" Dikaa !" Neta kesal lalu ia melemparkan buku tulisnya ke arah pria itu.
Dika hanya tertawa terbahak setelah ia mengjaili Neta.
Dika yang bernama lengkap Mahardika Bimantara, siswa kelas 3 Sekolah Menengah Atas pada saat itu, ia dikenal sebagai siswa yang berprestasi namun sikapnya yang selengean dan cuek membuat ia terkadang selalu ditegur oleh beberapa guru di sekolahnya.
Ia memiliki satu teman wanita yang tidak pernah akur dengannya, yang bernama Ganeta Nayanika. Entah mengapa walaupun hampir semua guru tahu jika Dika dan Neta tidak pernah akur namun dari kelas 1 hingga kelas 3 ini mereka selalu ditempatkan di kelas yang sama.
Selain tidak akur Dika dan Neta pun bersaing secara akademis, mereka berdua tidak pernah ingin kalah satu sama lain, sampai akhirnya nya mereka berdua lulus dari sekolah menengah atas.
Selepas mereka lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Dika dan Neta belum dipertemukan kembali sampai akhirnya, keadaan yang mempertemukan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Setelah melaksanakan tugasnya Dika kembali untuk pulang ke rumah, ia memikirkan kejadian tadi.
" Apakah Neta ada hubungan dengan Ramon ? " batin Dika.
" Jika benar, pantas saja respon Neta terhadapku seperti itu, mungkin benar Neta menganggap ku hanya sebagai teman " gumam Dika.
Dika duduk di balkon kamarnya, menikmati dinginnya angin malam dengan secangkir cokelat hangat.
Beginilah patah hati, patah hati yang dibuat sendiri, mungkin ini yang dirasakan Dika sekarang, patah hati karena kesimpulan yang dibuat nya sendiri.
Malam semakin larut, dingin malam pun semakin menusuk pori-pori kulit, Dika kembali masuk kedalam kamar, merebahkan tubuhnya diatas kasur, berusaha memejamkan mata, walaupun pada kenyataannya sulit.
...****************...
Dilain tempat Neta pun sama, setelah kepulangan dari rumah sakit untuk melihat keadaan Ramon, Neta merasa tidak enak hati, mengapa Dika tidak menyapa nya sama sekali padahal baru beberapa jam yang lalu sebelum bertemu di rumah sakit, ia bertemu dengan Dika.
" Dika kenapa ya ? Aku salah apa sama Dia ? Malahan pulang ke rumah aja dia tadi ngikutin sampe rumah " gumam Neta.
" Padahal aku udah sedikit bahagia loh bisa ngobrol dan deket sama kamu Dik.. kamu kok cepet banget berubahnya " batin Neta.
Ia duduk menyender kesenderan kasur, melihat layar ponsel beberapa kali, ia berharap ada pesan masuk dari Dika, namun hingga pukul 00.30 ini tidak ada.
Neta semakin tidak bisa tidur, padahal besok ia harus kembali bekerja ke kantor, namun apa apa daya mata ini tidak dapat kompromi, ia masih terjaga hingga saat ini.
Neta kembali mengambil ponselnya, ia membuka pesan-pesan yang dikirim Dika untuknya. Ada rasa ingin memulai percakapan dengan Dika, karena ia melihat status pesan Dika sedang online, namun ia urungkan. Ia tidak begitu percaya Diri untuk memulai menghubungi Dika lagi pula ini sudah larut malam.
...****************...
Keesokan hari nya Neta bangun seperti biasa setelah melaksanakan kewajiban nya ia langsung mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.
Ibu sudah memanggil Neta untuk sarapan pagi bersama. Neta langsung buru-buru menghampiri Ayah dan Ibu nya ke meja makan.
" Pagi Ayah.. Ibu "
" Pagi sayang... ayo sarapan dulu " Ayah kepada Neta.
Neta sarapan bersama kedua orangtuanya disaat yang bersamaan Bi Lilis datang menghampiri Neta dan kedua orangtuanya ke ruang makan.
" Permisi.. maaf Mbak Neta ini ada yang mengirim buket bunga, oleh pengirim disimpan di meja teras depan " Bi Lilis menjelaskan.
Neta merasa aneh karena baru kali ini ada yang mengirim buket bunga.
" Dari siapa Bi ? " tanya Neta.
" Hmm Bibi kurang tahu Mbak "
" Ya udah sini bi " Neta mengambil buket bunga itu.
Buket bunga warna putih yang dipadukan dengan warna salem muda, cukup cantik menurut Neta, namun ia masih bingung siapa yang mengirim untuknya, dikartu ucapan hanya tertera dikirim untuk dirinya, namun nama sang pengirim tidak ada disana.
" Dari siapa Net ? " Ibu penasaran.
" Gak tau Bu, tidak ada pengirimnya " balas Neta.
" Mungkin teman kantor kamu ? " susul Ayah.
" Hmm.. siapa ? kayanya kalo temen kantor gak mungkin deh Yah.. " Neta masih penasaran siapa.yang mengirim buket bunga itu.
" Ya sudah kamu simpan saja, nanti juga kamu akan tahu sendiri siapa pengirim bunga itu " Ibu kepada Neta.
" Hmm.. iya Bu, apa aku buang saja Bu ? takut juga sih karena tiba-tiba ada yang mengirim buket bunga ke aku "
" Itu sih terserah kamu Net " balas Ibu.
Namun pada akhirnya Neta hanya menyimpan buket bunga itu, ia simpan di meja hias yang berada di ruang tamu.
" Tapi.. kalau dibuang sayang juga yaa.. simpen aja deh, semoga memang orang yang mengirim buket bunga ini, orang yang baik, bukan yamg berniat jahat ke aku " batin Neta.
Ia pamit kepada kedua orangtuanya untuk berangkat ke kantor, setelah pamit, ia berangkat menggunakan mobilnya meninggalkan rumah menuju perusahaan MGM Grup.
Didalam perjalanan semakin tidak karuan pikiran Neta, bagaimana pun kejadian demi kejadian yang ia alami cukup mengganggu pikirannya. Yang pertama saat ia kembali bertemu dengan Dika, kedua Dika mengajaknya untuk bertemu, ketiga Dika menjadi berubah, keempat ada kiriman buket bunga.
" Ya Allah.. mengapa semakin dewasa hidupku semakin rumit .. " gumam Neta.
" Banyak hal yang mengejutkan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya " gumam Neta lagi.
" Sepertinya aku ingin kembali menjadi anak kecil.. hikkssss... " batin Neta.