NovelToon NovelToon
Rumah Iblis Bersemayam

Rumah Iblis Bersemayam

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh di tengah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Rumah yang terlihat megah itu sebenarnya menyimpan banyak misteri. Rumah yang dikira biasa, nyatanya malah dihuni oleh ribuan makhluk halus.
Tidak ada yang tahu tentang misteri rumah megah itu, hingga satu keluarga pindah ke rumah tersebut. Lalu, mampukah mereka keluar dengan selamat dari rumah tempat Iblis bersemayam itu? Ikuti perjalanan mistis Bachtiar Purnomo bersama keluarganya!k

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17

"Dingin banget malam ini," lirih Bella. Ia sedang menyendiri di kamarnya.

Mengerjakan tugas dari wali kelasnya, yang sampai sekarang belum selesai sama sekali.

"Dua bab, hufh! Benar-benar menguras tenaga banget, kalau enggak mikirin nilai, mana mau aku nulis sebanyak ini," cicit Bella.

Lembaran demi lembaran telah dia tulis, sejenak Bella menghentikan goresan penanya. Mulai merenggangkan otot-otot tubuhnya, seluruh tubuhnya terasa pegal saat ini.

Bella bangun dari duduknya, menjauhi meja belajar, lalu merebahkan tubuhnya ke atas kasur.

Tok

Tok

Tok...

Dengan cepat Bella mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Dia tidur di lantai atas, kamarnya berada tidak jauh dari kamar kakek dan neneknya.

Siapa yang berani mengusiknya di tengah malam seperti ini?

"Buka, Bella! Ini aku," ucap seseorang di luar sana. Suaranya terdengar lirih.

Suara yang lirih seperti itu membuat Bella merinding, ia tahu kalau makhluk-makhluk tak kasat mata sedang mengganggunya.

Berusaha tenang dan tidak terkecoh dengan suara itu bukanlah hal yang mudah.

"Bella..."

"Bella, buka! Aku ingin masuk." Makhluk itu terus menerus memanggilnya, Bella semakin tidak tenang.

Dia kemudian turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu, niatnya adalah untuk keluar dari kamar dan pergi menemui papanya.

Tiba-tiba sosok Mulan berdiri menghadang di depan pintu.

"Hua..."

"Aaaa .... Tidak!" Bella memutar arah dan menghindar.

Suaranya seolah tidak ada yang mendengar, Bella baru teringat kalau kamar yang dia tempati sekarang kedap suara. Jadi, sekeras apa pun dia menjerit minta tolong sudah pasti tidak akan ada yang mendengar.

Belum lagi kamar mama dan papanya berada di ujung kanan tangga, dan itu masih jauh letaknya dari kamar dia sekarang.

Bella tidak menyangka kalau malam ini Mulan akan datang mengganggunya.

"Tidak! Ini tidak mungkin, seharusnya kamu tidak bisa masuk ke sini," ucap Bella dengan jantung nyaris berhenti berdetak. Ia terus melangkah mundur menjauhi sosok mengerikan itu.

Seluruh isi di perutnya nyaris keluar, Bella bahkan bisa melihat ulat yang berjatuhan satu per satu dari perut Mulan. Baju putih lusuhnya telah penuh dengan darah, Mulan kembali dengan membawa bayinya.

Meski begitu, dia masih tetap mencari di mana keberadaan bayinya yang lain.

"Di mana anakku?" Mulan terus mendekati Bella, kakinya tidak menyentuh lantai, Bella semakin bergidik ngeri melihatnya.

Wajah Mulan pucat dan air mata darah juga tak henti-hentinya mengalir.

Kehidupan Mulan tidak ada yang tahu semenderita apa. Kalau cuma dijadikan tumbal tidak mungkin seperti ini, tentunya ada hal lain lagi.

Bella terus menjauh, namun pikirannya tidak berhenti bertanya kenapa Mulan bisa masuk ke rumah mereka.

Kemarin kata Andini, makhluk-makhluk itu tidak akan membiarkan Mulan masuk ke rumah mereka karena ingin menjaga pewaris harta Purnomo, tapi kenapa sekarang bisa jadi begini?

Mulan telah mendapatkan kekuatan yang cukup besar untuk melawan Iblis itu, karena dia baru saja mengambil janinnya Wati.

Flashback

"Wati, tolong matikan keran air yang ada di belakang!" suruh bu Yeyen.

Wati saat itu sedang mengupas kulit pisang, dia ingin membuat pisang goreng. Rasanya makan pisang goreng di malam yang dingin seperti ini cukup nikmat. Panggilan ibunya sama sekali tidak dia dengar, hingga ibunya memanggil untuk yang ketiga kalinya.

"Wati, udah kamu matikan belum keran airnya?"

"Belum, Bu!" seru Wati dari dapur.

Bu Yeyen saat itu sedang menyetrika pakaiannya di ruang tengah, jadi beliau menyuruh Wati untuk pergi ke belakang.

Wati keluar begitu saja tanpa ingat akan larangan dari kepala desa.

Malam yang sepi dengan hembusan angin malam, membuat ia lupa. Wati bahkan berdiri sejenak di luar setelah selesai mematikan keran airnya, hembusan angin malam yang begitu melenakan membuat ia begitu nyaman.

Dia tidak tahu kalau di kegelapan sana ada sepasang mata yang sedang memperhatikan dirinya.

"Janinnya bisa membuat aku lebih kuat," ucap makhluk itu yang tak lain adalah Iblis berwajah Mulan. Ia tersenyum menyeringai menatap wanita di depannya yang sedang berdiri dan memejamkan mata. Wati sangat menikmati udara segar malam itu, ia baru tersadar dari lamunannya saat seseorang menyentuh pundaknya.

"Ngapain di sini, ayo masuk!"

Wati tersadar dan lamunannya buyar, ia menatap sang ibu yang kini tengah tersenyum ke arahnya.

"Sejak kapan Ibu di sini?" tanya Wati sedikit merasa aneh.

"Sudah dari tadi saya tunggu, tapi kamu enggak masuk-masuk, jadi ibu ke sini." Dia menuntun Wati masuk.

Wati memasang wajah waspada, sikap ibunya sangat aneh menurutnya.

Bu Yeyen meletakkan tangannya di perut Wati, di saat itulah Wati menyadari sesuatu.

Tangan ibunya terasa sangat dingin, wati menghentikan langkahnya.

Pandangannya masih ke depan, kini tubuhnya menjadi kaku, ia tidak berani menatap wajah perempuan yang tadi dikira ibunya.

"Ibu tidak pernah bicara seperti ini sama aku, cara ngomongnya juga aneh. Oh Tuhan! Kenapa aku bisa lupa, seharusnya aku tidak keluar rumah. Mungkinkah ini bukan ibu?" tanya Wati membatin.

"Kenapa berhenti, ayo masuk!" ajak perempuan itu.

Wati mengangkat wajahnya, dia memberanikan diri untuk menatap wanita di dekatnya. "Ka-kamu bukan ibuku, siapa kamu?"

Perlahan senyuman di wajah bu Yeyen memudar, ia terlihat bingung. Tak lama setelah itu wajahnya berubah pucat, dan kini berubah menjadi Mulan.

Wati berusaha menepiskan tangan yang menempel di atas perutnya, tapi sia-sia.

Ia melihat tangan hitam dengan jari dan kuku-kuku yang panjang meremas keras perutnya, lalu Wati dihempaskan ke dinding rumah yang terbuat dari bata itu.

Buk!

Tubuhnya dengan keras membentur dinding.

"Argh!" erang Wati kesakitan, dia merasakan seluruh tulangnya remuk. Ke mana bu Yeyen? Kenapa beliau tidak datang melihat keadaan anaknya? Apa suara Wati tidak kedengaran sampai ke dalam rumah.

Wati masih mencoba menjauh dari Mulan, menghindar dari amarah wanita itu. Meski dengan tubuh yang sudah lemah, tapi dia tetap berusaha supaya bisa mencapai pintu masuk.

Mulan memandangnya dengan nyalang, melihat darah yang mengalir di paha Wati, membuatnya semakin bersemangat.

Khawatir akan Wati yang tak kunjung masuk, bu Yeyen akhirnya menghentikan aktivitasnya yang masih menyetrika pakaian dan mencari Wati di halaman belakang.

"Ah, matiin keran aja lama bener tu anak," cicit sang ibu.

Begitu membuka pintu, bu Yeyen terkejut melihat Wati yang sudah terkapar tak berdaya.

Mulan kala itu masih menjilati darah yang mengalir di pahanya Wati.

"Wati? Anakku! Dasar Iblis sialan!" pekik bu Yeyen dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun kepala.

"Hihihi..." Mulan pergi dari sana begitu bu Yeyen datang, dia sudah memiliki cukup kekuatan untuk masuk ke kediaman pak Bachtiar.

Bu Yeyen hanya bisa menangis meratapi nasib anaknya yang malang, Wati sudah tidak sadarkan diri lagi.

Wanita paruh baya itu memeluk tubuh anaknya sambil menangis, dia tidak terima akan apa yang terjadi pada anaknya.

Menyesali akan kecerobohannya sendiri, kenapa menyuruh Wati keluar di malam hari seperti ini.

"Akan ku cari ke mana pun kamu pergi, Mulan!" tegas bu Yeyen.

Dia tidak terima calon cucunya dijadikan mangsa oleh Mulan.

Usai keluar dari kamar mandi, Andini berjalan ke dekat jendela kamar. Ia penasaran saat melihat sekelebat bayangan putih lewat di depan jendela.

"Mbak Mulan," ucapnya tanpa sadar. Saat itu juga dia mendapat penglihatan kalau Bella sedang dalam bahaya, buru-buru Andini membangunkan Sisi yang baru saja terlelap dalam tidurnya.

Mereka berdua bergegas menaiki tangga dan melihat keadaan Bella di kamarnya.

"Bell, Bella!" panggil Sisi.

"Bella, bukan pintunya!" teriak Andini.

"Bell, kamu masih di dalam kan?"

Masih tidak ada jawaban, hening tidak terdengar suara apa pun.

Di kamarnya Anggun dapat mendengar suara Sisi dan Andini yang berteriak panik.

"Pa, ayo bangun! Kayaknya anak-anak dalam masalah," ujar Anggun.

Pak Bachtiar segera bangun dan mengambil kacamatanya, dengan kesadaran yang belum kembali sepenuhnya, beliau langsung keluar dari kamar begitu mendengar suara mereka di luar.

Anggun meraih kotak kecil dalam laci meja, kotak kecil itu memiliki ukiran naga di atasnya. Dia mengambil kotak tersebut dalam kamar mertuanya.

"Ada apa ini?" tanya Bachtiar begitu tiba di depan kamar Bella, dia melihat Sisi dan Andini masih berdiri di sana dengan wajah gelisah.

"Papa, Bella di dalam, dia dalam bahaya." Sisi mencoba menggedor pintu kamar adiknya.

"Kalian berdua kenapa sih? Jangan gangguin Bella, mana tahu dia udah tidur, lagian kan sudah jam sebelas juga. Mana mungkin itu anak masih melek jam segini," ujar Anggun masih bersikap tenang.

Andini tidak peduli dengan teguran Anggun, dia terus berusaha membuka pintu kamar. Akhirnya pintu itu terbuka juga, dan mereka langsung masuk.

Bella sudah tidak ada di atas kasurnya, hal ini membuat mereka panik.

"Ma, Bella enggak ada." Sisi memanggil mama dan papanya yang masih berdiri di depan pintu.

"Sisi, dia di sini!" teriak Andini saat mendapati Bella tak sadarkan diri di dekat jendela, tubuhnya tertutupi dengan gorden yang menjuntai ke bawah hingga membuat Sisi tidak melihat kalau adiknya berada di sana.

"Bella, sayang kamu kenapa?" Anggun menepuk-nepuk pipi anaknya berharap Bella sadar.

Andini segera memeriksa denyut nadinya, lalu dia menggeleng lemah.

Melihat Andini menggelengkan kepalanya dan raut wajahnya berubah sedih, membuat mereka mulai berpikir yang bukan-bukan.

"An, jangan bilang kalau Be\_" Anggun tidak bisa melanjutkan ucapannya, dia terisak.

"Bella kenapa, An?" tanya pak Bachtiar.

"Mbak Mulan membawa jiwa Bella ke alamnya, dia tidak akan sadar dalam waktu dekat. Kita harus melakukan sesuatu," ucap Andini menjelaskan.

1
Aksara L
Luar biasa
Aksara L
Biasa
Kakak Author
lanjut .. bagus banget ceritanya .../Pray/mampir ketempat aku dong /Ok/
🎧✏📖: semangat, kalo boleh baca ya judul baru 🤭
🥑⃟Riana~: iya kk
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!