Di kehidupan sebelumnya, Qin Tian adalah seorang Kaisar Abadi, hampir mencapai puncak kultivasi. Namun, di ambang keabadian, ia dikhianati oleh murid kepercayaannya dan tewas dalam pertempuran besar.
Takdir membawanya kembali seribu tahun ke masa depan, terlahir sebagai pemuda lemah dari keluarga kecil. Dunia telah berubah—sekte-sekte lama runtuh, hukum kultivasi semakin sulit, dan para penguasa baru menguasai langit.
Namun, dengan ingatan dan pengalaman kehidupannya yang lalu, Qin Tian bersumpah untuk bangkit kembali! Ia akan mengguncang dunia dengan teknik yang telah lama hilang, membangun sekte terkuat, dan membalas dendam pada mereka yang menghancurkannya!
Saat ia mendaki kembali menuju puncak, ia menyadari bahwa musuh lamanya juga telah bereinkarnasi, dan perang antara kaum fana, iblis, dan dewa akan segera dimulai!
"Langit mungkin telah melupakanku... Tapi aku akan membuat dunia kembali berlutut!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LpC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Paviliun Dalam dan Penjaga Roh
Sore hari itu, langit tampak merah membara, seolah menyambut peralihan hari dengan tanda peringatan. Qin Tian berjalan seorang diri menuju Paviliun Dalam, sebuah area terlarang di balik Pegunungan Langit Senja yang membentang di belakang Sekte Langit Abadi. Jalan yang dilewatinya sempit dan sunyi, hanya suara gemerisik angin dan gemuruh petir samar dari kejauhan yang menemaninya.
Menurut Penatua Li, Paviliun Dalam dulunya adalah tempat pelatihan para pewaris sekte kuno. Kini, tempat itu nyaris dilupakan, hanya bisa diakses dengan simbol khusus yang telah diberikan padanya: sebuah batu giok berukir lambang petir kuno.
Setelah menempelkan batu itu ke sebuah altar batu di lereng gunung, pintu ilusi terbuka. Sebuah tangga batu menurun ke lorong bawah tanah yang sejuk dan gelap.
Di dalam, ruangan terbuka luas menyambutnya. Dindingnya dilapisi batu hitam yang menyerap cahaya, dan di tengah ruangan terdapat sebuah kolam kecil yang memantulkan kilatan ungu.
Qin Tian melangkah ke tepi kolam. Tiba-tiba, udara di sekitarnya berubah. Dingin. Kental. Dan… hidup.
“Siapa yang berani menginjakkan kaki di Paviliun Dalam… tanpa warisan sejati?”
Sebuah suara tua menggema dari arah kolam. Permukaan air bergetar, lalu dari dalamnya muncul sosok ilusi: seorang lelaki tua berjubah panjang berwarna perak, matanya bersinar seperti kilat.
“Aku Qin Tian. Pewaris Petir Asal… di bawah bimbingan Penatua Li,” jawab Qin Tian dengan tenang.
Mata sang roh tua menyipit. “Petir Asal… Hmph. Sudah ratusan tahun tidak kudengar nama itu disebut.”
Sosok roh itu melayang, kini mengitari Qin Tian. “Jika kau memang pewaris sejati, buktikan dirimu. Kolam ini bernama Kolam Penilai Jiwa. Berdirilah di atasnya, dan hadapi ujian jiwamu. Jika kau bertahan… aku akan membimbingmu.”
Tanpa ragu, Qin Tian melangkah ke tengah kolam. Kakinya menyentuh air, namun ia tidak tenggelam. Permukaan kolam justru mengeras di bawahnya seperti kaca.
Saat itu juga, dunia di sekitarnya menghilang. Ia kini berdiri dalam ruang kosong, gelap, tanpa cahaya, tanpa suara—kecuali satu.
> “Kau lemah.”
Suara itu adalah miliknya sendiri.
> “Tanpa keberuntungan, kau tak akan sampai sejauh ini.”
> “Orang tuamu mati karena kau.”
> “Sekte ini akan membuangmu suatu hari nanti.”
Bayangan dirinya sendiri muncul di hadapannya, mata penuh kebencian. Qin Tian terdiam, namun tidak mundur.
“Benar. Aku memang bukan siapa-siapa saat datang ke sekte ini,” katanya, menatap pantulan dirinya. “Aku punya banyak kelemahan, banyak keraguan… Tapi aku tidak akan lari.”
Bayangan itu tertawa, lalu menghunus pedang dan menyerang. Qin Tian tidak menghindar. Ia menutup matanya… dan menerima serangan itu dengan dada terbuka.
Namun pedang itu berhenti tepat di depan kulitnya, lalu menghilang menjadi debu.
Gelap berubah jadi cahaya. Ia kembali berdiri di atas kolam, dan sang roh menatapnya dengan ekspresi lega.
“Kau lulus.”
Roh itu melambaikan tangannya, dan dari langit-langit gua muncul sebuah lukisan besar yang menampilkan sosok petarung yang tubuhnya diselimuti petir, dengan dua pedang petir kembar di tangannya.
“Itu adalah pewaris terakhir dari Petir Asal… sebelum musnah. Sekarang, kau adalah penerusnya.”
Roh itu melanjutkan, “Mulai besok, kau akan belajar tiga teknik inti: Petir Naga Merasuk Jiwa, Langkah Petir Bayangan, dan teknik rahasia kami… Jantung Langit Menggema.”
Qin Tian mengangguk. “Aku siap.”
Dan untuk pertama kalinya sejak memasuki sekte ini… dia benar-benar merasa bahwa ini adalah takdirnya.