Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Flashback 7 Tahun Yang Lalu Mengeja Rasa POV Liona Haura
...•...
...•...
...•...
...~Selamat Membaca~...
...°°...
2 tahun tak terasa telah terlewati....
Aku sudah memasuki semester ke 4 kurang 4 semester lagi aku segera lulus. Hari ini adalah hari akhir aku ujian akhir semester 4.
Jam 10 lebih 20 menit pagi tadi ulangan pendidikan IPS. Aku sangat ngrogi karena aku duduk di depan dan Lionel duduk dibelakangku berjarak 2 orang tapi masih 1 baris.
Kembali ke soal ulangan tadi. Aduh apa yang aku pelajari tadi malam dan beberapa hari yang lalu banyak yang tidak muncul.
Ketika aku berpikir untuk mendapatkan jawabannya aku tak sengaja menatap papan tulis berwarna putih yang tepat berada di depanku.
Seperti di depan cermin, di papan tulis dapat memantulkan apa yang ada di depannya walaupun tidak sejernih berkaca di cermin.
Ketika aku berpikir sambil memainkan pulpen yang ku gerakkan dengan kedua jari tengah dan jari telunjukku dan menatap bayangan yang terpantul di papan tulis itu.
Aku menangkap pantulan sesosok bayangan bukan hantu ataupun sejenisnya melainkan aku lihat sesosok bayangan seorang laki-laki yang sedang kipas-kipas menggunakan kertas ujian. Waktu itu cuaca sedang panas-panasnya meskipun di waktu itu masih tergolong pagi apalagi AC di tempat ujian ini sedang masa perbaikan jadi tidak bisa digunakan.
Seolah tersihir seperti lebih menarik apa yang dipantulkan papan tulis itu dibandingkan apa yang apa yang seharusnya apa yang kupikirkan tadi. Aku menikmati pantulan bayangan itu.
Mungkin dia merasakannya ketika aku menatapnya secara tiba-tiba dia menghadap ke depan mengamati papan tulis itu. Secara tidak langsung kami saling berpandangan. Segera aku menunduk dan menfokuskan soal ujian tadi.
Beberapa menit kemudian teman-teman mulai mengumpulkan lembar jawabannya kepada dosen pengampu yang berada di depan samping papan tulis itu.
Saat aku masih menulis jawabanku. Aku merasa dia maju untuk mengumpulkan lembar jawabannya. Aku tahu dia sempat berdiri tepat di depanku dan dia memandangiku.
Aku merasa dan aku tambah yakin setelah Farika teman sekelasku bercerita padaku bahwa Lionel sempat berdiri tepat di depanku dan memandangiku cukup lama.
Aku tak berani menatapnya. Tak berani membalas tatapannya. Aku hanya menunduk pura-pura berpikir. Setelah dia keluar dari lokal aku baru melihatnya, melihat punggungnya.
Aku tak berani menafsirkan apa yang dilakukan itu adalah perasaan suka seperti yang diduga oleh Farika temanku. Katanya apa yang dilakukan oleh Lionel kepadaku seperti ciri-ciri orang yang menyukai seseorang sesuai apa yang telah dia baca di buku bacaannya.
Jika memang benar apa yang diduga oleh Farika. Apakah dia benar-benar suka padaku atau tidak. Aku tidak tahu. Ataukah Kami memiliki perasaan yang sama, sama-sama saling menyukai. Ataukah kami tak perlu saling mengungkapkan. Atau kami hanya perlu saling berpandangan untuk mengeja rasa ini.
Mengenai rasa sukaku padaku kepadanya. Aku telah lama menyukai Lionel. Dia adalah salah satu teman sekelas perkuliahanku. Aku tak tahu awalnya kapan tepatnya tapi rasa sukaku sudah berjalan 3 akhir semester ini.
Apa aku dan dia memiliki awal nama yang hampir sama. Liona namaku Lionel namanya. Aku tahu dia sangat perfect dari segi intelektual, fisik dan karakternya berbanding terbalik denganku.
Aku tidak kuasa dan takut untuk menatapnya lama-lama. Saat kami tak sengaja bertata-tatapan aku segera memalingkan muka. Hatiku berdebar sangat kencang ketika dia menatapku secara dalam.
Apalagi saat dia berada didekatku. Aku sangat kikuk tak tahu harus berbuat apa. Aku bagaikan patung di dekatnya. Aku juga tidak tahu apa dia suka padaku atau tidak. Aku selalu menampik bahwa aku suka padanya.
Aku selalu berusaha menghindar, tapi usahaku kian lama terus bersemi dan semakin besar. Aku jarang berbicara padanya atau mungkin tidak pernah.
Dengan melepaskan rinduku aku hanya menatapnya dengan diam. Aku belum berani mengutarakan perasaan sukaku padanya. Bahkan aku tidak pernah menceritakan atau curhat mengenai dia kepada sahabatku.
Namu jika jodoh bila mungkin. Suatu saat nanti aku akan mengutarakan isi hatiku kepadanya.
Ketika teman-teman sekelasku berpikir negatif tentangnya aku selalu berpikir positif. Sebenernya aku ingin dia mengajakku mengobrol seperti teman kelas yang lainnya.
Semoga suatu saat nanti segera terjadi.....
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.