Cerita ini kelanjutan dari novel "Mencari kasih sayang"
Pernikahan adalah ibadah terpanjang karena dilakukan seumur hidup. Pernikahan juga disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.
Dua insan yang telah di satukan dalam ikatan pernikahan, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Hari memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kepercayaan Resa. Apakah dia dapat bertahan?
Resa menemukan kebenaran tentang Hari yang telah menyembunyikan kebenaran tentang status nya. Resa merasa dikhianati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia harus memaafkan Hari atau meninggalkannya?
Apakah cinta Resa dan Hari dapat bertahan di tengah konflik dan kebohongan? Apakah Resa dapat memaafkan Hari dan melanjutkan pernikahan mereka?
Apakah mereka akan menemukan kebahagiaan atau akan terpisah oleh kebohongan dan konfliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6 Beradaptasi
Pagi hari yang cerah secerah harapan gadis remaja yang baru melangkah di pase kehidupan rumah tangganya. Resa baru selesai beres-beres sekitar jam tujuh pagi. Dia masuk ke dalam kamar ingin melanjutkan beres-beres baju dan barang lain dari hantaran yang Hari bawa saat acara nikahan kemarin.
Hari masih merebahkan diri di atas kasur sambil memainkan ponsel yang ia genggam di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia jadikan bantalan. Pandangannya teralihkan pada istrinya yang sedang membuka hantaran satu persatu.
Kemudian, Hari bangkit dan bersila di atas kasur menghadap pada Resa yang masih fokus pada kegiatannya. "Coba pake bajunya pas gak, itu AA yang jahit sendiri," tutur Hari saat Resa membeberkan gamis berwarna hijau tosca yang ia buka dari salah satu kotak hantaran.
Resa melirik pada Hari kemudian mengangguk dan berdiri di depan cermin menempelkan gamis tersebut di badannya. "Bukan gitu, Ai, coba di pake dulu bajunya, AA pengen lihat," pinta Hari merasa gemas dengan tingkah Resa.
Sedangkan Resa tersenyum malu kemudian menjawab"Malu atuh, A, masa harus buka baju depan AA," kata Resa dengan wajah merah.
"Gak papa atuh, Ai, udah halal ini," jawab Hari dengan senyum.
"Lain kali aja nyobain nya, ini masih banyak yang harus di buka," ucap Resa mencari alasan sambil duduk kembali di antara kotak hantaran yang masih menumpuk di sudut kamarnya.
"A, ini kenapa banyak celana jeans nya? Aku jarang pake ginian loh," keluh Resa setelah melihat beberapa potong celana jeans di dalam kotak yang ia buka.
"Sengaja, Ai, sekarang kamu bakalan sering naik motor kalau berpergian ke mana-mana, biar simpel kalau pake jeans," jelas Hari.
Namun, Resa mengerutkan alis melirik pada suami yang menatapnya intens. "A'a gak suka aku naik motor pake gamis?"
"Bukan gitu, Ai, AA cuma antisipasi aja biar kejadian tempo lalu saat baju gamismu masuk jari-jari motor itu gak terulang lagi," imbuh Hari memberi tahu kejadian yang sempat membahayakan nya saat berkendara.
Resa tak bisa berkata apa-apa karena perkataan Hari ada benarnya. Namun, ada alasan di balik protes nya Resa karena dia tidak terbiasa dengan pakaian tren masa kini. Dia terbiasa di ajarkan untuk menutup aurat dari sejak dini, jadi wajar kalau di protes dengan hal yang tak biasa dia lakukan sebelum nya.
Hari mengalihkan pembahasan pada hal lain, dia mengingatkan sang istri, "Ai, kamu belum buatin AA kopi loh?"
Resa mendongak terkejut, "Eh, ah iya, lupa A, bentar Resa buatin dulu," ucap gadis itu beranjak ke arah dapur sambil menepuk pelana keningnya.
Bisa-bisanya dia lupa, mungkin karena belum terbiasa dengan kebersamaan mereka, hingga Resa tidak tahu kebiasaan suaminya di pagi hari. Dia merasa sedikit malu karena lupa akan kebutuhan suaminya, namun dia berusaha untuk memperbaiki kesalahan itu dengan segera membuat kopi untuk Hari.
Saat Resa masuk ke dapur, dia langsung menuju ke tempat penyimpanan kopi dan mulai membuat kopi untuk Hari. Dia merasa sedikit gugup karena belum Terbiasa hidup serumah dengan suaminya,
Setelah beberapa menit, Resa selesai membuat kopi dan membawanya ke ruang tamu tempat Hari menunggu. "A,ini kopi nya," kata Resa sambil menyerahkan kopi kepada Hari.
Hari tersenyum dan mengambil kopi dari Resa. "Makasih, Ai," kata Hari sambil menikmati kopi yang baru dibuat oleh Resa.
Sedangkan di ruang keluarga, ada adik-adiknya yang sedang sarapan sepiring nasi dengan gorengan sebagai lauknya. Mereka menikmati sarapan sambil nonton film kartun.
Resa yang ingin ikut bergabung sarapan menawarkan suaminya, "A, mau sarapan?"
"Boleh," jawab Hari mengiyakan tawaran istri nya.
"Gorengan sama lontong aja, Ai, jangan pakai nasi," pinta Hari, matanya melirik pada adik iparnya yang berada di ruangan sebelah namun masih terlihat jelas dari ruang tamu yang berhadapan.
Resa berjalan ke dapur dan kembali dengan membawa sepiring goreng dan lontong, sedangkan di tangan satunya sepiring nasi untuk dirinya. "Ini gorengan nya, A."
Resa meletakan piring yang ia bawa di atas meja, kemudian duduk bersila di lantai, sedangkan Hari duduk di atas kursi.
"Sini, Ai, duduknya di atas," ajak Hari.
"Enggak, A, kalau makan aku enakan kaya gini," jawab Resa dengan santai.
Hari tersenyum, kemudian bertanya, "Ai, kamu sarapan nasi sama gorengan?"
"Heran ya?" kekeh Resa santai menyuapkan nasi."Maklumi ya, keluarga kami emang begini adanya, kita udah bisa makan aja Alhamdulillah, bapak cuma kerja serabutan di ladang orang, tapi aku bangga sama bapa yang bekerja keras menafkahi istri dan ke 8 anaknya meskipun tak mewah yang penting halal dan barokah."
Hari menatap bangga dengan lengkungan senyuman teduh yang sering membuat Resa salah tingkah saat menerima perlakuan yang tak biasa dari Hari.
Resa bertanya untuk mencairkan suasana yang canggung di antara mereka. "A, mau di masakkan apa buat makan siang nanti?"
"Kamu bisa masak apa?" tanya Hari dengan serius kepada istrinya.
"Telor di ceplok, di dadar, direbus, di orak-arik, atau mau ungkep tempe," jawab Resa dengan percaya diri.
Hari terkekeh mendengar jawaban dari istrinya. Resa menekuk wajahnya malu, di usianya saat ini dia memang belum terbiasa membuat banyak macam masakan, karena ibu tirinya tak pernah mengajarkan dia untuk terbiasa memasak.
Masih ada jarak di antara Resa dan Komala, mungkin karena dia baru 3 tahun belakangan baru bisa beradaptasi dengan keluarga barunya, meskipun masih ada kecanggungan karena merasa diasingkan di rumah ayahnya sendiri.
"Ai, kamu tahu apa yang aku suka dari kamu?" tanya Hari dengan nada yang lembut.
Resa terkejut dan memandang Hari dengan rasa penasaran. "Apa, A?" tanya Resa dengan nada yang pelan.
"Aku suka kamu karena kamu selalu berusaha untuk membuat aku bahagia," jawab Hari dengan senyum. "Kamu tidak pernah mengeluh atau marah, bahkan ketika aku melakukan kesalahan."
Resa merasa terharu dan memandang Hari dengan mata yang berbinar. "Aku hanya melakukan apa yang menurut ku baik aja," kata Resa dengan nada yang lembut."syukur Alhamdulillah kalau kehadiran aku membuat Aa bahagia"
Hari tersenyum dan mengambil tangan Resa. "Aku juga ingin membuat kamu bahagia, Ai," kata Hari dengan nada yang hangat.
*****
Saat siang tiba Resa sudah berada di dapur bersama suaminya."Kamu duduk saja.siang ini biar aku yang masak .Dari pada kita cuman makan telor saja."ucap Hari dengan terkekeh.
Resa memperhatikan suaminya yang sedang memasak. Tidak banyak bicara,Hari sigap kesana kemari menyiapkan masakan untuk makan siang bersama. Dan Resa hanya duduk manis melihat Hari yang sibuk.
Setelah selesai mereka hanya makan berdua karena Komala sedang berpuasa dan adik adiknya Resa belum pulang sekolah sedangkan Nurdin belum pulang dari ladang.
"Aku Jadi gak enak,A.cuman diam,malah AA yang masakin buat kita."
"Tidak apa-apa! Besok besok kamu yang masakin buat kita!"
Resa ragu-ragu memasukan nasi ke mulutnya. Kedua matanya melihat pada Hari.Tapi saat dia merasakan masakan dari Hari enak. Tidak segan dia langsung melahap makanan didepannya.
Hari tersenyum melihat sikap Resa yang seperti itu. Dia gemas sendiri melihatnya. Tapi dia memang harus sabar untuk menghadapi sang istri yang masih labil.Harus pelan-pelan membuat dia nyaman.
Kenapa berantakan sekali makannya, sampai ke pipi nasinya." Hari bangun, tiba-tiba mendekatkan wajahnya didepan wajah Resa. Dia mengambil nasi yang ada di pipi Resa kemudian memasukannya kedalam mulut istrinya lagi.
Resa bengong menatap sikap Hari yang sedang menunjukan perhatian kepadanya. Setalah itu dia duduk kembali diatas kursi, sambil kembali menatap wajahnya denga begitu lekat.
"Terima kasih, A!" kata Resa dengan nada yang lembut.
"Sama-sama," jawab Hari dengan senyum.
Suasana mulai terasa canggung. Resa merasa tidak nyaman dengan tatapan Hari yang terus-menerus.
"Jangan lihatin aku terus, A. Malu tahu," cicit Resa dengan nada yang pelan.
"Semakin kamu merasa malu, semakin senang saya melihatnya. Bukankah dari mata turun ke hati?" kata Hari dengan nada yang lembut dan senyum yang menggoda.
Resa merasa semakin malu, tapi dia tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Hari yang terus-menerus memandanginya dengan penuh kasih sayang.