Bintang yang mengalami kebangkrutan terpaksa harus menjual semua asetnya dan juga pindah dari kota tempat dia tinggal
beruntung dia masih punya warisan sebuah rumah dari sang Kakek Bagaskara
Tapi rumah itu tidak berani di dekati penduduk karena terkenal Angker dan tidak bisa di masuki siapapun kecuali oleh sang pemilik
mampukah Bintang dan keluarganya bertahan disana? dengan banyak gangguan dan juga musuh sang kakek yang mengincarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pipit hilang
Di rumah Bintang
Masya Allah Sahara, kamu kenapa sampai tergeletak begitu?" Tanya Bintang khawatir karena Sahara terlihat lemas di atas sofa ruang tamu
"Dia kekenyangan pa, makan bakso dan es dawet dua porsi" jawab Dimas menunjuk dua mangkuk bakso dan juga dua gelas besar es dawet
"Sahara mintanya es cincau tapi dapatnya es dawet" ucap Sahara
"Tapi habis juga" cibir Silvia yang baru selesai makan bakso miliknya
"Memangnya Sahara makannya gimana, perasaan baksonya masih utuh deh" tanya Sumi
"Saya juga nggak tahu Bi, selalu seperti itu, tapi saat saya coba makan yang dia makan tuh rasanya sudah hambar" jawab Bintang juga tak tahu
"Papa pernah makan makanan Sahara?" Tanya Silvia
"Waktu nggak sengaja papa makan makanan Yang ada di meja, dan Kata Dimas itu bekasnya Sahara" jawab Bintang
"Nenek ko nggak makan?" Tanya Sumi
"Makanan saya sudah habis Sumi" jawab Rukmini menunjuk mangkuknya yang kosong
"Nah kalau nenek makannya malah habis" heran Dimas
"Karena nenek ini adalah jin dan bisa menunjukkan wujud nenek dengan cukup nyata, beda dengan Sahara yang berupa arwah yang terkunci, dia tidak bisa kembali karena jasadnya sudah habis di makan tanah tapi dia juga tidak bisa pulang karena kematiannya adalah kehendak dari manusia" jawab Rukmini
"Apa Sahara juga bisa di lihat orang nek?" Tanya Bintang
"Bisa, dia punya ilmu yang cukup kuat, hanya saja itu akan menguras tenaganya, jadi dia perlu sepuluh tahun lagi untuk wujudnya bisa terlihat nyata" jawab Rukmini
"Sepuluh tahun hihihi" jawab Sahara kembali semangat
"Tuh kan, sudah mirip tukang akrobat sirkus" gerutu Dimas
Tok tok tok
Assalamu'alaikum
Sapa seseorang di luar rumah Bintang
"Wa'alaikumussalam" jawab semuanya, saat Sumi membuka pintu, di luar ada Karman dan beberapa orang yang terlihat khawatir
"Ada apa ya pak Karman?" Tanya Bintang
"Ini pak Bintang, kata Galang tadi sore mereka main ke Danau bersama Risma dan Pipit, tapi sampai sekarang Pipit belum pulang" jawab Karman
"Tadi katanya Pipit pulang duluan karena nggak enak badan pak" balas Dimas
"Iya, Risma juga memperlihatkan isi pesan dari Pipit, tapi sampai sekarang Pipit belum pulang, kami sudah mencari dia dari jalur Danau tapi tidak ada, kami malah menemukan handphone milik Pipit ada di dalam toilet" jawab ayah Pipit
"Di toilet? Apa mungkin pas pulang karena kurang enak badan, Pipit meninggalkan handphone nya di toilet karena lupa" ungkap Silvia
"Bisa jadi begitu Bu, hanya saja saya khawatir kalau dia pingsan di jalan dan di temukan seseorang yang jahat" jawab ibu dari Pipit
"Dia ada di rumah si gondrong" ucap Sahara melompat lompat di atas sofa
"Pa" bisik Dimas
"Bagaimana kalau kita keliling danau itu saja, kalau banyak orang mungkin bisa lebih cepat ketemu" usul Bintang
"Bagaimana pak RT, kami juga sudah rencana untuk mengintai sesuatu kan" bisik Yana
"Kita tunda saja itu besok, Pipit harus di temukan dulu" bisik Karman
"Baik semuanya, ayo kita ke Danau itu, dan para perempuan sebaiknya tinggal di rumah" ucap Karman
"Ma, papa bantu para warga dulu ya, kamu di rumah saja dan kunci pintunya, papa akan mengucapkan salam saat pulang" ucap Bintang
"Iya pa, papa hati hati" jawab Silvia
Akhirnya para lelaki dewasa itu menuju ke Danau yang jaraknya memang tidak jauh dari kampung Curug
"Hihihi.... Asik asik malam ini Sahara bisa jalan jalan" teriak Sahara melayang di atas para bapak bapak itu
"Pak RT ko bau bunga melati ya" bisik Maman
"Kamu diam saja, saya yakin semua yang ada disini juga menciumnya" bisik Karman yang juga mulai merinding
"Hihihi.... "
"Pak RT" pekik para warga mendengar tawa Sahara
"Jangan takut bapak bapak, dia hanya sedang usil saja" ucap Bintang merasa malu
"Pak Bintang tidak takut?" Tanya seorang warga
"Pak Bintang bahkan memukul babi ngepet yang sering meresahkan warga kampung ini sampai itu babi libur panjang" jawab Yana
"Pak Yana ini bisa saja, itu hanya kebetulan pak" jawab Bintang
"Kalau begitu pak Bintang pimpin kita saja bersama pak RT" ucap seorang warga yang ketakutan
"Ayo pak Bintang, soalnya malam semakin larut" bujuk Karman dan Bintang mengangguk
"Cah bagus, itu rumahnya" bisik Sahara menunjuk pohon beringin besar dengan banyak semak belukar disana
"Bagaimana cara kita mencarinya ya?" Tanya Maman
"Kita coba panggil Pipit saja gimana? Kan bisa saja dia di sembunyikan jin penunggu danau ini" usul Bintang
"Mirip anak yang di culik Wewe gombel, tapi ini anak gadis" gumam Karman
"Kita coba saja pak, kami juga bingung" ucap Yana
"Coba bapak yang panggil, mungkin Pipit bisa mengenali suara bapak" bujuk Bintang
"PIPIT!" Teriak ayah Pipit
"Nak Pipit ayo pulang nak, ayah disini" teriak ayah Pipit dengan kencang
Ggrrrr gggrrrrr
"Suara apa itu?" Tanya Maman ketakutan
"Ayah .... Itu ayah kan?" Tanya Pipit tapi wujudnya tak terlihat
"Pipit.. kamu dimana nak, ini ayah jemput kamu" jawab ayah Pipit terus mencari keberadaan Pipit yang suaranya bisa dia dengar
"PERGI! ANAK INI SEKARANG ADALAH ISTRIKU DAN SEBENTAR LAGI DIA AKAN MENGANDUNG ANAKKU!" bentak om genderuwo lantang
"Suara apa itu pak RT? Kenapa terdengar sangat kencang" tanya ayah Pipit
"Sepertinya Pipit di culik genderuwo pak" jawab Karman serius
Bersambung
padahal ceritanya bagus.
gw demen.
lancar ampe tamat ye