergunanya ini telah berhasil "mengorek" kembali ingatan dirinya yang telah berhasil menyingkirkan para selir kaisar terdahulu, dengan berbagai macam cara, dari dalam istananya.
Permaisuri Lien Hua telah berubah.
Sekarang dia benar-benar berani berdebat dan mengembalikan semua yang di katakan ibu suri Zhao Qiolin dengan tepat, sehingga membuat ibu suri menekan semua amarahnya sampai ke bawah.
Tanpa berkata-kata ibu suri kekaisaran itu pun berlalu dengan emosi dalam hatinya dari dalam kediaman permaisuri Lien Hua, beserta para dayang dan prajurit istana. Lalu dia memanggil empat orang pelayan untuk menghadap dirinya.
"Kamu menghadap yang mulia ibu suri!"
"kalian pergilah ke istana Naga perak, kediaman permaisuri Lien Hua! Layani dia dengan baik!" titah ibu suri kepada empat orang pelayan itu.
"kamu mengerti, yang mulia ibu suri.!"
Ke empat pelayan tersebut langsung berjalan beriringan ke istana Naga perak atas perintah ibu suri Zhao Qiolin, satu di antara mereka adalah pelayan kepercayaannya, yang di tugaskan untuk mengawasi seluruh kegiatan yang terjadi di istana Naga perak.
DRAP.......DRAP........DRAP......
Sementara di kediaman ibu suri, ibu suri Zhao Qiolin langsung memijat keningnya yang tiba-tiba sakit.
"ssshhhttttt...."
Sebelumnya, permaisuri tidak bergunanya itu bisa dia tindas sampai bawah, namun sekarang, sepertinya gadis itu sudah memiliki keberanian untuk melawan dirinya.
Apa yang terjadi pada dirinya, semasa di pengasingan.
Apakah ada hal yang ibu suri lewatkan selama dia dua tahun di dalam pengasingan?
Ibu suri Zhao Qiolin sangat pusing memikirkan semua itu.
\* ISTANA NAGA PERAK \*
TOK.....TOK ......TOK....
Pintu kamar permaisuri Lien Hua di ketuk dari arah luar, Nina bergegas untuk membuka pintu tersebut.
CEKLEK !
KRIIETT !
Terlihat empat orang pelayan kiriman ibu suri, yang sedang berdiri dengan kepala menunduk disana.
"kalian?! Ada keperluan apa kesini?" tanya Nina dengan nada tegas.
"pelayan, Nina... kamu adalah pelayan yang di kirim oleh ibu suri untuk melayani permaisuri Lien Hua di kediaman ini.." jawab salah satu pelayan.
"Baiklah! Mari ikut saya.." ujar Nina kepada para pelayan tersebut.
Sebelumnya, Nina juga sudah sempat memberi tahukan majikannya, jika akan ada kiriman pelayan dari ibu suri. Nina sudah menduga, jika salah satu dari mereka adalah "mata-mata".
TAP......TAP......TAP....!
Setibanya di depan permaisuri Lien Hua, Nina dan ke empat pelayan tersebut memberi hormat.
"salam kepada yang mulia permaisuri Lien Hua.." ujar mereka serempak.
"Hmm...bangkitlah!"
"Terima kasih, yang mulia.."
Lien Hua memicingkan matanya saat melihat ke empat pelayan tersebut.
"sepertinya nenek tua itu benar-benar ingin menguji kesabaran ku! Aku baru saja sampai di istana ini, sudah memberikan banyak masalah! Dia pikir aku tidak bisa menangani masalah sepele seperti ini, huh.!" Monolog Lien Hua, sambil menatap pelayan itu satu persatu.
"Rupanya nenek sihir itu ingin sekali bermain-main denganku...hehehehe....baiklah, kita lihat saja, siapa yang lebih licik!" gumam Lien Hua sambil menyeringai iblis.
Permaisuri Lien Hua meminta Nina untuk mengambilkan botol giok yang berisi racun, di atas meja riasnya.
"Nina, ambilkan botol giok berisi racun di meja rias saya? sekalian kamu bawakan empat cangkir teh untuk para pelayan ini..?" titah Lien Hua dengan suara tegas.
"Baik, yang mulia.." jawab Nina sambil melesat pergi.
TAP.....TAP......TAP...
Tidak lama kemudian Nina datang dengan membawa empat cangkir berisi teh dan sebotol racun yang di perintahkan majikannya.
Tes......tes.....tes.....!
Lien Hua dengan gerakan cepat meneteskan cairan racun yang ada di dalam botol giok tersebut ke dalam empat cangkir yang berisi teh.
Setelah selesai Lien Hua meminta ke empat pelayan tersebut untuk bersumpah setia kepadanya dengan meminum racun yang ada di hadapan mereka.
"jika kalian ingin menjadi pelayan saya, maka Minunlah teh yang sudah saya campur dengan racun tersebut!" ujar Lien Hua dengan nada tegas.
Ke empat pelayan itu terlihat terkejut dengan syarat yang di berikan oleh permaisuri Lien Hua, setelah terdiam selama beberapa menit, ketiga pelayan langsung maju dan mengambil cangkir mereka masing-masing dari atas meja
Mereka langsung meneguknya dengan cepat
Glek .....glek...... glek....!
Setelah teh dalam cangkir tersebut habis, mereka menyimpan kembali cangkir tersebut ke atas meja.
Tidak lama kemudian terdengar suara ....
BLUGH......BLUGH .....BLUGH ..!
Ketiga tubuh pelayan itu langsung terkulai di atas lantai kediaman permaisuri tanpa bergerak lagi.
"Akkkhhhh......!"
"AKU TIDAK MAU MATI! AKU TIDAK MAU MATI!" teriak pelayan yang tidak meminum racun tersebut.
Tidak lama kemudian, dia langsung bangkit dan berlari dengan kecepatan di atas rata-rata manusia karena ketakutan.
Pelayan itu berlari dengan wajah pucat ke arah kediaman ibu suri Zhao Qiolin.
Lien Hua yang melihat itu pun tersenyum dengan penuh kemenangan. Akhirnya dia tahu, yang mana "mata-mata" kiriman si nenek sihir itu.
"Hahahahaha ! Amira di lawan, kena kan kau! Teruslah berulah, kau nenek sihir... Maka akan aku pastikan jika kamu terjatuh ke jurang neraka dunia yang paling dalam!" monolog Lien Hua dalam hati.
Apa yang seorang Amira Agatha tidak bisa di dalam kehidupan pertamanya? Hanya saja nasibnya yang sial, bisa terbunuh di dalam perjalanan dengan pesawat! musuh licik yang merenggut kehidupannya tanpa menunjukan wajahnya, itulah penyesalan Amira sampai sekarang. Dia tidak bisa membas dendam.!
"Nina, ambilkan penawar racun untuk mereka bertiga.!" titah Lien Hua pada pelayannya.
"Baik yang mulia permaisuri!"
Lien Hua tahu, bahwa dia harus bermain 'cantik dan elegan' di dunia kuno ini, untuk menghadapi musuh yang menghalanginya.
Terutama untuk pria yang di sebut-sebut sebagai "suaminya" itu.
Banyak rencana yang tersusun di dalam otak cantiknya, itu. Mulai dari pembuatan senjata pribadi, melatih semua bawahannya beladiri, racun yang mematikan, dan penawar untuk semua racun buatannya.
"Aku harus menyusun semuanya dari sekarang, jika saatnya tiba....aku tidak akan keteteran!"
---------------------bersambung---------