Varsha memiliki arti hujan menghiasi hidup seseorang dengan derai air mata.
Seorang wanita muslimah berdarah Indonesia harus dijodohkan dengan pria asing tidak dikenalnya. Pria kejam memakai kursi roda meluluh lantahkah perasaan seorang Varsha, seolah ia barang yang bisa dipermainkan seenaknya.
Rania Varsha Hafizha, harus hidup dengan Tuan Muda kejam bernama Park Jim-in, asal Negara Ginseng.
Kesabaran yang dimilikinya mengharuskan ia berurusan dengan pria dingin seperti Jim-in. Balas budi yang harus dilakukan untuk keluarga Park tersebut membuat Rania terkurung dalam sangkar emas bernama kemewahan. Ditambah dengan kehadiran orang ketiga membuat rumah tangga mereka semakin berantakan.
“Aku tidak mencintaimu, hanya Yuuna... wanita yang kucintai.”
“Aku tidak bisa mengubah mu menjadi baik, tetapi, aku akan ada di sampingmu sampai Tuan jatuh cinta padaku. Aku siap terluka jika untuk membuatmu berubah lebih baik.”
Bisakah Rania keluar dari masalah pelik tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 9
...🌦️...
...🌦️...
...🌦️...
"Varsha, setelah kamu besar nanti dan menikah dengan pria baik-baik ingat pesan Ayah, yah. Kamu harus hormat, sayangi dan cintai dia sepenuhnya. Apa pun kondisi suamimu nanti."
"Meskipun pria itu tidak sebaik Ayah?"
"Tentu, akan ada pria baik melebihi Ayah. Kamu harus percaya dengan ketentuan Allah. Karena itu yang terbaik dan lagi ... jika kamu sudah menikah surga ada pada suamimu."
"Em, Varsha mengerti. Akan hormat, sayang dan cinta pada suami Varsha nanti. Karena Varsha sayang sekali sama Ayah. Varsha janji."
"Anak pintar. Sholehah Nya Ayah."
"Varsha sayang Ayah."
Keringat bermunculan di dahi lebarnya, napas memburu hebat terasa sesak dalam dada. Dengan cepat kedua mata bulan itu kembali terbuka.
Mimpi yang baru saja terjadi membuatnya terjaga. Ia pun bangkit lalu menegak air mineral yang tersaji di meja. Ia berusaha mengatur napas dengan terus beristighfar.
Bola mata bulannya bergulir melihat seseorang yang tengah bergelung nyaman di balik selimut tebal. Sosok itu adalah suaminya yang hampir setengah tahun hidup bersamanya. Pria asing yang tidak pernah ia ketahui, seorang pangeran yang tidak diinginkannya.
Rania terus menatap Jim-in dalam diam. Sofa panjang yang terletak di sudut ruangan menjadi tempat istirahatnya selama ini. Ia tidak pernah tahu jika kehidupannya akan seperti sekarang.
Menikah muda dan meninggalkan pendidikan yang tengah diembannya dalam keadaan ketidakpastian. Namun, ternyata pernikahan itu hanyalah tameng untuk mereka.
Hidup harus tetap berjalan bagaimanapun kondisinya. Rania yang terlahir dari keluarga sederhana mengharuskan mengikuti takdir. Mau tidak mau hidupnya sudah terikat dengan keluarga Park ini.
Lagi-lagi, tanpa disuruh air mata tumpah ruah di kedua pipi gembilnya lalu membasahi hijab instannya. Sakit memang jika harus mengingat seperti apa perih perjalanan kehidupannya hingga saat ini.
Jam menunjukan pukul tiga dini hari. Ia pun memutuskan untuk salat tahajud mengadukan semuanya pada Sang Khalik.
Di dalam keheningan bisikan doa dipanjatkan dengan kristal bening terus menerus merembes keluar. Beban berat yang dipikulnya kali ini mengharuskan Rania untuk lebih sabar lagi.
"Ya Allah hamba percaya dengan ketentuan-Mu. Hamba percaya ini jalan dari-Mu yang terbaik. Ya Allah berikanlah kesabaran yang lebih kepada hamba untuk menjalani pernikahan ini. Hamba mohon sadarkan lah suami hamba dan jadikan dia sebaik-baiknya sosok suami serta imam terbaik. Hamba ingin meraih surga itu darinya," bisik Rania.
Hanya doa sumber kekuatan yang ia miliki. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah dan memasrahkan semuanya pada Sang Pemilik Kehidupan. Ia percaya Allah menghadirkan Jim-in untuk menjadi jembatan keimanan. Surga yang ia rindukan ternyata tidak seindah bayangan.
"Ayah, apa aku bisa menempati janji? Tidak, tidak, aku yakin bisa meraih surga itu," gumamnya kemudian.
...🌦️🌦️🌦️...
Pagi menjelang, hangatnya musim panas mulai terasa. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Rania tengah menyiapkan sarapan untuk sang suami.
Rutinitas yang sudah membuatnya terbiasa tidak mungkin diabaikan. Bahkan sampai hari ini ia masih sah menjadi istri dari seorang Park Jim-in.
Pandangannya tentang pernikahan berubah total. Ditambah dengan mimpi semalam membuatnya yakin untuk hormat dan berusaha mencintai suaminya. Tanpa ia sadari perasaan itu memang sudah menempati hati terdalam. Ia bahkan menangis saat mendengar pengakuan Jim-in kepada wanita bernama Yuuna. Itulah cinta, rasa cemburu yang melingkupinya.
Beberapa saat kemudian sarapan sudah selesai dibuat. Ia pun membawanya ke meja makan dan di sana sang suami sudah menunggu seperti biasa.
Senyum terbingkai di wajah ayu Rania mengiringi perjalanannya untuk menghidangkan makanan dalam nampan.
"Tuan ini sarapannya, jangan lupa baca bismillah dulu," ucapnya seraya menyodorkan sarapan tersebut.
Jim-in tercengang, ini pertama kali Rania berkata seperti tadi. Biasanya ia akan menyimpannya begitu saja dan acuh tak acuh.
Bola matanya bergulir melihat wajah damai sang istri. Merasakan tatapan itu Rania pun membalasnya lalu memberikan senyum terbaik.
Kembali Jim-in terkejut dengan sikap Rania hari ini.
"Silakan," lanjutnya lalu berdiri di samping meja makan dengan kedua sudut bibir masih melengkung membentuk bulan sabit sempurna.
Tidak memikirkan hal lain Jim-in pun mulai menikmati sarapan.
Selesai makan Jim-in dibawa ke ruang keluarga untuk dibersihkan kedua kakinya. Ada beberapa pelayan yang biasa mengemban tugas itu di sana. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Rania pun datang mengejutkan mereka.
"Bolehkah saya yang membersihkan kaki Tuan? Bukankah saya istrinya?" Pinta Rania kembali mengejutkan. Ketiga pelayan itu menoleh ke arah Jim-in tidak tahu harus menjawab apa.
"Baiklah, biarkan dia yang melakukannya. Kalian bisa kerjakan yang lain," balas Jim-in membuat para pelayan tadi meninggalkan mereka berdua. Rania tersenyum lalu mulai melakukan tugasnya.
Begitu telaten wanita ini membersihkan kedua kaki suaminya yang tidak bisa bergerak. Dalam duduk Jim-in terus memperhatikan Rania. Ia masih belum mengerti kenapa istrinya melakukan tugas yang tidak disuruhnya.
"Wae? Kenapa kamu melakukan ini?" tanyanya kemudian.
Rania mendongak mendapati wajah serius sang suami. "Karena aku istrimu. Aku ingin meraih surga dengan melayani mu."
Tulus dan jelas perkataannya sampai kepada hati terdalam seorang Jim-in.
Detik demi detik jam terus berputar mengikuti poros. Jim-in terdiam beberapa saat merasakan perubahan yang terjadi pada Rania. Ia tidak mengerti kenapa wanita itu bisa bersikap tidak seperti biasanya.
"Kamu tahu wanita yang mendekatiku semalam? Dia bernama Kim Yuuna mantan kekasihku dulu. Asal kamu tahu aku masih sangat mencintainya," ungkap Jim-in lantang tanpa ada keraguan sedikit pun.
Air perasan dalam baskom itu menyadarkan Rania. Senyum kembali bertengger di bibir ranumnya. Dengan perlahan, berhati-hati agar tidak menyakiti kaki sang suami, ia membersihkan sela-sela jari pasangan halalnya. Hanya ada keheningan di antara mereka. Jim-in tidak tahu ekspresi apa yang ada di wajahnya. Rania menunduk dalam menyembunyikan kepedihan.
"Aku sudah tahu," jawabnya kemudian membuat Jim-in terkejut. "Semalam aku tidak sengaja mendengar perkataan kalian. Aku tidak mempermasalahkan jika sekarang Tuan masih mencintai wanita itu. Yang jelas kamu adalah suamiku. Jadi aku harus bersikap layaknya seorang istri yang terbaik untukmu. Aku tidak akan menjanjikan apa pun, tapi ... aku akan membuat kamu mencintaiku."
Perkataan itu meluncur bersamaan dengan kepala berhijabnya mendongak membalas lekat tatapan Jim-in.
Lagi-lagi pria itu terkejut. Untung saja ia tengah duduk di kursi roda. Jika tidak mungkin ia sudah terlonjak ke belakang. Senyum tulus tanpa kepalsuan kembali terlihat. Jim-in tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh sulit mengalihkan pandangannya dari sorot mata hangat Rania.
Gemuruh dalam dada bergejolak. Ia tidak tahu apa itu dan berusaha untuk menampiknya. Ternyata pernikahan mengharuskannya berurusan dengan wanita lain. Sudah jelas dikatakan tadi jika Jim-in sangat mencintai wanita bernama Yuuna, bukan Rania yang kini menjadi istrinya.
Wanita itu hanya ia jadikan sebagai pelayan pribadi. Entahlah apa yang sudah ia pikirkan sekarang. Semuanya tidak sinkron. Ia harus terjebak dalam permainan yang dimulainya.
Hujan harus turun dan membasahi hatinya yang gersang. Berharap bunga indah bisa tumbuh subur di sana dan mengenyahkan kegelapan.
...🌦️KEBAIKAN🌦️...
GAK ETIS LANJUTIN NOVEL YANG SEHARUSNYA UDAH TAMAT, TAMAT YAH TAMAT JANGAN DI LANJUTIN. JADI KELUAR DARI ALUR.
makasih buat karyanya thor ,bunga sekebon buat thor 💜😍
rania itu jgn2 thor ya ,gpp thor semangat 😘