Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Bab 23~Pertandingan (Bagian dua)
Xu Yan geram melihat Fangxuan yang seolah-olah mempermainkannya dengan tidak membalas serangan. Ia pun kembali menggerakkan tangan dengan gerakan memutar di depan dada lalu ke samping, kemudian mengayunkannya ke depan.
"Matilah kau, Fangxuan!"
Ketika Xu Yan sudah bergerak kembali dengan jurus tembakan api miliknya, Fangxuan diam-diam mengeluarkan pagoda Long Taishan untuk menyerap kekuatan besar tersebut ke dalamnya. Ia menaruh pagoda Long Taishan di dada tanpa diketahui siapapun.
Jarak pukulan Xu Yan hampir mendekati tubuh lawannya, namun ketika tangannya menyentuh perut Fangxuan, tiba-tiba api tersebut mati seperti sebuah lilin yang ditiup apinya.
Pssssssshhhhhhh
"Apa?!" Netra Xu Yan membulat sempurna, menatap tak percaya akan apa yang terjadi saat ini. "Bagaimana bisa?!"
Fangxuan menyeringai melihat reaksi keterkejutan Xu Yan. Tanpa berlama-lama, ia pun mengayunkan tangan dan memukul perut lawannya tersebut hingga merusak garis meridian nya.
"Aaaarrrrggghhh!" Tubuhnya ambruk di tanah sembari mengerang kesakitan. "Brengsek kau, Fangxuan!"
Fangxuan tidak menghiraukan gerutuan lawannya. Ia berdiri sembari menyeringai dan mengangkat tangannya.
"Pemenangnya adalah Fangxuan."
"Horeeeeeee!" Riuh gemuruh para penonton saling bersahutan.
"Kita lanjutkan ke pertandingan ketiga antara Nona-Nona cantik, yaitu Chan Ling dan Xia Lan. Silahkan untuk maju ke arena!"
Semua orang kembali bertepuk tangan, bahkan ada yang bersiul dan menggoda kedua gadis tersebut. Bukan dari segi wajah dan penampilannya yang memesona, tapi juga lekuk tubuh keduanya yang terlihat menggoda iman. Sedangkan Fangxuan hanya menatap geli ke arah Xia Lan.
Dia tahu betul siapa Xia Lan sesungguhnya, walaupun semua orang yang ikut dalam kompetisi melupakan kejadian itu karena apel hijau yang diberikan Bai Lang, tapi Fangxuan tidak lupa jika sebetulnya Xia Lan adalah wanita jadi-jadian.
Pertandingan segera dimulai ketika terdengar bunyi gong. Kedua gadis itu bersiap dengan kuda-kuda lalu melesat saling memukul dan menendang satu sama lain agar bisa menjatuhkan lawan.
Pergerakan keduanya sangat lincah, berlari ke kiri dan kanan, melompat ke atas dan menunduk, melayang ke udara, lalu saling mengibaskan tangan. Gerakan keduanya terlihat gemulai, tidak seperti pertarungan para pria yang terus mengadu pukulan dan saling membenturkan tubuh.
Walaupun para gadis saling menyerang menggunakan pukulan, tapi hanya sesekali terlibat kontak fisik. Kebanyakan mereka saling mengadu senjata dan jurus-jurusnya.
Tap ... Tap ... Tap ...
Slash ...
Trang ... Trang ... Trang
SWOSH
Wuuuussshhh
Kaki Chan Ling melayang ke udara lalu dikibaskan dengan sangat keras ke arah dada Xia Lan hingga ia jatuh tersungkur ke tanah.
"Sialan, gadis bar-bar. Brengsek kau, Ling-Ling!" sembur Xia Lan mengerang kesal karena bisa dikalahkan oleh Chan Ling dengan mudah.
Chan Ling tertawa mengejek sambil melipat kedua tangan di dada. "Aku memang lebih kuat, makanya kau mudah ku kalahkan!" cibirnya kemudian.
"Argh, gadis sialan. Ke mari kau!" Xia Lan beranjak namun juri segera mengumumkan jika Chan Ling yang memenangkan babak ini. "Suatu saat nanti aku akan mengalahkanmu, Chan Ling." gumamnya dalam hati.
Tangan Xia Lan terkepal kuat menahan amarah yang membludak, bahkan sorot matanya penuh kebencian. Namun, ia tak bisa melakukan apapun lagi sebab dirinya sudah dinyatakan kalah dan Chan Ling keluar sebagai pemenangnya.
Kini, tiga orang yang memenangkan babak sebelumnya akan berhadapan dengan Qiu Wei. Qiu Wei sendiri adalah seorang pria berusia dua puluh lima tahun dengan kekuatan tahap bumi tingkat tiga dan monster martial rubah ekor sembilan.
Keenam peserta lain memiliki kekuatan dan usia di bawahnya, hingga Qiu Wei dijadikan senior dan bertarung di babak akhir.
Fangxuan, Chan Ling dan Xi Anzhing, kini ketiganya harus bertarung memperebutkan posisi untuk melawan Qiu Wei. Menurut tetua sekte tengkorak iblis, siapapun yang berhadapan dengan Qiu Wei dianggap beruntung karena pria itu adalah salah satu murid berbakat yang dimiliki sekte tengkorak iblis.
Pertandingan adu kekuatan kembali dimulai antara Chan Ling dan Xi Anzhing, serta Fangxuan dan Qiu Wei.
Seluruh penonton yang menyaksikan tentu saja semakin bersemangat melihat pertarungan tersebut. Mereka bahkan tak segan melakukan taruhan uang yang dipungut sebanyak lima puluh koin perak tiap pemasang.
Semakin banyak orang yang ikut serta, semakin banyak pula keuntungan yang akan diraup si pemenang.
"Aku pilih si pemuda bertopeng." ujar si pemegang taruhan.
"Ckk, kau ini tidak bisa melihat mana yang kuat dan mana yang lemah. Aku pilih Pendekar Qiu saja!"
"Ya, kami juga!"
Mereka setuju untuk memberikan dukungan pada Qiu Wei hanya dengan melihat identitasnya sebagai jenius berbakat yang dimiliki sekte tengkorak iblis. Sedangkan pendukung Fangxuan hanya si pemegang taruhan seorang diri.
Memang pada dasarnya Qiu Wei sangat kuat dan juga berpengalaman dalam bela diri. Ia juga memiliki kekuatan tubuh dan jiwa martial di atas Fangxuan, sehingga wajar baginya untuk menang. Namun, siapa yang akan menyangka jika pria tersebut akan kalah hari ini.
Terlebih, yang mengalahkannya hanyalah seorang pemuda asing dengan tingkat kultivasi yang lebih rendah darinya. Dari segi usia juga keduanya berbeda sepuluh tahun.
Pasti sangat memalukan.
"Ayo, mulai lagi pertarungannya. Kami sudah tidak sabar!" teriak para penonton.
"Iya, benar. Lanjutkan ... Lanjutkan ... Lanjutkan!"
Tak berlama-lama, Fangxuan dan Qiu Wei mulai bersiap untuk saling menyerang.
"Bocah, jika kau ingin menyerah, katakanlah dari sekarang! Aku akan berbaik hati untuk tidak menyerang atau bahkan membunuhmu." ejek Qiu Wei sembari menyeringai meremehkan.
Fangxuan tersenyum getir menanggapi. "Menyerah? Kau pikir aku seorang bocah lemah yang tak mempunyai mimpi apapun. Cih, kita lihat saja, siapa yang akan menyerah terlebih dahulu!"
Qiu Wei naik pitam mendengar perkataan kasar Fangxuan. "Bedebah, kurang ajar kau. Baiklah, karena kau todak mau dikasihani, sebaiknya kau mati saja hari ini. Hiyaaaaa!"
Pria itu melesat cepat ke arah Fangxuan sembari mengayunkan pedangnya, bersiap menebas kepala pemuda tersebut.
Swuuuuuussshhh
Namun beruntung, gerakan Qiu Wei dapat dibaca Fangxuan sehingga pemuda itu mengelak dengan melompat mundur ke belakang.
Blaaaarrr
Fangxuan melebarkan mata ketika melihat tanah terbelah menjadi dua dan membentuk garis lurus yang panjang sampai beberapa meter.
"Gila, kekuatannya sangat dahsyat. Beruntung aku cepat menghindar, jika tidak, tubuhku akan terbelah menjadi dua bagian." gumam Fangxuan waspada.
Pemuda itu tak menggunakan pedang atau senjata apapun, sebab dirinya memang tak memiliki senjata. Namun, para tetua tengkorak iblis berbaik hati memberikannya pedang sebagai pertahanan diri. Padahal, selama ini ia belum pernah menggunakan pedang atau senjata lainnya ketika berlatih.
Qiu Wei menyeringai lalu mengeluarkan jurus tebasan seratus meter ke arah Fangxuan.
"Akan ku akhiri pertarungan ini. Matilah kau, bocah bertopeng!"
Swoooosssshhhh
Angin yang keluar berhembus kencang saat jurus tebasan seratus meter itu melesat ke arah Fangxuan, sehingga pemuda itu menatap nanar ke arah depan.
Duuuuaaarrrr
Kraaaakkk
Praaang
...Bersambung ......
Lanjutkan 👍👍👍