Adinda Khairunisa seorang gadis manis yang berasal dari Desa mencari peruntungan di Kota, setelah lulus kuliah dia mencari pekerjaan kesana kemari, Karena otaknya yang pas-pasan membuat dia sulit di terima di perusahaan manapun
entah nasib baik atau buruk Dinda harus melewatkan sesi wawancara Karena harus menolong seorang wanita yang akan merubah nasibnya.
Bagaimana Nasib Dinda selanjutnya?? sedihkah atau bahagiakah??
yuuk simak terus karya aku yang kedua
selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09
Dinda tersenyum penuh kemenangan keluar dari ruangan dengan membawa uang lima ratus ribu "Lumayan buat makan seminggu" ucap Dinda kembali duduk di kursinya.
Tok! Tok! Tok!
"Hei kau, apa Simon ada" Tanya seorang wanita cantik dengan pakaian seksi body bak gitar Spanyol mengetuk meja Dinda.
"Ah Iya nona, ada yang bisa saya bantu" Dinda berdiri menyambut tamunya lebih tepatnya tamu atasannya.
"Aku tanya Simon ada di ruangannya tidak?" ucap wanita itu ketus.
"Maaf apa anda sudah membuat janji sebelumnya" tanya Dinda ramah mencoba menahan rasa dongkol.
"Aku calon istri Simon Cowel pemilik perusahaan ini" ucap Wanita itu pongah
"Ah nona Amanda" Seru Billy "Apa anda akan menemui tuan Simon, beliau ada di ruangannya" ucap Billy ramah.
Mendengar Billy mengatakan Simon ada di ruangannya, tanpa permisi Amanda langsung masuk ke dalam ruangan Simon.
"Hai Sim" Sapa Amanda dengan senyum cerianya menunjukkan gigi putihnya.
"Ada apa kau kemari" ucap Simon datar
"Aku dengar temanmu Elvano akan mengadakan pesta pernikahan dan aunty bilang kau belum punya pasangan, boleh ya aku ikut denganmu" rayu Amanda yang merupakan putri dari teman dad James yang selalu mengklaim dirinya sebagai calon istri Simon karena dekat dengan keluarga itu.
"Aku sudah ada pasangan kau jangan khawatir sekarang keluarlah aku banyak pekerjaan" usir Simon.
"Tapi aunty memintaku kemari untuk mengatakan itu" ucap Amanda
"Bukankah kau sudah mengatakannya dan aku sudah menjawabnya sekarang pergilah"
"Bukankah ini sudah waktunya makan siang bagaimana kalau kita makan siang bersama" Amanda kekeh
"Apa kau tidak melihat disini sudah ada makan siangku" tolak Simon dia sudah jengah dan malas dengan wanita bebas seperti Amanda yang menurutnya tidak cocok di jadikan pasangan.
Yang dia inginkan wanita seperti calon istri sahabatnya tapi apalah daya, wanita itu sudah menambatkan hati pada sahabatnya.
Amanda menghentakkan kakinya keluar dari ruangan Simon, dengan wajah kesal dia berjalan melewati Dinda begitu saja.
"Ada apa dengannya" Dinda mengangkat kedua bahunya dan kembali fokus pada PCnya, kali ini bukan bermain game tapi dia menggunakan aplikasi untuk membuat komik karena dia suka sekali menggambar.
Simon menghentikan aktivitasnya kali ini dia berpikir siapa yang akan dia ajak ke pesta Elvano kalau dia tidak ada pasangan pasti Kanjeng Mami memaksanya pergi dengan Amanda.
"Apa aku ajak ubur-ubur saja" pikirnya "Mommy pasti tidak keberatan" Simon mengangkat gagang pesawat telepon dan menekan nomor tiga untuk sambungan telepon di meja sekertaris sedangkan angka dua untuk ruangan Billy.
"Hallo dengan perusahaan COWEL corporation ada yang bisa saya bantu" sapa Dinda setelah mengangkat sambungan teleponnya
"Keruanganku sekarang" Simon langsung meletakkan pesawat teleponnya tanpa menunggu jawaban.
Mulut Dinda komat kamit menghadap gagang telepon Karena sambungannya sudah di matikan begitu saja.
Dengan menghembuskan napasnya kasar Dinda mengetuk ruangan Simon
Tok! Tok! Tok!
"Masuk"
"Ada apa bapak memanggil saya" ucap Dinda berubah formal
"Bapak bapak sejak kapan aku jadi bapakmu" Hardik Simon "Tiga hari lagi temanku mengadakan pesta pernikahannya dan tugasmu menemaniku, ingat ini perintah tidak ada penolakan" ucap Simon tegas.
"Baik tuan, apa ada lagi"
"Ada.. Ambilkan pesananku di butik Vanya dan kau belilah gaun yang bagus dan jangan membuatku malu" ucap Simon sambil memberikan black cardnya.
"Anda membelikan untukku" Tanya Dinda
"Anggap saja bayaran sudah menemaniku.. Dan satu lagi kau bawa langsung ke Apartemenku"
"Apartemen tuan? Dimana?"
"Oakwood Apartemen di unit 142"
"Baik tuan"
Dinda keluar ruangan Simon dia mengambil tas dan berjalan menuju lift membawanya turun ke lobi. Sebelumnya dia memesan taxi online menuju butik langganan atasannya.
Drrt
Drrrt
Drrrt
"Halo Assalamualaikum" jawab Dinda
"Waalaikum salam, ada dimana cah ayu" Tanya Kanjeng mami tiba-tiba menelepon Dinda.
"Saya di jalan Kanjeng mami, ada apa Kanjeng Mami menelepon Dinda"
"Kalau kamu tidak repot bisa datang ke resto di Mal xx, ada yang ingin saya sampaikan"
"Kebetulan Dinda ke arah sana Kanjeng mami tunggu sebentar lagi Dinda Sampai" ucap Dinda lemah lembut.
Di resto
Kanjeng mami memutuskan sambungan teleponnya dan duduk manis bersama cucu dan putri kesayangannya menunggu pesanannya datang.
"Apa Dinda menuju ke sini mom" Tanya Olivia
"Iya.. mami dengar dari Amanda Simon sudah punya pasangan ke pernikahan Elvano"
"Olive bingung sebenarnya yang mau mom jodohkan dengan Si mon mon siapa si mom? Dinda apa Amanda?"
"Ya tentu saja tetap Dinda pilihan mami"
"Lha terus kenopo mommy seperti kasi harapan gitu sama si Amanda"
"Itu namanya abang-abang lambe cah ayu, demi menjaga pertemanan dedy mu, ngerti ora" ucap Kanjeng Mami.
"Ouuu" jawab Olive dengan bibir di buat huruf O.
Plek
"Lambemu (bibirmu)" kanjeng mami memukul pelan bibir Olivia.
"Ish Kanjeng Mommy.. Sakit" protes olivia sambil mengusap-usap bibirnya.
"Kenapa oma memukul bibir Mami?" tanya Clara sambil menahan tawa melihat interaksi ibu dan neneknya.
"Oma hanya bercanda sama momimu" ucap Kanjeng mami sambil tersenyum mengusap lembut dagu Clara.
Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit akhirnya Dinda sampai ke Mall dimana Kanjeng Mami menunggunya, setelah membayar ongkos taxi nya Dinda langsung bergegas menuju resto yang disebut Kanjeng Mami.
"Maaf Kanjeng Mami tadi jalanan macet" ucap Dinda setelah menemukan Kanjeng Mami.
"Oh tidak apa.. Ayo duduk kita makan siang bersama" pinta Kanjeng mami.
"Iya ayo duduk sini din" timpal Oliv.
"baik Nona" ucap Dinda ragu-ragu
"Lho Kok Nona, panggil kakak dong"
"I-iya kak"
"uwes ra usah isin (sudah jangan malu) kayak gitu, saya lebih suka kamu yang biasanya" ucap Kanjeng Mami agar Dinda tidak merasa canggung.
"Baik Kanjeng mami"
Pelayan datang membawakan makanan yang sudah di pesan oleh kanjeng mami termasuk makanan untuk Dinda pun Kanjeng mami sudah memesannya, entah orangnya suka apa tidak, tapi dasar Dinda apa pun yang di hidangkan pasti dia makan.
"Aku dengar Simon mengajakmu ke pesta pernikahan temannya, apa benar Din" tanya Kanjeng mami di sela makan siangnya.
"iya Kanjeng Mami, tadi tuan Simon memintaku menemaninya" jawab Dinda.
"Hmm.. Awal yang bagus" celutuk Kanjeng mami.
"Iya??" tanya Dinda
"Ah tidak bagaimana hari pertamamu?" tanya Kanjeng mami merubah topik.
"Tidak Banyak yang di kerjakan, tuan Simon tidak terlalu membebaniku dengan banyak pekerjaan" jawab Dinda apa adanya.
"Aku pikir Si mon mon menindasmu.. Hahaha.." celetuk Olivia sambil tertawa.
"Hust! Mulutmu Oliv, perempuan tidak ada bagus-bagusnya" ketus Kanjeng Mami.
Olivia langsung mengerucutkan bibir dan melanjutkan makannya.
Setelah menyelesaikan makannya mereka pun berjalan keluar Mall sambil bercakap-cakap ringan membuat mereka semakin akrab.
"Kanjeng mami, kak olive Terima kasih makan siangnya, Dinda lanjut ke butik ambil pesanan" pamit Dinda.
"Hati-hati ya Din" ucap Olivia
"Dadah aunty Din" ucap Clara melambaikan tangannya.
setelah berpamitan Dinda melangkahkan kaki menuju butik Vanya yang berada di seberang Mall.
"Selamat Siang kak ada yang bisa saya bantu" sapa pramusaji menyambut Dinda dengan ramah.
"Siang mbak, saya mau ambil pesanan atas nama Simon Cowel" ucap Dinda.
"Baik, sambil menunggu bagaimana kalau kakak melihat lihat dulu" pinta pramusaji.
"Baiklah" jawab Dinda "walaupun tidak di suruh aku pasti berkeliling, waah gaun-gaunya Indah sekali" gumam Dinda lirih.
Diapun berkeliling butik mengagumi gaun-gaun rancangan Vanya.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Dinda mengerutkan kening melihat nomor tidak di kenal dan mengabaikannya hingga panggilan ketiga Dinda baru menjawab.
"Halo"
"Kenapa baru di angkat" teriak Simon membuat Dinda menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Maaf tuan nomor anda belum terdaftar aku takut tukang teror" ucap Dinda asal.
"Wajah tampan begini dia bilang tukang teror" gerutus Simon, Dinda yang mendengarnya tersenyum sendiri entah kenapa kadang atasannya itu terlihat lucu, kadang juga menyebalkan dan menjadi hiburan tersendiri untuknya.
"Halo ubur-ubur.. Kenapa kau diam saja" bentak Simon.
"Iya aku dengar dari tadi tuan bicara sendiri"
"Apa kau masih di tempat Vanya"
"Iya aku masih memilih gaun, tadi tuan bilang aku harus mencari gaun yang bagus" ucap Dinda tak kalah ketus.
"Cepat kembali" seru Simon.
"Iya i.."
Brug
Plak
"oh tidak ponsel ku.."
Bersambung..
🙏🙏🥰🥰
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.