Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjual Tubuh
"Maaf, permisi?" suara Syamil memecah keheningan seorang wanita mudah yang duduk di bangku taman, wanita itu mendongak menatap Syamil yang ada di depan nya dengan dahi mengkerut.
"Maaf dengan Mbak Syakilah ya?" tanya Syamil.
Deg'
Syakilah tertegun bagaimana pria di hadapan nya ini tahu nama nya, padahal dia tak pernah sekalipun memperkenalkan nama panggilan itu pada siapa pun. Bagi Syakilah panggilan itu terlalu indah untuk wanita seperti dirinya saat ini. Syakilah masih tertegun dia pun tidak mengenal pria di depan nya saat ini tapi kenapa pria itu tahu nama nya. Dengan cepat bergegas Syakilah menyangkal.
"Tidak, anda salah orang" ucap Syakilah seraya meninggalkan Syamil. Syamil sekali lagi mencoba memastikan dengan mengambil KTP yang ada di saku nya. Syamil memandang identitas dan foto tersebut benar, wanita yang sama.
"Apa dia berfikir aku orang jahat?" guman nya menduga sendiri. Buru-buru Syamil mengejar Syakilah yang meninggalkan nya.
"Tunggu!" cegah Syamil mengejar Syakilah yang hendak masuk lobi. Syakilah masih tetap tak memperdulikan panggilan Syamil.
"Syakilah Dwi Naomi" Panggil Syamil berhasil menghentikan langkah Syakilah. Melihat Syakilah yang berhenti membuat Syamil melangkah menghampiri Syakilah.
"Bukan kah ini milik anda?" kata Syamil seraya menyodorkan KTP pada Syakilah. Syakilah menatap KTP itu, Syakilah menerima nyandan benar itu miliknya yang dia cari sedari tadi, pertanyaan banyak bermunculan dibenak Syakilah.
"Permisi, saya hanya ingin mengembalikan itu" Syamil pun beranjak meninggalkan Syakilah yang nampak terpaku memegang KTP nya. Dia teringat kejadian tadi malam ketika di hotel, jadi apa pria tadi yang dia tabrak, Syakilah tersadar bahkan dia belum mengucap kan kata terima kasih tapi pria itu sudah melangkah keluar dari lobi apartemen. Syakilah menarik nafas panjang dan menyimpan KTP nya di dalam saku, lalu dia memilih kembali ke unit nya.
Wardah dan Syamil bermain bersama Arkan yang begitu gembira membuat mereka betah di apartemen milik Fernando. Fernando dan Nura merasa bahagia melihat Arkan ada teman main, sampai Nura mengajak Syamil dan Wardah makan malam bersama. Selesai makan malam Wardah dan Syamil pamit karena sudah pukul delapan malam. Mereka di antar oleh sopir Fernando.
"Om, Tante, kita balik dulu ya, Arkan besok kita main lagi" ujar Wardah pamit pada Nura dan Fernando.
"Ok, kakak janji ya!" tekan Arkan. Wardah mengangguk.
"Kak Syamil besok jumput Arkan ya!" pinta Arkan manja pada Syamil. Syamil nampak menimang. Arkan menatap penuh harap pada Syamil, So Syamil pun tak tegah akhirnya dia mengangguk. Seulas senyum tersungging di bibir Arkan.
"Kalian hati-hati ya!" pesan Nura ketika mengantar Syamil dan Wardah di depan pintu.
"Ya, Tante, kita balik dulu, assalamu'alaikum" ucap Wardah yang mewakili.
"Wa'alaikum salam" jawab Nura.
Sampai di lobi Wardah dan Syamil bergegas keluar dimana sopir sudah menunggu mereka. Mobil melaju menuju hotel dimana Wardah menginap sedangkan Syamil diantar oleh sopir baru setelah menurunkan Wardah.
Ketika melintasi sebuah klub yang cukup banyak pengunjung mata Syamil yang mengarah menatap keluar jendela mobil tiba-tiba dia melihat seorang wanita yang berdiri di tepi jalan dengan pakaian yang sangat minim membuat Syamil seketika beristighfar.
"Maafkan saya tuan, harusnya saya tidak lewat jalan ini" ujar sopir merasa bersalah, karena banyak sekali wanita malam yang nampak berlalu lalang di area itu.
"Memangnya kenapa pak?" tanya Syamil.
"Tidak tuan, hanya saja biasanya disini adalah tempat jajan-"
"Maksud bapak tempat jajan...?"
"Ya, gitulah tuan" jawab ambigu sopir. Sedangkan Syamil masih penasaran apa yang di maksud pak sopir tadi,Syamil ingin bertanya tapi segera dia urungkan Syamil memilih acuh, sehingga 2 jam berlalu mereka sampai di vila.
Di dalam ruangan yang cukup temaram cahaya, seorang lelaki masuk disana duduk seorang wanita yang masih cantik di usianya yang hampir kepala empat, duduk dengan menikmati segelas wine di tangan nya. Wanita itu melirik lelaki yang berdiri tegap di depan nya.
"Apa kau sudah melaksanakan perintah ku Jac?" tanya wanita itu mengarah pada Jac. Jac mengangguk.
"Sudah nyonya"
"Baguslah, biar tahu rasa" jawab geram wanita itu.
"Lalu dimana Naomi sekarang?" lanjut wanita itu bertanya.
"Nona Naomi sudah pergi dari tadi nyonya" jawab Jac, wanita itu melirik Jac.
"Apa bersama anak mu?"
"Tidak, sepertinya bersama Brenda yang jemput" jawab Jac. Wanita itu menarik nafas panjang.
"Tuan, mungkin Minggu depan baru berkunjung" lanjut Jac memberi tahu. Wanita itu mengangguk lalu menyuruh Jac untuk pergi dari ruangan nya. Wanita itu memperhatikan minuman yang ada di tangan nya.
"Sudah sejauh ini aku melangkah" guman nya sendiri.
Sedangkan di sebuah komplek perumahan yang cukup elit, sebuah mobil sedan warna silver terhenti di carport salah satu rumah.
"Ayo kita turun!" ajak wanita mudah cantik pada teman nya.
"Jadi sekarang kau tinggal disini?" tanya teman wanita itu seraya melihat hunian di depan nya.
"Hem,, baru nyicil" terangnya seraya terkekeh. Mereka berdua turun dari mobil, lalu wanita cantik itu membuka pintu dan mengajak teman nya masuk ke dalam rumah nya.
"Aku ambilkan minum dulu, kau mau minum apa?" tawar wanita itu pada teman nya.
"Terserah" jawab teman nya seraya duduk di pantry.
"Wine, whiskey, Vodka, atau.." goda wanita cantik itu. Teman nya hanya membalas dengan lirikan tajam.
"Ayolah, aku tak punya minuman bersoda" kilah wanita cantik itu.
"Kau penggemar minuman sekarang?" tanya teman wanita itu seraya menelisik beberapa minuman beralkohol yang berjejer rapi di mini bar.
"Ya, karena cukup menghangatkan" jawab wanita cantik itu.
"Em,, aku buatkan teh saja, kalau begitu" ujar wanita cantik itu melenggang ke kitten set. Sedangkan teman wanita itu menelisik hunian teman nya.
"Kau yakin tidak akan ada yang menemanimu malam ini?" tanyanya seraya menelisik ke dalam kamar teman nya yang pintunya masih terbuka.
"Tenang saja, malam ini aku free" jawab nya seraya membuat teh. Temanya hanya mengangguk.
"Salut aku pada mu, sudah hampir lima tahun kamu bekerja di bar tapi belum menyentuh minuman memabukkan itu" kata wanita cantik itu seraya menyajikan secangkir teh untuk teman nya. Hanya seulas senyum miris sebagai balasan.
"Disini apa kau bahagia Brenda?" pertanyaan itu muncul dari mulut sang teman. Ya, wanita cantik itu adalah Brenda.
"Hidup di dunia ini memerlukan uang, setidak nya bisa melihat adik ku bisa bermain dan tertawa lagi saja sudah cukup bagi ku" terang Brenda.
"Maafkan aku!" lirih teman nya merasa bersalah atas pertanyaan nya. Brenda menggeleng lalu dia menatap teman nya yaitu Syakilah dengan seulas senyum.
"Mungkin ini sudah jalan yang harus ku tempuh, setidaknya jangan sampai terjadi padamu!" sebuah pesan dan harapan Brenda untuk Syakilah. Dua tahun lalu Brenda tak ada pilihan bagi nya dia membutuhkan uang banyak, karena adik nya harus segera di operasi transplantasi sumsum untuk itu Brenda menemui mami dia bersedia menjual tubuh nya untuk biaya operasi adik nya.