"Jadi, ini yang membuat sikapmu berubah padaku selama ini?" Ucap Wita lirih. Menahan rasa sakit di hatinya.
"Dengarkan aku dulu! Semua tak seperti yang kamu kira. Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku mencintai kamu." Randy mencoba meyakinkan. Wajahnya terlihat gusar, dia terlihat menyesali perbuatannya.
Tepat di delapan tahun pernikahannya, Wita mengetahui perselingkuhan suaminya dengan mantan kekasih suaminya dulu. Aplikasi rahasia di ponsel suaminya, yang akhirnya membuat Wita tahu. Kalau suaminya bertahun-tahun telah mengkhianati cintanya. Padahal, selama ini dia banyak berkorban untuk Randy. Dia harus menjadi tulang punggung, menggantikan posisi Randy saat tak bekerja. Lukanya begitu dalam.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka, setelah Wita mengetahui perselingkuhan suaminya? Akankah Wita memaafkan Randy? Ataukah dia justru memiliki bercerai dari laki-laki pengkhianat itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Tak Pernah Berubah
"Aku harus kuat, demi Kemal dan juga Rara!"
Wita menatap wajahnya di cermin meja riasnya. Sudah cukup dia menangis, dan kini saatnya dia harus bangkit. Dia sengaja sedikit merias wajahnya, agar terlihat lebih segar. Berharap dapat menutupi mata sembabnya, karena terlalu banyak menangis. Setelah dua hari dia meminta izin tak bekerja. Hari ini dia akan mulai beraktivitas kembali. Hidup harus terus berjalan, dan dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Bi, ibu berangkat dulu ya! Titip Anak-anak ya! Jika sampai bapak nekat datang ke sini, dan berniat membawa Anak-anak. Kamu kabarin ibu secepatnya! Ibu akan hubungi security yang bertugas," pesan Wita kepada sang ART.
Sebenarnya, dia merasa berat meninggalkan kedua anaknya. Sebelum putusan pengadilan menyatakan, kalau dia yang berhak atas hak asuh anaknya.
Hari ini Randy berniat mendatangi rumah Wita, menemui kedua anaknya. Dia ingin meminta bantuan kepada kedua anaknya, agar sang bunda membatalkan rencana perceraian dengan ayahnya. Dia yakin, jika anaknya yang berbicara. Wita pasti akan mengurungkan niatnya. Sebisa mungkin dia berjuang, agar Wita membatalkan gugatan cerai kepadanya.
Ponselnya berdering. Segera dia ambil, dan ternyata Sella yang menghubunginya. Dengan cepat dia langsung menerima panggilan dari Sella.
"Kamu di mana?" tanya Sella.
"Di rumah. Kenapa?" Ujar Randy, terdengar lesu.
"Aku pengen ketemu sama kamu. Ini aku masih di Jakarta. Besok baru balik ke Bandung. Kita check-in dulu ya! Besok, selesai checkout. Aku langsung pulang ke Bandung," sahut Sella dan Randy akhirnya mengiyakan. Mungkin saja bisa menghilangkan sejenak rasa stresnya. Padahal tadinya dia berniat bertemu anaknya. Namun, godaan datang, dan dia tak bisa melawannya.
Dia pun langsung mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Dia benar-benar kere. Bahkan, untuk check-in dan gojek saja. Sella yang membayarnya. Karena dia tak memiliki uang. Dia menganggap, keberuntungan masih berpihak padanya. Dia pun jadi berpikir, untuk tidak menikah dengan Sella. Daripada dirinya dituntut untuk memberi nafkah. Jika seperti ini, Sella justru yang akan membiayainya. Kini Randy sudah dalam perjalanan menuju hotel tempat dia dan Sella akan bertemu.
Sella sudah menunggunya di hotel. Saat Randy datang, mereka langsung ke kamar mereka. Dengan cueknya Randy langsung melepaskan pakaiannya, dan hanya menyisakan celana boxernya. Kemudian berbaring di ranjang. Dia tahu apa yang harus dia lakukan, yaitu memuaskan Sella dan mencari kepuasan dari Sella.
"Sini dong, Yang!" rayu Randy.
Sella pun sudah tak ada malunya. Dia langsung melepas pakaiannya, menyisakan kain penutup kedua asetnya. Kemudian langsung berbaring di sebelah Randy.
"Kamu cari kerja dong, Yang! Biar kita bisa menikah. Kalau kamu udah mapan, aku baru mau nikah sama kamu," ucap Sella. Randy yang sudah merasa bergai*rah, hanya mengiyakan ucapan Sella. Yang terpenting sekarang, dirinya mendapatkan kepuasan. Setan merasuki jiwanya. Sehingga dia menghalalkan perbuatan zinanya.
Hingga pergulatan panas terjadi. Keduanya sama-sama mencari kepuasan. Jika Adrian tahu kelakuan istrinya di belakangnya seperti itu. Pastinya dia tak akan memaafkannya. Sudah dua tahun lamanya Sella dan Adrian menikah. Namun, sampai saat ini mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Diam-diam Sella minum pil KB di belakang Adrian. Agar dia bisa bebas bercinta dengan Randy.
Sejenak Randy melupakan permasalahannya. Keringat bercucuran membasahi tubuh dan wajah keduanya. Desahan mengiringi percintaan mereka. Keduanya berada di lautan gairah. Sampai akhirnya mereka mengerang bersama, mendapatkan pelepasan.
Randy langsung mencabut miliknya, dan berbaring di sebelah Sella. Dia mencoba mengatur napasnya yang masih terengah-engah.
"Udah ya kamu cerai aja sama Wita! Kan ada aku. Biar kita bebas, kalau bertemu. Aku gak rela, kamu dimiliki dia. Kamu hanya milik aku. Hanya saja aku gak bisa ninggalin Adrian. Selama ini aku menggantungkan hidupku sama dia. Dulu, sebelum aku nikah sama dia. Kamu 'kan tahu, aku pernah bekerja di klinik. Gajinya kecil," ucap Sella. Randy akhirnya setuju. Paling tidak, dia memiliki tempat pelampiasan. Jika nanti dia bercerai dari Wita. Dia juga bisa meminta uang kepada Sella, untuk biaya hidupnya.
***
Randy dan Sella sudah bersiap-siap untuk pulang. Mereka akan berpisah. Sella akan pulang ke Bandung menggunakan travel. Sedangkan Randy akan pulang berganti pakaian. Setelah itu dia langsung ke rumah Wita. Dia menunggu jadwal anaknya pulang sekolah.
Mereka berpisah. Randy langsung naik ojek online pulang ke rumah ibunya. Dia benar-benar tak memiliki apapun. Semuanya milik Wita.
"Dari mana kamu?" tegur sang ibu.
"Habis nginep di rumah teman. Habisnya pusing. Cari ketenangan dulu. Ini aku mau ganti baju. Terus, mau jalan lagi ke rumah Wita. Aku ingin ketemu Rara sama Kemal. Aku yakin, kalau mereka yang bicara sama Wita. Wita akan membatalkan gugatan cerainya," sahut Randy.
"Bukannya, Rara dan Kemal sudah mendukung Wita bercerai dari kamu?" Ujar sang ibu.
"Ah, aku tahu. Itu hanya akal-akalan Wita saja. Aku yakin, Kemal dan Rara pasti ingin kedua orang tuanya tetap bersatu. Ya udah ya, Bu. Aku siap-siap dulu."
Setelah menempuh waktu kurang lebih 45 menit. Akhirnya, Randy sampai di rumah Wita. Saat itu Kemal dan Rara sudah pulang sekolah. Dengan percaya diri Randy menekan bel rumah. Tak lama kemudian sang ART keluar, untuk melihatnya.
"Kamu jangan halangi saya untuk bertemu dengan kedua anak saya. Panggilkan mereka! Saya ingin bertemu dengan mereka," ucap Randy ketus.
Melihat ayahnya datang. Rara langsung keluar menemui. Tatapannya terlihat sinis, sejak ayahnya datang. Namun, Randy berusaha untuk tetap tenang.
"Untuk apa ayah datang ke sini? Bukannya bunda sudah menggugat cerai ayah?" Ucap Rara sinis. Sontak hal itu membuat Randy terkejut.