NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Riana menatap layar ponselnya dengan gelisah. Sudah dua jam berlalu sejak percakapannya dengan Reyhan, dan mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Matanya terus melirik ke arah pintu masuk, berharap segera melihat sosok Reyhan.

Akhirnya, pria itu muncul. Rambut acak-acakannya dan lingkaran hitam di bawah matanya menunjukkan bahwa dia juga mengalami malam yang sulit.

"Maaf aku terlambat," ujar Reyhan seraya duduk di hadapan Riana. "Aku harus memastikan tidak ada yang mengikutiku."

Riana mengangguk paham. "Tidak apa-apa. Yang penting kau di sini sekarang."

Mereka terdiam sejenak, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Riana lah yang akhirnya memecah keheningan.

"Jadi... itu semua benar-benar terjadi?" tanyanya pelan.

Reyhan menghela napas berat. "Ya. Aku juga berharap itu hanya mimpi buruk, tapi..." Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya - sebuah pena dengan ukiran rumit. "Ini adalah pena yang kugunakan saat menulis skenario di 'dunia drama' itu. Entah bagaimana, benda ini ikut terbawa kembali."

Riana mengeluarkan botol parfum vanila dari tasnya. "Dan ini... Adrian meninggalkannya di apartemenku."

"Kita harus menghancurkan benda-benda itu," Reyhan berkata tegas. "Mereka mungkin adalah jembatan yang menghubungkan dunia kita dengan 'Ruang Antara' milik Adrian."

Namun sebelum Riana bisa menjawab, ponselnya berdering. Nomor tidak dikenal lagi.

Dengan ragu, dia mengangkatnya. "Halo?"

"Riana? Ini aku, Kayla." Suara di seberang terdengar panik. "Aku... aku tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba aku terbangun di rumahku, tapi semuanya terasa aneh. Orang-orang di sekitarku bertingkah seperti karakter drama!"

Riana dan Reyhan saling berpandangan. "Kayla, tenanglah. Di mana kau sekarang?"

"Aku di rumahku, di Jalan Mawar nomor 7. Tapi... oh Tuhan, kalian harus melihat ini. Langitnya... langitnya berubah warna!"

Tanpa pikir panjang, Riana dan Reyhan bergegas keluar dari kafe. Dan benar saja, langit yang tadinya biru cerah kini berubah menjadi ungu kemerahan, seperti efek CGI yang buruk.

"Adrian," geram Reyhan. "Dia pasti sudah mulai mengacaukan realitas."

Mereka segera menuju alamat yang diberikan Kayla. Sepanjang perjalanan, mereka menyaksikan berbagai keanehan. Pohon-pohon yang berubah warna menjadi biru, orang-orang yang berjalan mundur, bahkan ada yang melayang di udara.

Ketika tiba di rumah Kayla, mereka menemukan gadis itu meringkuk ketakutan di sudut ruangan.

"Syukurlah kalian datang," isaknya. "Aku pikir aku sudah gila."

Riana memeluk Kayla, berusaha menenangkannya. "Kau tidak gila, Kayla. Ini semua ulah Adrian."

Mereka kemudian menjelaskan situasinya pada Kayla, yang mendengarkan dengan mata terbelalak.

"Jadi... semua catatan Edward Vanderwall itu benar?" tanya Kayla tak percaya.

Reyhan mengangguk. "Dan Adrian telah menyempurnakannya. Dia bisa memanipulasi realitas sesuka hatinya."

"Tapi kenapa?" Kayla bertanya. "Apa tujuannya?"

"Kekuasaan," jawab Riana getir. "Dia ingin menjadi Tuhan."

Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka bergetar. Dari jendela, mereka melihat sebuah gedung pencakar langit muncul entah dari mana, menembus langit yang kini berwarna hijau terang.

"Kita harus menghentikannya," kata Reyhan tegas. "Tapi bagaimana?"

Kayla terdiam sejenak, lalu matanya berbinar. "Tunggu. Jika Adrian bisa memanipulasi realitas, bukankah itu berarti kita sekarang berada dalam 'dunia' ciptaannya?"

Riana mengangguk perlahan. "Ya, kurasa begitu. Lalu?"

"Dalam setiap cerita, selalu ada aturan mainnya," Kayla melanjutkan. "Bahkan dalam dunia fantasi sekalipun. Kita harus mencari tahu apa aturan main di dunia ini, dan menggunakannya melawan Adrian."

Reyhan tersenyum lebar. "Kayla, kau jenius!"

Mereka mulai mengumpulkan informasi, mencatat setiap keanehan yang terjadi dan mencoba menemukan polanya. Setelah beberapa jam, mereka mulai melihat gambaran besarnya.

"Lihat," Riana menunjuk catatannya. "Setiap perubahan besar selalu didahului oleh aroma vanila yang kuat."

"Dan," tambah Reyhan, "perubahan itu selalu terjadi dalam radius tertentu. Seperti ada... lingkaran sihir atau semacamnya."

Kayla mengangguk bersemangat. "Benar! Dan lihat ini, setiap kali Adrian muncul, dia selalu membawa pena perak itu."

"Pena perak..." gumam Riana. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Tunggu. Bukankah dalam mitologi, perak sering dianggap sebagai logam yang bisa melawan sihir?"

Mereka saling berpandangan, sebuah rencana mulai terbentuk dalam benak mereka.

"Jadi," Reyhan menyimpulkan, "kita harus mencari Adrian, masuk ke dalam lingkaran sihirnya, dan..."

"Menghancurkan penanya dengan perak," Kayla menyelesaikan kalimatnya.

Riana mengeluarkan botol parfum vanila pemberian Adrian. "Dan kita bisa menggunakan ini untuk melacaknya."

Dengan tekad baru, mereka mulai menyusun rencana. Kayla, dengan pengetahuannya tentang mitologi dan cerita fantasi, membantu mereka memahami 'aturan' dunia Adrian. Reyhan, dengan pengalamannya sebagai penulis skenario, memikirkan berbagai kemungkinan dan jalan keluar. Dan Riana, dengan intuisinya yang tajam, memimpin strategi mereka.

Saat malam tiba, mereka siap beraksi. Dengan botol parfum sebagai kompas, mereka menyusuri jalanan kota yang kini tampak seperti lukisan surealis. Bangunan-bangunan berubah bentuk, gravitasi seolah tidak berlaku, dan makhluk-makhluk aneh berkeliaran di sekitar mereka.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah menara kristal yang menjulang tinggi - pusat dari semua kegilaan ini. Di puncaknya, mereka melihat sosok Adrian, tertawa puas melihat dunia yang dia ciptakan.

"Bagaimana kita bisa naik ke sana?" tanya Kayla putus asa.

Riana memejamkan mata, mengingat kata-kata Adrian di Ruang Antara. "Kita harus berpikir di luar logika. Ini dunia Adrian, tapi kita juga bagian dari dunia ini sekarang. Jika kita percaya kita bisa terbang, maka kita akan terbang."

Dengan ragu, mereka mulai membayangkan diri mereka melayang. Dan ajaibnya, itu berhasil. Perlahan tapi pasti, kaki mereka mulai terangkat dari tanah.

"Ini gila," Reyhan tertawa tak percaya.

"Tidak," Riana tersenyum. "Ini adalah realitas baru kita. Dan kita akan mengubahnya kembali."

Dengan tekad membara, mereka terbang menuju puncak menara, siap menghadapi Adrian dan menyelamatkan realitas mereka. Pertarungan sesungguhnya baru akan dimulai.

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!