NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Lana

Cinta Untuk Lana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lidya Riani

Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 6 BERTEMAN

"La, kamu dekat ya sama anak baru itu?" bisik Dilla, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Siapa?" tanya Lana, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya.

"Sakha," jawab Dilla, lalu diam-diam melirik ke belakang. 

Seperti dugaannya, Sakha sedang menatap ke arah mereka, tepatnya ke arah Lana. 

"Dari tadi dia lihat kamu terus," bisik Dilla lagi, suaranya terdengar menggoda.

"Ck... biarin saja. Jangan ikut campur urusan orang," balas Lana, malas.

"Ih, Lana, bukan gitu!" Dilla cemberut, lalu berbisik, "Kayaknya dia naksir kamu deh!"

"Sembarangan!" sergah Lana.

"Habisnya dia natap kamu terus, dan tatapannya itu lembut banget. Kayak orang jatuh cinta," ujar Dilla, matanya berbinar.

Lana menghela napas jengah, lalu menutup bukunya dan menatap sahabatnya. "Kamu ini ada-ada saja," ujarnya, menggelengkan kepala.

Lana mengangkat tangannya, lalu mencubit pipi Dilla. 

"Aaaaa..." Dilla mengaduh kesakitan, berusaha melepaskan tangan Lana dari pipinya.

"LANA!" pekik Dilla kesal, mengusap pipinya yang memerah.

"Makanya, jangan sembarangan kalau ngomong. Kalau dia dengar gimana, nanti jadi gosip lagi," jelas Lana, suaranya pelan namun tegas.

"Habisnya tingkah anak baru itu aneh. Dia itu cuek banget, anak-anak lain bahkan enggak berani ngobrol sama dia. Tapi aku lihat kamu beberapa kali bicara sama dia, dan bahkan kamu sudah ke rumahnya, belajar bersama. Waw... pencapaian luar biasa," ujar Dilla, bertepuk tangan dengan senyum manis.

Lana mendecakkan lidah, lalu menjitak pelan kepala Dilla. 

"Memangnya kamu belum pernah ngobrol sama dia?" tanya Lana balik.

"Belum! Waktu itu aku coba sapa dia, aku dicuekin dong! Seorang Dilla yang cantik jelita dicuekin. Apa kabar dunia?" keluh Dilla, wajahnya masam.

Lana terkekeh pelan. 

"Kok bisa, sih?" tanyanya, tak percaya.

"Iya! Terus, waktu itu pas aku mau mengumpulkan buku PR, dia cuma sodorkan bukunya, setelah itu dia melengos saja keluar kelas. GILA!" ujar Dilla, matanya melotot.

"Enggak sopan banget," tukas Lana, menggelengkan kepala.

"Nah, iya! Ngeselin kan?" tanya Dilla, wajahnya kesal.

Lana mengangguk setuju. "Berarti sudah mau dua bulan sekelas, kalian belum pernah ngobrol sama sekali?" tanyanya.

"Belum, lah! Baru ngomong satu kata saja, dia sudah melengos," jawab Dilla, wajahnya masih kesal.

"Ck... ck... ck..." Lana menggelengkan kepala, prihatin.

Lana mengedarkan pandangannya ke arah belakang ruang kelas, tepatnya ke bangku Sakha. Seperti yang dikatakan Dilla, Sakha sedang menatap ke arah mereka. Entah kebetulan atau tidak, pemuda itu memang sedang menatapnya. Lana sempat berpikir, apakah ada yang salah dengan penampilannya sampai-sampai Sakha terus melihat ke arahnya, tapi ia merasa penampilannya normal seperti biasa.

"Benar, tuh, dia lagi melihat ke arah sini," bisik Dilla, matanya memicing.

Lana bersedekap, seolah menantang balik tatapan Sakha. 

"Aku panggil dia ke sini, ya," ujar Lana, sebuah ide terlintas di benaknya.

"Dih, ngapain? Jangan, La..." cegah Dilla, wajahnya panik.

Belum selesai Dilla berbicara, Lana sudah melambaikan tangannya ke arah Sakha, mengajaknya menghampiri mereka.

"Kamu ngapain panggil dia?" bisik Dilla, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya.

"Biar kalian kenalan," jawab Lana santai, tersenyum tipis.

Dilla rasanya ingin menjitak kepala Lana, wajahnya pasti memerah menahan malu.

"Ada apa?" suara tegas dan dalam Sakha terdengar, saat ia sudah berdiri di hadapan Lana dan Dilla.

"Kata Dilla, kamu daritadi lihat ke arah aku. Ada apa, ya?" tanya Lana, membuat Dilla ternganga.

Bagaimana mungkin Lana menyebutkan namanya dan langsung mengadu di depan Sakha?

Sakha menoleh sekilas ke arah Dilla, lalu kembali menatap Lana dengan tatapan yang sulit diartikan. 

"Nenek mau ketemu," ujarnya, singkat.

"Nenek?" tanya Lana, bingung.

Sakha mengangguk. "Nenek mau bicara sama kamu. Pulang sekolah, ke rumah aku, bisa?"

Lana dan Dilla saling berpandangan. Lana menggelengkan kepala. 

"Tidak bisa. Memangnya nenek ada perlu apa?" tanyanya.

Sakha mengangkat bahu, acuh tak acuh. Lalu, ia mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya kepada Lana. 

"Apa?" tanya Lana, semakin bingung.

"Masukkan nomor kamu," perintah Sakha.

"Hah?"

"NO... MOR... KA... MU," ulang Sakha, menekankan setiap kata.

"I... iya, aku tahu. Tapi untuk apa? Toh, kita selalu bertemu di kelas," tanya Lana, bingung.

"Nenek yang minta," jawab Sakha asal, berbohong.

Dilla mendekat dan berbisik ke telinga Lana, "Pasti bohong, jangan mau."

Sakha langsung menatap tajam ke arah Dilla, membuat gadis itu spontan menunduk dan menutup mulutnya.

Lana tampak berpikir sejenak, lalu mengambil ponsel Sakha dan menuliskan nomornya di sana. Setelah selesai, ia langsung mengembalikan ponsel tersebut.

Sakha menekan tombol panggil, dan Lana melihat ponselnya bergetar, menunjukkan nomor asing di layar. Lana meraih ponselnya dan memperhatikan nomor yang tertera di layar. Tiba-tiba, sebuah tangan menyentuh puncak kepalanya. Sakha meletakkan telapak tangannya di kepala Lana, membuat tubuh gadis itu membeku seketika.

"Itu nomor aku, simpan, ya," ujar Sakha, lalu segera berlalu, meninggalkan Lana yang masih berusaha menyadarkan diri.

"La...La... kamu enggak apa-apa?" bisik Dilla, khawatir. “Muka kamu merah.”

Lana mengerjap, lalu menatap Dilla dengan tatapan kosong. 

"Hah?"

1
Rita Riau
tuh Shaka dengerin betapa baiknya Lana,dan kamu hanya seorang pecundang
Rita Riau
bagus Lana,jgn lemah bikin hidup di Shaka dalam penyesalan seumur hidup
Rita Riau
terlalu bego kamu Lana kalo mau di bodohi oleh manusia seperti si Gani
Rita Riau
hadeeh,,, mampus aja sekalian Sofia ga simpati aq
Rita Riau
udah mau mati baru ingat anak yang rak di inginkan. basi
Rita Riau
takdir benar benar kejam mempermain hidup Alana,,, kasihan Lana,,
Rita Riau
Lana,ga salah kha,,, kamu salah besar kalo membenci Alana,,, yg salah itu bapak nya.
Rita Riau
berarti yg nabrak ayah Shaka sampai meninggal itu si putra ayah Alana. rumit
Rita Riau
kasian Alana, punya ayah tapi seorang pecundang dan memiliki seorang ibu namun lebih bagus ibu ayam,,
Rita Riau
Lana,kamu bersama Shaka aja biar waktu yang membalas semua perbuatan orang tua mu,,
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri
Rita Riau
ga apa" Sofia terus aja dgn sikap mu yang tak menganggap ada anak mu, akan ada hari balasan karena hukum alam itu berlaku tabur tuai juga nyata
Rita Riau
kasian banget Lana, nanti kalo kedua orang tua datang dgn penyesalan ga usah dipedulikan juga.abai kan
Rita Riau
bahagia kan diri mu Lana walaupun tanpa kasih sayang orang tua mu.
Rita Riau
nyesek banget dgn nasib Lana,,, punya orang tua tapi seperti yatim piatu. bapak ibunya cuma pandai bikin setelah hadir di sia sia kan,,, bener bener orang tua egois,,
Rita Riau
izin mampir ya Thor,,, 🙏
CantStopWontstop
Aku udah jatuh cinta sama cerita ini, semoga thor terus update terussss!
Abadon007
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Coralfanartkpopoaf
Cerita yang menghanyutkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!