Suami Di Alam Mimpi

Widuri membuka matanya. Dia telah terbaring di atas kasur dikamar pengantinnya. Kailash sedang melumuri betis Widuri dengan dedaunan yang merupakan obat di alamnya.

"Aku tahu, kamu masih kaget dnegan peristiwa tadi. Tapi akan lebih baik, kita obati dulu lukamu ya," kata Kailash lalu tersenyum.

Widuri mengangguk. Dia memang terkejut dengan segala keanehan di alam mimpinya. Rasa-rasa ingin meminta semua penjelasan kepada suaminya. Namun, pria itu masih sibuk mengobati luka Widuri yang cukup parah.

"Sudah, kamu istirahat ya, aku akan menjagamu disini."

Widuri bersandar di bantal. Kailash duduk disampingnya. Memandangi Widuri dengan raut wajah sedih.

"Kamu kenapa melihatku seperti itu?" tanya Widuri.

Kailash mengecup puncak kepala istrinya.

"Aku hanya merasa bersalah padamu, karena aku lupa memberimu pesan ritual sebelum tidur."

Widuri tersentak. Dia memperbaiki duduknya, menghadap ke Kailash dengan seksama. Mata pria itu terlihat tenang meskipun Widuri akan mencecarnya dengan pertanyaan.

"Memangnya aku harus melakukan ritual apa? dan siapa mereka tadi? tempat apa itu? apakah sama dengan tempatmu? lalu kenapa aku malah datang ke tempat itu?"

Kailash tertawa mendengar deretan pertanyaan Widuri. Nampak lucu dimatanya. Raut wajah Widuri seperti anak kecil yang ingin tahu segalanya.

"Begini, Sayang. Kamu harus menyebut namaku tiga kali sebelum tidur lalu mengusap bantal kepalamu. Bukan menepuk bantal tiga kali. Mereka itu mahluk sama sepertiku, tempatnya juga sama. Dan untuk pertanyaan terakhir, aku belum bisa menjawab. Kau akan tahu sendirinya nanti, sebab itu diluar urusanku."

Widuri mengerutkan dahi. Kata-kata Kailash tentang "Bukan urusanku" menyinggung hatinya. Widuri merasa Kailash tidak terlalu peduli dengan dirinya yang sedang tidak baik-baik saja.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk peduli padaku." Ketus Widuri.

Kailash baru menyadari jika kata-katanya tidak tersampaikan baik kepada istrinya. Gegas ia meluruskan.

"Tidak begitu sayang, tadi aku bermaksud bilang bahwa aku akan melanggar aturan jika menjelaskan semua yang belum harus kau ketahui," ucap Kailash. Berharap Widuri dapat memahami maksudnya.

Widuri menghela nafas berat. Lehernya yang tadi tegang sedikit rileks.

"Itu bukan urusanku tentang tempat itu. Tapi sebenarnya urusanmu. Mereka punya alasan sendiri mengapa kamu bisa sampai ke tempat itu."

"Begitu, tapi ..ck," keluh Widuri. Ada rasa jengkel sebab ia mengalami peristiwa menakutkan tadi.

"Ada banyak hal gaib yang tidak bisa dijelaskan di akal manusia. Seperti di dunia mu, dunia ku juga ada aturannya."

Widuri menatap sendu suaminya. Ia merasa bersalah sebab meragukan kasih sayang Kailash terhadapnya.

"Aku akan tetap melindungi mu, tapi kamu juga harus bisa menjaga dirimu, jangan melakukan hal buruk, ikuti kata hati kebaikan itu," ujar Kailash.

Widuri memeluk erat suaminya. Pelukan itu menghangatkan hati keduanya. Setelah mengobati luka istrinya. Keduanya kembali memadu kasih di kamar pengantin. Widuri dimabuk cinta dengan suami tampannya.

"Aku rasa tidak ingin pulang," bisik Widuri.

"Benarkah? aku senang jika seperti itu."

"Iya, seandainya kau bisa menemui ku di dunia nyata, aku pasti akan memelukmu seperti ini setiap saat," kata Widuri berandai-andai.

Harapannya diluar nalar, tapi inilah pilihannya. Mencintai pria yang hanya bisa ia temui di alam mimpi.

"Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa mewujudkan harapanmu. Pembatas alam kita sangat kuat," ucap Kailash. Matanya mulai berembun.

Widuri dapat memahami keresahan Kailash. Dia melayangkan usapan lembut di kedua lengan kekar suaminya.

"Tak apa. Seperti ini saja aku bahagia, bahagia sekali. Mari bertemu terus di alam mimpi sayang."

Inilah kekhawatiran Kailash. Widuri akan bersedih dengan pernikahan semua yang mereka berdua jalani. Tapi cinta tak mau menyerah begitu saja. Cinta Kailash nyata, dan selalu menjaga Widuri dari sisi yang tak terduga.

Saat itu Widuri haus, tetapi Kailash selalu berpesan jika ia tidak boleh makan ataupun minum ketika berada di alam mimpinya. Untuk mengelabui rasa hausnya Widuri memilih berbaring disamping suaminya.

"Aku sangat mencintaimu, Widuri." Ucap Kailash sungguh-sungguh.

"Assalamualaikum .."

Tiba-tiba suara ucapan salam terdengar. Widuri menggeliat dari tidurnya. Tubuhnya terasa diguncang oleh seseorang. Tapi dia bukanlah Kailash, melainkan Zaria.

"Ahh!"

 Widuri terkaget-kaget, sontak membangunkan diri dari pembaringannya. Menatap Zaria keheranan.

"Kenapa kamu bisa ada disini? mana suamiku?" tanya Widuri yamg belum sadar sepenuhnya.

Zaria terhenyak. Dia bertepuk tangan agar Widuri tersadar.

"Hei! Suami apa?" tanya Zaria lalu tawa kencangnya menyusul. Terbahak-bahak mendengar Widuri bertanya "mana suamiku?"

"Kamu mimpi menikah ya? ih, geli tau Widuri, mimpi punya suami hahah .." Zaria belum berhenti menertawakan sepupunya.

Widuri mengabaikan candaan Zaria. Dia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ternyata dia sudah bangun. Tentu kemesraan dengan Kailash juga berakhir di pagi itu.

"Kamu kenapa sih, Widuri? ngebet nikah ya?" Zaria masih betah menggodanya.

Widuri menghela nafas kasar. Memandangi Zaria yang sudah siap dengan seragam kerjanya.

"Aku tidak bisa masuk kerja hari ini," ucapnya.

Zaria menempelkan punggung tangannya di jidat Widuri. Suhu tubuh Widuri memang sedang hangat, reaksi dari keterkejutannya kesasar di alam lain.

"Baiklah, kalau begitu saya pergi kerja dulu, nanti mampir liat kamu lagi kalau pulang kerja, oke?!"

Zaria hendak berdiri dari tempat duduknya, matanya tertuju pada betis Widuri.

"Ih luka apa ini? ini luka robek ya?" tanya Zaria yang memeriksa betis Widuri.

"Ahhpp!"

Widuri bahkan ikut terkesiap ketika menyadari ada luka di betisnya.Luka yang sama persis di alam mimpinya ketika terjatuh di parit di alam Si Kakek.

"Ini luka kapan Widuri? kayaknya kemarin belum ada, kok cepet kering?" cecar Zaria.

Widuri memegang bekas lukanya. Dia teringat jika Kailash sempat melumuri betisnya dengan obat dedaunan. Namun, keheranan Widuri tetap saja belum terpecahkan. Luka itu kenapa bisa senyata ini?

"Widuri! Kok bengong sih?" Zaria tidak sabaran. Rasa penasarannya menggebu sampai lupa waktu.

"Hmm, ini sudah tadi malam aku obati, perjalanan pulang dati rumah Yayang."

Widuri terpaksa berbohong lagi. Ia pikir ini lebih baik daripada berkata jujur lalu dijuluki gila oleh Zaria.

"Beneran? ih kamu pakai obat apa? kok cepat sembuh nya?"

Widuri melirik minyak gosok merah di atas meja. Dia menunjuk minyak itu dengan menggunakan dagu.

"Oh masa sih? aku juga punya di rumah, ternyata minyak sumbawa ampuh juga ya," kata Zaria yang mudah percaya.

Setelah Zaria pamit pergi kerja. Widuri kembali berbaring. Dia menatap langit-langit rumah. Mengingat Kailash yang hanya bisa ia temui di alam mimpi. Ingatan itu berpacu pada emosional yang menciptakan kesedihan. Air mata Widuri menetes dengan sendirinya.

"Aku sangat mencintaimu, Suamiku. Aku tahu, kamu selalu menjagaku. Aku tahu sayang .." Ucapnya lirih.

Widuri memejamkan mata. Kali ini tidak untuk tidur, hanya saja ingin merasakan kehadiran Kailash walaupun hanya sebagai hembusan angin dingin.

"Suamiku, Kailash ku .." Ucap Widuri.

Angin dingin berhembus di samping kanannya. Dia merasakan hawa kamarnya terasa berbeda. Secara tak.kasat mata, semua terlihat biasa saja. Tak ada keanehan. Tetapi, Widuri merasakan hawa kamarnya berubah berbeda. Hawa panas berubah jadi sejuk setelah menyebut nama Kailash.