Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Sari dan Kosim sudah tiba di kampung halamannya. Sudah beberapa tahun mereka tidak kembali, sekarang mereka kembali.
Para warga heran melihat Sari menggendong seorang bayi. Karena yang mereka tahu, Sari itu tidak bisa memiliki anak.
"Anak siapa itu Sar?" tanya Diah.
"Anak kami Di," jawab Sari dengan senyum manisnya.
"Oalah, akhirnya kalian punya anak juga, selamat ya?"
"Terima kasih Di."
Diah adalah tetangga sekaligus sahabat Sari waktu mudanya. Namun setelah menikah, Diah malah berubah yang tadinya baik sekarang jadi julid.
Jadi persahabatan mereka menjadi renggang. Namun Sari tetap bersikap biasa saja kepada Diah. Seolah tidak terjadi apa-apa, karena sari tidak ingin mencari masalah.
Sari dan Kosim masuk ke dalam rumah mereka yang sudah lama tidak di tempati. Bagaimana tidak? Mereka hanya pulang setahun kadang dua tahun sekali.
Rumah mereka pun berdebu karena tidak di bersihkan. Kosim meminta istrinya untuk membawa bayinya keluar dulu, karena ia ingin membersihkan rumah.
"Bu, sebaiknya Seruni di bawa keluar dulu, takutnya debu dan kotoran akan menempel padanya," kata Kosim.
"Seruni?" Sari berpikir sejenak, lalu mengerti dan mengangguk.
"Jadi bapak memberikan nama ini Seruni?"
"Bagaimana? Apa ibu tidak suka?"
"Suka kok Pak, suka banget."
Kosim kembali menutup pintu rumah setelah Sari keluar. Kosim mulai membersihkan rumah tersebut yang terlihat begitu kotor.
Satu jam kemudian, semuanya sudah bersih dan Sari pun kembali masuk. Mereka merasa lega karena sudah tiba di rumah dengan selamat.
Kosim dan Sari bertekad untuk memutuskan kontak dengan majikannya, jadi mereka berinisiatif untuk mengganti nomor telepon. Dan nomor yang lama akan mereka buang.
Dan soal Seruni, mereka akan membuat akte kelahiran dan kartu keluarga baru. Karena mereka akan memasukkan Seruni ke kartu keluarga mereka.
Seruni terbangun lalu merengek. Kosim dengan sigap memasak air untuk membuat susu. Kosim menduga jika Seruni kelaparan.
"Pak, sebaliknya secepatnya kita urus akte kelahiran Seruni," kata Sari.
"Iya Bu, setelah ini aku akan ke rumah pak kades untuk mengurusnya," ujar Kosim.
Kosim membuatkan susu untuk bayinya, sementara Sari menyiapkan air untuk Seruni mandi.
Setelah itu Kosim langsung ke rumah pak kades untuk mengurus semuanya. Menurutnya lebih cepat lebih baik.
Sementara Seruni kembali tertidur setelah mandi dan minum susu. Sari berjalan di sekitar rumahnya untuk melihat-lihat.
"Ehem, sudah lama menikah, baru sekarang memiliki anak. Bagaimana nantinya?"
Sari menoleh ke arah suara. Ia kenal betul dengan suara itu. Bagaimana tidak? Dari sekolah dasar sampai dewasa mereka berteman. Tentu saja Sari kenal dengan suaranya.
Yang tidak Sari ketahui adalah, sifat sesungguhnya dari Diah sahabatnya itu. Karena sewaktu mereka berteman tidak seperti itu.
Tapi setelah punya suami seorang PNS, sikapnya berubah. Apalagi waktu itu Sari hidupnya kurang beruntung.
Karena Kosim hanya seorang pengangguran dan hidup mereka juga pas-pasan. Diah selalu saja mengejek mereka karena selalu kekurangan dan tidak memiliki anak.
Hingga keduanya memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Nasib baik menyebelahi mereka. Karena mereka di terima bekerja di sebuah mewah milik pengusaha.
"Eh Diah, ku pikir siapa?" ujar Sari.
Diah mencebikkan bibirnya, sambil bersidakap dada Diah menghampiri Sari. Sari yang memang tidak suka keributan pun hanya tersenyum.
"Masuk yuk, anakku sedang tidur, kalau di tinggal lama di luar takutnya dia terbangun," kata Sari mengalihkan topik pembicaraan.
"Tidak perlu, lagi pula aku tidak lama," jawabnya sambil memperlihatkan jari, pergelangan tangan dan lehernya.
Lagi-lagi Sari tersenyum. "Huh, kok aku baru tahu jika Diah suka pamer," batin Sari.
Kemudian tanpa bicara lagi, Sari segara masuk ke dalam rumah. Diah yang merasa di abaikan pun pulang.
Di jalan pulang, Diah berpapasan dengan Kosim yang baru pulang dari rumahnya pak kades.
Setelah melaporkan bayinya dan mengurus akte kelahiran dan kartu keluarga, Kosim pun segera pulang.
Selebihnya biar pak kades yang mengurusnya dan Kosim hanya tinggal menunggu sampai akte kelahiran itu siap.
"Sombong banget sih, mentang-mentang baru pulang dari Jakarta," cibir Diah.
Kosim tidak mengerti dan hanya mengerutkan keningnya. Bertemu di jalan, tiba-tiba mengatakan sombong. Bagaimana orang tidak bingung?
Kosim hanya menunduk sedikit sebagai sapaan pada Diah. Kemudian ia berlalu karena malas meladeni wanita itu.
"Assalamualaikum," sapa Kosim saat tiba di rumahnya.
"Waalaikumsalam, sudah pulang Pak? Bagaimana?" tanya Sari.
"Alhamdulillah lancar Bu, kata pak kades dalam tiga hari siap," jawab Kosim.
"Alhamdulillah," ucap Sari.
...****************...
Hari-hari berlalu, Kosim sudah mulai membuka toko sembako di samping rumahnya.
Kosim juga membeli motor dan di modifikasi untuk mengangkut barang. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah mengangkut barang belanjaannya.
Untuk beberapa hari ini, usahanya sudah mulai lancar. Setiap hari pendapatan mereka juga lumayan.
Kosim dan Sari sangat bersyukur, mereka menganggap jika Seruni membawa berkah kepada mereka.
Kosim dan Sari begitu menyayangi Seruni. Para warga belum mengetahui jika Seruni terlahir cacat. Karena Seruni selalu di bedong.
"Pak, Alhamdulillah ya. Baru beberapa hari buka sudah ada saja pembelinya," kata Sari.
"Iya Bu, semua ini rezeki anak kita," ujar Kosim.
Kosim memandang wajah Seruni yang lebih mirip dengan Sekar. Padahal masih bayi, tapi tingkat kemiripan nya 90 persen.
"Apa yang ada di dalam pikiran Tuan Ridwan dan nyonya Sekar? Sehingga anak kandung mereka sendiri tidak di inginkan," ujar Kosim sambil memandang wajah polos Seruni.
"Entahlah Pak, mungkin karena mereka kecewa. Anak yang mereka nanti-nantikan ternyata tidak sesuai harapan," ucap Sari.
Kosim tertawa kecil, Kosim yakin Allah sudah punya rencana untuknya dan istrinya. Jika tidak ada kejadian seperti ini, mungkin mereka tidak akan memiliki anak.
Walau pun bukan anak kandung, akan tetapi mereka akan anggap sebagai anak kandung. Mereka sudah sepakat untuk merahasiakan semua ini.
"Sudah malam, bawa Seruni istirahat. Aku mau tutup toko dulu," kata Kosim.
Sari pun membawa Seruni masuk. Mereka akan istirahat karena hari sudah malam. Dan pembeli pun sepertinya sudah tidak ada lagi.
Sari membaringkan tubuhnya di samping Seruni yang sedang tertidur. Dari sejak lahir, suara tangis Seruni jarang terdengar.
Jika lapar, paling cuma merengek. Waktu baru datang saja Seruni yang menangis kencang.
Awalnya Sari khawatir jika bayinya memiliki kelainan. Tapi Sari merasa lega saat mendengar suara tangisannya Seruni.
"Tidurlah sayang, ibu akan selalu ada untukmu, merawat mu, menjagamu dengan tulus. Walau pun orang tua kandung mu tidak menyayangi mu, tapi masih ada ibu dan bapak yang sayang kepadamu," gumam Sari.
Kemudian Sari perlahan memejamkan matanya. Kosim melihat istrinya yang sudah terpejam pun membetulkan selimut untuk istrinya.
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁