Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.
selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Aizha terbangun di rumah sakit dengan tangan kanan terinfus, bibirnya pucat dan kering, tenggorokannya sama keringnya dan menyakitkan. Tak ada seorang pun di ruangan itu, hanya dirinya sendiri. Aizha sangat sulit menggerakan tangannya untuk meraih segelas air di samping nakas, suaranya juga tak mau keluar.
Di tengah-tengah usahanya untuk meraih air, ia mendengar suara seseorang dari arah pintu, seorang pria yang terdengar begitu familiar terus menerus memanggil namanya dengan lembut memberi perasaan aman.
“Caiden! Caiden!” Aizha ingin memanggil namun suaranya tetap tak mau keluar, dia ingin berlari kearah pintu untuk melihat pria itu, untuk mengetahui Caiden ada disana dan telah menyelamatkan dirinya, mengeluarkannya dari neraka itu. tubuh Aizha terjatuh ke lantai dengan suara bruk yang lumayan keras lalu dia mencoba menyeret tubuhnya yang berat ke arah pintu. Namun bahkan sebelum ia dapat mencapai pintu seseorang telah masuk kedalam, seorang dokter pria dengan jas putih kebanggaannya.
“kamu sedang apa? Kamu gak boleh begini, tubuhmu belum membaik” kata pria itu sambil mengangkat tubuh Aizha dan menidurkannya kembali di atas ranjang rumah sakit. Jelas itu bukan Caiden dan suaranya juga jauh berbeda, Aizha terus mencoba melihat kearah luar dari pintu yang masih terbuka namun tak ada siapa-siapa disana, tak ada sosok Caiden dan bahkan Nuka.
Aizha diam pasrah saat menyadari dia hanya berhalusinasi, itu hanya datang dari otak sialannya. Dokter itu memberikan air mineral kepada Aizha untuk diminum lalu menyuruhnya kembali beristirahat sambil mengoceh betapa ceroboh dan buruk apa yang telah dilakukan gadis itu, jika saja dia tidak cepat ditemukan, dirinya pasti saat ini sudah berada di alam lain, dan tentu saja itu yang Aizha harapkan namun selalu dibatalkan.
Beberapa saat setelah dokter itu pergi dan Aizha sudah merasa hampir terlelap tidur karena efek dari obat yang diminumnya, seseorang datang memasuki kamarnya. High heels yang terus bergema selama dia jalan mendekat membuat Aizha muak. Sekarang Aizha sudah mati rasa, ia tak peduli siapapun wanita gila yang telah menculik dan menyiksanya, dia sudah terlalu lelah untuk merasa sakit setiap kali melihat wanita berbisa itu.
“mau sampai kapan? Tidakkah kamu lelah terus menerus mencoba bunuh diri?! Hentikan itu, aku muak, kamu hanya bisa mati saat aku tak membutuhkanmu lagi” kata wanita itu duduk di samping ranjang tempat Aizha terbaring, gadis itu tak mampu dan tak ingin mengatakan apapun, dia hanya diam dengan mata yang masih tertutup.
“ini peringatan terakhirmu, jika kamu begitu ingin mati akan kuberikan mati itu padamu dengan cara yang lebih kejam dari yang bisa kamu bayangkan” setelah itu wanita gila itu pergi keluar dari ruangan itu dan menghilang dibalik pintu.
... ☠️☠️☠️...
Jujur saja ini sudah hampir 3 bulan dan mereka belum membuat kemajuan apapun, tak ada apapun lagi petunjuk yang bisa mereka dapatkan dan Caiden tak bisa terus begini, ia tak bisa terus bersembunyi dan menunggu sambil menjelajah semua dark web untuk mengecek keberadaan gadis itu atau menunggu kabar dari rekan-rekannya, ia tak bisa, ia menjadi gila dan frustasi. Selama hidup Caiden tak pernah merasa seperti ini, dia tak pernah menyangka mencengah seseorang mati menjadi tanggung jawabnya, dan ia merasa tanggung jawab itu harus dipenuhi, karena ini Aizha, ini menyangkut Aizha.
Katakan saja ini karma atas semua yang telah Caiden lakukan, karma untuk setiap nyawa yang ia hilangkan dan mengambil keuntungan dari itu, namun jikapun ini karma, Caiden tak akan membiarkan karma itu mengambil Aizha. Lucu sebenarnya, siapa yang bisa tawar menawar dengan karma, si pembalas, namun apapun itu tak masalah, Caiden hanya harus berusaha dengan keras untuk mencegah hal itu, setidaknya kali ini saja.
Di titik keputusasaannya, ia datang dengan Nuka ke lingkungan rumah sewa lama gadis itu, bukan untuk meninggalkan gadis kecil itu sendirian di rumah itu, tapi ingin menitipkannya pada keluarga Anne, teman dekatnya yang bertetanggaan dengan rumah sewa mereka dulu. Sangat sulit untuk memutuskan hal ini, Caiden perlu memikirkannya selama berjam-jam, ada banyak keraguan namun ia tak dapat menemukan jalan keluar lain, ia tak bisa mengambil resiko membahayakan gadis kecil itu dalam masalah besar seperti ini. Caiden juga membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk menjelaskan hal ini kepada Nuka, menjelaskan dengan cara yang dapat dicerna anak-anak dan itu menjadi hal paling sulit yang pernah dihadapi Caiden, komunikasi yang terjadi antara mereka tak bisa menjadi begitu efektif, ada banyak hal yang sulit Caiden jelaskan atau pertanyaan yang tak dapat dijawab dirinya. setelah semua drama tangisan si kecil, akhirnya mereka berdiri di depan pintu rumah keluarga itu.
Caiden pikir ini pasti akan mudah karena dulu kata Nuka dia juga sering dititipkan kepada mereka saat Aizha terlalu sibuk atau harus lembur. Pria besar itu mengetuk pintu rumah itu beberapa kali dengan tangan yang bebas tak mengenggam tangan kecil Nuka, setelah beberapa saat pintu rumah itu terbuka menunjukan seorang pria yang sepertinya sudah setengah baya berdiri di depan mereka dengan raut wajah binggung, setelah melihat Nuka yang sudah cukup familiar baginya, dia pun mempersilahkan mereka untuk masuk. Istrinya datang dari dapur dengan beberapa gelas teh dan kukis yang ia buat sendiri. Sang suami sepertinya orang yang cukup peka, melihat bagaimana raut wajah Caiden ia yakin ini hal serius, maka ia menyuruh Nuka untuk pergi keatas, ke kamar Anne dan bermain dengannya.
Setelah Nuka menghilang dari hadapan mereka, barulah Caiden menjelaskan situasinya. Tak 100% benar apa yang ia ceritakan, beberapa bagian ia modifikasi dan menambah beberapa kebohongan lainnya. Ia hanya menjelaskan bahwa Aizha sudah pergi terlalu lama, dia pergi untuk mengunjungi temannya di kota lain dan belum kembali dan Caiden berencana untuk pergi mencarinya, ia tak bisa membawa Nuka bersamanya karena pasti akan sangat melelahkan dan mungkin juga sangat berbahaya, mereka tak pernah tau apa saja yang ada diluar sana. Sepasang suami istri itu sedikit shock mendengar apa yang Caiden ceritakan, menurut mereka Aizha tak mungkin melakukan hal itu dan mereka juga menjadi panik, takut hal-hal buruk terjadi padanya.
Setelah beberapa jam berbicara, mau tak mau sepasang suami istri itu akhirnya percaya dan sedikitnya paham situasi yang Caiden jelaskan. Mereka setuju untuk merawat dan menjaga Nuka sampai kakaknya kembali pulang atau telah ditemukan. Lagian dulu Aizha juga sering menitipkan Nuka pada keluarga mereka dan mereka senang anak mereka memiliki teman dan dapat bergaul dengan baik bersama gadis kecil itu. anak semata wayang mereka terkadang merasa kesepian karena tak punya saudara kandung yang dapat menemaninya bermain dan kedua orangtuanya juga sering bekerja, jadi dengan kehadiran Nuka di rumah mereka memberi semua orang kesenangan tersendiri.
Setelah kembali sendirian dari rumah keluarga teman gadis kecil itu, Caiden langsung menuju ke ruang kerjanya, menatap papan rencana yang ia susun sendiri untuk melihat perkembangan pencarian Aizha. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda apapun tentang Aizha yang masih hidup atau tidak, namun Caiden yakin kalau siapapun si anonim itu telah membunuh gadis itu, ia pasti akan memberi tanda pada Caiden dengan berbagai cara, menunjukan bahwa pekerjaan yang pria itu tak bisa selesaikan kini telah selesai dan dia tak becus. Caiden kenal orang-orang seperti itu, mereka suka menunjukan kekuasaan dan memamerkan apa yang bisa mereka lakukan namun orang lain tak bisa, merasa diri begitu dominan. Dan sejauh ini tentu saja Caiden belum mendapatkan tanda-tanda apapun yang membuatnya yakin Aizha masih hidup, dikurung, disiksa, disuatu tempat yang tak dapat ia temukan.
Caiden merasa sepertinya dia harus melebarkan pencariannya ke luar negeri, siapa tau si anonim menyeludupkannya ke negara lain untuk bisnis prostitusi, namun walaupun Caiden memikirkan kemungkinan itu dia berdoa semoga itu tak terjadi. ada terlalu banyak negara yang berkemungkinan seperti taiwan, shanghai, thailand, kamboja, dan negara lainnya yang bahkan entahlah. Caiden menghembuskan napas berat sambil menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya dengan kasar, dia bahkan tak ingat apa hari ini dia sudah makan atau belum, atau bagian tubuh mana yang begitu menyakitkan yang membuatnya tak nyaman, mungkin karena beberapa hari ini dia tak bisa tidur dengan benar.
Caiden tidak tau apa permasalahannya atau apa yang telah Aizha lakukan sehingga dia menjadi incaran psikopat aneh yang sok misterius dan dia yakin ini bukan hanya perkara sepele seperti Aizha telah berselingkuh dengan pasangan si psikopat (kalau psikopat ini seorang perempuan atau mungkin pria gay?!) ah baiklah Caiden sudah mulai mabuk, dia terlalu banyak minum alkohol sampai pikirannya pergi berkelana dengan liar ke hal-hal aneh.
terimakasih, sukses sll di dunia maya dan dunia nyata nya ya 🤗😍
apakah pekerjaan ayah nya Aizha 🤔
setuju Den,, semoga tinggal manis nya, pahitnya sdh selesai
.tetap manis seperti ini
betul2 akhir yg maniis
turut berbahagia untukmu Aizha semoga yg tersisa tinggal bahagia sj ya Zha