NovelToon NovelToon
Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: @Asila27

Di dunia yang penuh gemerlap kemewahan, Nayla Azzahra, pewaris tunggal keluarga konglomerat, selalu hidup dalam limpahan harta. Apa pun yang ia inginkan bisa didapat hanya dengan satu panggilan. Namun, di balik segala kemudahan itu, Nayla merasa terkurung dalam ekspektasi dan aturan keluarganya.

Di sisi lain, Ardian Pratama hanyalah pemuda biasa yang hidup pas-pasan. Ia bekerja keras siang dan malam untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Baginya, cinta hanyalah dongeng yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Takdir mempertemukan mereka dalam situasi tak terduga, sebuah insiden konyol yang berujung pada hubungan yang tak pernah mereka bayangkan. Nayla yang terbiasa dengan kemewahan merasa tertarik pada kehidupan sederhana Ardian. Sementara Ardian, yang selalu skeptis terhadap orang kaya, mulai menyadari bahwa Nayla berbeda dari gadis manja lainnya.

dan pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Asila27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nayla pergi ke jogja

Setelah kerumunan bubar, Nayla kembali melajukan mobilnya dengan hati-hati. Pikirannya kalut, dan hatinya masih terasa sesak dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Sesampainya di rumah, Nayla langsung bergegas ke kamarnya. Tanpa ragu, ia membuka lemari dan mulai mengemasi barang-barangnya. Tangannya gemetar saat memasukkan pakaian ke dalam koper besar.

Para pembantu yang melihat nona muda mereka membawa koper besar merasa bingung dan bertanya, "Non mau ke mana kok bawa koper besar begitu?"

Nayla berhenti sejenak, menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. "Saya ingin pergi, Bik. Kalau Papa nanya, bilang saja saya pergi."

Setelah mengucapkan itu, Nayla langsung berjalan keluar sambil menyeret kopernya. Hatinya sakit, namun tekadnya sudah bulat. Ia tidak bisa terus berada di rumah ini setelah apa yang dilakukan ayahnya kepada Ardi.

Saat sudah sampai di dalam mobil, Nayla memasukkan kopernya ke bagasi, lalu tanpa tujuan yang jelas, ia mulai melajukan mobilnya. Ia tidak tahu ke mana harus pergi. Kepalanya penuh dengan kenangan yang membuatnya semakin sakit hati.

---

Di Yogyakarta, Ardi baru saja turun dari bus. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Kota ini masih terasa asing baginya. Saat ia berjalan dengan kebingungan mencari arah, tiba-tiba seorang gadis menarik tangannya.

"Mas, tolongin aku! Aku dijambret! Tolong, mas! Uangku ada di dalam tas itu semua!" ucap gadis itu dengan wajah panik dan suara gemetar.

Ardi menatap gadis itu, mencoba menenangkannya. "Mbak, tenang dulu. Coba ceritakan pelan-pelan."

Gadis itu menarik napas dalam, lalu mulai berbicara meski masih terisak. "Saat aku turun dari bus tadi, tas aku dijambret. Tolong, mas. Aku tidak tahu harus bagaimana."

"Kenapa mbak nggak teriak waktu itu?"

"Tadi aku sudah teriak, mas. Tapi nggak ada yang bantuin aku," jawab gadis itu sambil menangis lagi.

Ardi menghela napas panjang. "Sekarang copetnya ke mana, mbak?"

"Ke sana, mas! Tadi dia lari ke arah sana."

"Ya udah, kita coba cari dulu. Siapa tahu masih ada di sekitar sini."

Mereka pun mencari selama dua jam, menyusuri setiap sudut jalan, berharap menemukan si penjambret. Namun, hasilnya nihil. Mereka akhirnya terduduk di bawah pohon palem di pinggir jalan besar, kelelahan dan putus asa.

Ardi membuka botol air minum yang ia bawa dan menyerahkannya kepada gadis itu. "Mbak, minum dulu."

Namun, bukannya berhenti menangis, gadis itu justru semakin terisak. Ardi jadi panik. "Mbak, udah jangan nangis. Saya takut orang-orang salah paham nanti."

"Saya bingung, mas. Saya datang dari desa untuk kuliah. Sekarang saya nggak tahu harus gimana. Uang untuk sewa kosan habis dijambret. Bahkan HP saya juga ada di tas itu, mas."

Ardi menatap gadis itu dengan rasa iba. "Ya udah, mbak. Tenang dulu. Mbak udah makan belum?"

Gadis itu menggeleng lemah. "Belum, mas. Saya rencana mau ngirit, supaya cukup buat cari kerja sambil kuliah."

Ardi tersenyum kecil. "Ya udah, ikut saya aja dulu. Kita cari makan."

"Tapi, mas... Saya nggak mau nyusahin mas. Apalagi kita baru ketemu."

"Nggak papa, saya ikhlas. Ayo."

Akhirnya, mereka berjalan menuju sebuah warung makan sederhana. Sesampainya di sana, Ardi langsung memesan makanan.

"Buk, pesan makanan," ucapnya.

"Mau pesan apa, mas? Mbak?"

Ardi menoleh ke gadis itu. "Kamu mau makan apa?"

"Nama saya Ranti Azahra, mas. Panggil Zahra aja."

"Oke, Zah. Kamu mau makan apa?"

"Nasi sama tempe aja, mas."

Ardi mengernyitkan dahi. "Buk, saya pesan nasi sama tahu, ikan goreng, dan satu lagi tempe sama ayam goreng."

"Mas, tempe aja," sahut Zahra.

"Nggak papa, makan aja. Nggak perlu sungkan."

"Baik, mas," akhirnya Zahra mengangguk.

Setelah makanan datang, mereka mulai makan dalam diam. Namun, Zahra memperhatikan ekspresi Ardi yang tampak menyembunyikan kesedihan. Ia bisa merasakan bahwa Ardi memiliki masalah keluarga, yang mungkin menjadi alasan ia datang ke Yogyakarta.

---

Sementara itu, di kota, Nayla masih kebingungan. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatnya, Dina.

Setelah sampai, ia segera menelepon Dina. "Din, aku di depan rumahmu. Bukain pintu, dong."

"Eh, iya, tunggu. Aku turun dulu."

Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka. Begitu melihat sahabatnya, Nayla langsung memeluknya erat dan menangis.

"Udah, udah, kamu jangan nangis. Sekarang kita masuk dulu, ya," ucap Dina lembut.

Setelah mereka masuk, Dina menyuruh pembantunya membuatkan minuman. "Bik, buatin jus jeruk dua, ya."

"Siap, non. Tunggu sebentar."

Dina kemudian menatap wajah Nayla dengan cemas. "Ay, kenapa pipi kamu merah begitu?"

Nayla mengusap pipinya. "Gak papa, Din. Aku cuma nggak nyangka Papa tega melakukan ini semua ke Mas Ar."

"Emang apa yang Papa kamu lakukan ke Mas Ardi, Ay? Jangan-jangan... Papa kamu nggak kena masalah hukum, kan?"

"Enggak, Din. Cuma aku nggak nyangka Papa menuduh Mas Ar memanfaatkan aku dan ingin mengincar harta Papa. Aku juga nggak nyangka Papa mengusirnya..." Nayla kembali menangis.

Dina menghela napas, berusaha menenangkan sahabatnya. "Ya udah, kamu sabar, Ay."

"Aku kecewa, Din. Aku tulus sayang sama Mas Ar, tapi saat aku menemukan kebahagiaan, semuanya dihancurkan Papa sendiri."

"Terus, sekarang rencanamu apa?"

"Aku nggak tahu, Din. Tapi aku ingin pergi dulu, biar Papa sadar kalau harta nggak bisa menggantikan orang yang dia sayangi. Aku rencana mau ke Jogja, ke rumah Om Angga, adik Mama."

"Trus kuliah kamu gimana?"

"Aku mau cuti dulu, sambil menenangkan diri. Dan, tolong... jangan kasih tahu Papa, ya."

Dina ragu, tapi melihat kesungguhan di mata sahabatnya, akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, kalau itu keputusanmu. Semoga dengan pergi ke Jogja, kamu bisa melupakan Mas Ar dan menemukan kebahagiaan baru."

Nayla hanya tersenyum tipis. Dalam hatinya, ia tahu, melupakan Ardi bukanlah hal yang mudah.

1
Nyoman Nuarta
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!