NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Situasi Kembali Membaik

Sebelum berangkat, Marni menyuruh Rheina untuk pamit pada mertuanya. Takut-takut wanita beranak satu tersebut berjalan ke kamar yang sudah dua malam ini ditempati mama dan mertuanya. Ketika ia sudah sampai di depan pintu kamar, didengar suara isak tangis. Ternyata ibu mertuanya itu sedang menangis.

Rheina terpaku di depan kamar tersebut, ia semakin takut untuk meminta izin kepada mertuanya itu. Rheina menoleh ke arah mamanya yang berdiri tidak jauh dari situ. Melihat mamanya mengangguk, Rheina memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar tersebut perlahan.

Tok! Tok! Tok!

"Rheina boleh masuk, Mi?" tanya Rheina pelan. Jantungnya berdegup kencang, takut menerima amukan ibu mertuanya lagi.

"Masuk aja, Rheina. Pintunya nggak dikunci," jawab Desti dengan suara bergetar.

Masih dengan perasaan takut, Rheina masuk dan duduk di samping ibu mertuanya. Ia dapat melihat dengan jelas, mata wanita paruh baya, yang masih terlihat cantik di akhir usia lima puluhan itu merah karena habis menangis.

"Mami, Rheina pamit, ya. Maafkan Rheina kalau sudah buat Mami sedih," ucapnya merasa bersalah.

"Mami yang salah, Rheina. Mami sudah bikin kamu merasa tertekan. Maafin Mami, ya. Nanti Mami, bakalan sering ngelihat Rheina dan Zahid ke sana. Sore ini, Mami juga bakalan balik ke rumah. Rheina di sana baik-baik, ya," ujar Desti lembut.

Sedikit pun tidak ada tampak kemarahan di wajah wanita yang telah melahirkan suaminya itu. Secepat itu beliau berubah. Baru saja beberapa jam yang lalu, ia bersikap sinis dan jutek. Namun, sekarang tiba-tiba semuanya berubah. Mami berubah menjadi sosok yang sangat baik dan perhatian.

Selama satu tahun lebih menjadi istri Adnan, Rheina masih tetap belum paham dengan sikap mertuanya yang sering berubah-ubah ini. Terkadang suka bikin kesal, terkadang justru terlihat sangat baik seperti saat ini, dan ini bukanlah pertama kalinya, beliau bersikap seperti ini.

"Baik, Mi. Mami juga baik-baik, ya." ujar Rheina sambil mencium tangan mertuanya itu.

Beliau memeluk Rheina penuh sayang dan mereka berdua sama-sama menangis.

Adnan yang baru selesai menyusun semua barang-barang dan kebutuhan mereka di mobil, di suruh mertuanya untuk pamit pada maminya menyusul Rheina. Awalnya laki-laki itu enggan melakukannya itu semua. Ia sudah yakin untuk meninggalkan maminya yang selalu bikin hati istrinya terluka. Namun, Marni membujuknya hingga ia mau menurunkan sedikit egonya.

Sesampai di kamar, Adnan melihat istrinya sedang berpelukan dengan wanita yang sudah menjadi cinta pertamanya itu. Ia semakin merasa beruntung memiliki istri seperti Rheina, yang tidak menaruh dendam sedikit pun, walau telah diperlakukan semena-mena oleh maminya.

Setelah pamit, mereka langsung menuju ke mobil yang sudah dipanaskan Adnan. Rheina mengambil Zahid yang tertidur di pangkuan Marni. Ia merasa sangat kasihan kepada putranya itu. Baru beberapa hari umurnya, ia sudah harus merasakan pindah rumah. Setelah semuanya masuk ke dalam mobil, mobil mereka mulai berjalan perlahan menuju rumah Marni. Herlin tetap tinggal di sana untuk menjaga rumah tersebut selama mereka tinggal di rumah Marni.

--

Sejak kepindahan Rheina ke rumah mamanya, semuanya berjalan dengan baik. Desti sering berkunjung untuk melihat Zahid. Ada saja barang yang dibawa oleh olehnya. Terlihat sekali ia sangat menyayangi cucu laki-laki satu-satunya itu. Marni pun selalu menyambut Desti dengan tangan terbuka. Seolah tidak pernah ada masalah di antara mereka. Rheina lega melihat semua yang terjadi. Keputusan mamanya memang merupakan keputusan yang terbaik.

Tidak terasa, sudah hampir tiga bulan Rheina tinggal di rumah mamanya. Kondisi Rheina sudah sangat stabil dan ia pun juga sudah telaten mengurus Zahid seorang diri. Minggu depan, ia dan Adnan berencana untuk balik ke rumah. Rheina juga memutuskan untuk berhenti mengajar. Dia ingin fokus menjaga Zahid, dan tidak ingin sedetik pun melewatkan perkembangan Zahid.

"Ma, hari Minggu besok Rheina, Adnan dan Zahid balik ke rumah, ya." ujarnya hati-hati. Ia tidak ingin mamanya menjadi sedih karena ia tinggalkan.

"Rheina yakin udah bisa untuk tinggal sendiri sambil ngerawat Zahid?" tanya Marni tidak yakin.

"Udah, Ma. Kalau Mama ada waktu, nanti Mama sering-sering main ke rumah Rheina, ya," ujarnya sambil memeluk tubuh wanita yang sangat ia sayangi itu.

"Iya, Sayang. Mama mana tahan pisah lama-lama dengan Zahid," ujar Marni membalas pelukan putri semata wayangnya.

Saat mereka tengah asyik mengobrol, terdengar suara tangisan Zahid dari kamar.

Ternyata jagoan Rheina tersebut sudah bangun. Lumayan lama juga dia tidur siang ini. Badan Zahid semakin montok, baju-baju bayinya sudah banyak yang sudah tidak bisa terpakai lagi. Air susu Rheina pun mengalir deras, Zahid tidak pernah kekurangan. Semua karena hatinya selalu tenang selama berada di rumah mamanya.

--

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Zahid sudah semakin besar. Sudah dua puluh satu bulan usianya kini. Anak laki-laki tersebut, sudah pandai berjalan dan berbicara sepatah, dua patah kata. Rheina benar-benar senang melihat perkembangan putra semata wayangnya itu. Semuanya berjalan dengan semestinya.

Setiap weekend, mereka selalu menginap di rumah Marni dan Desti secara bergantian. Zahid sangat dekat dengan neneknya itu, Marni bahkan tidak jarang menghabiskan waktu dengan menginap di rumah Rheina kalau ia sudah benar-benar tidak sanggup menahan rindu pada cucunya. Rheina sangat menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga.

"Sayang, aku nanti siang ke rumah Mama, ya. Mama udah hampir seminggu nggak ke sini. Biasanya, mana tahan beliau selama itu nggak ketemu Zahid." Rheina pamit pada Adnan.

Weekend kemarin mereka menginap di rumah mami Adnan. Biasanya, Marni akan datang ke rumah mereka di hari Senin, atau paling lama Selasa. Namun, sekarang sudah hari Kamis, Marni belum ada menghubunginya. Kemarin, ia mencoba menelepon ke rumah, tetapi kata papa, mamanya sedang tidur.

"Ya, sudah! Kamu nyetirnya hati-hati. Bawa Mbak Herlin bareng kamu, buat megangi Zahid," pesan Adnan.

"Oke, Bos!" canda Rheina.

Setelah Adnan pergi ke toko, Rheina menyiapkan semua perlengkapan Zahid yang akan dibawanya ke rumah mamanya. Namun tiba-tiba ponselnya yang terletak di atas meja berbunyi. Bergegas ia mengambilnya. Ternyata ada panggilan dari papanya.

"Assalamualaikum, Pa," ujarnya sambil terus menyusun perlengkapan yang akan dibawanya ke rumah orang tuanya.

"Waalaikumsalam, Rheina. Kamu bisa ke rumah sekarang? Mama beberapa hari ini tidak enak badan, tadi malam mamamu deman tinggi. Barusan sudah papa bawa ke dokter, tapi mama nggak mau makan nasi dan minum obatnya." Suara papanya terdengar cemas.

"Astaghfirullah! Iya, Pa. Rheina berangkat sekarang," ujarnya panik.

Setelah itu, ia meminta Mbak Herlin untuk segera bersiap-siap dan mereka segera berangkat ke rumah mama Rheina. Wanita tersebut menjalankan mobil dengan kecepatan lumayan tinggi. Ia sangat khawatir dengan keadaan mamanya saat ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!