Aku hampir gila, karena dihadapkan pada dua wanita.
Nadira adalah gadis pilihanku, sedangkan Naura adalah gadis pilihan ibu.
Jika tetap mempertahankan Nadira, maka hati ibulah yang akan tersakiti, tetapi jika memilih wanita pilihan ibu, maka aku harus siap melihat Nadira terluka dan kecewa.
lalu aku harus bagaimana? Apa aku bisa mencintai wanita pilihan ibu seperti aku mencintai Nadira?
hai...mampir yuk di cerita terbaruku!
jangan lupa like dan komen ya.. terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 9
Tunggu! Kenapa wajah Naura berubah? Aku melihat ruangan ini lebih sedikit ramai. Ada sekitar enam orang.
Dimana ibu dan Naura?
"Cari siapa pak?" Tanya salah satu ibu yang berada di ruangan ini.
"Em..maaf saya cari istri saya..tadi pagi di rawat di sini."
" Kamu baru menempati ruangan ini. Coba bapak tanya suster saja supaya lebih jelas.
Setelah mengucapkan permisi, aku langsung menemui suster. Jawaban suster tersebut membuat aku tercengang. Naura sudah dibawa pulang oleh ibu.
Ada apa dengan mereka? Mengapa bisa tidak memberi kabar?
Aku segera berlari menuju mobil diparkir. Berharap masih menemukan sosok mereka di keramaian. Tapi nihil, mereka sudah tidak ada. Aku melajukan mobil bagai orang kesetanan. Bagaimana tidak? Kalau ibu dan Naura pulang lebih dulu tanpa memberitahuku, itu artinya ibu sudah murka dan tidak perduli lagi denganku.
Benar saja, aku sudah melihat sandal ibu dan Naura berjejer rapi di teras rumah. Tidak salah lagi, mereka memang sudah pulang.
"Assalamualaikum..." Aku mengucap salam dengan santun.
"Waalaikumsalam," mereka menjawab salam dengan kompak.
Aku tercengang melihat pemandangan yang menyejukkan.
Naura sedang duduk di kursi, sementara ibu tampak terlihat tangannya memegang piring sepertinya ibu sedang menyuapi Naura makan.
Ternyata ibu benar-benar menganggap Naura seperti anak kandungnya sendiri.
Begitu sayangnya ibu terhadap Naura, sampai melupakan anak kandungnya sendiri.
Selesai menyuapi Naura makan, ibu menyiapkan beberapa obat dari dokter.
"Diminum sekarang ya, nduk."
Ibu melirik sejenak ke arahku, setelah itu ibu melanjutkan aktivitasnya di dapur.
Ini kesempatan untuk berbicara dari hati ke hati sama ibu.
Ibu sedang berdiri di depan wastafel. Tangannya sangat lincah mencuci piring kemarin malam.
Ibu tidak menyadari kedatanganku, ntah terlalu fokus atau malah pura-pura tidak melihatku. Ntahlah!
"Bu.."
"Hm,?"
Hanya sahutan singkat.
" Aku perlu bicara pada ibu."
" Bicara apa lagi? Ibu sudah kecewa sama kamu."
" Bu, " aku tetap ngeyel memaksa ibu.
" Nanti malam saja tunggu Naura tidur baru kita bicara empat mata."
Perasaan ku sedikit lega. Akhirnya ibu sedikit melunak.
Aku berjalan kearah ruang tamu, namun tidak kutemui Naura. Mungkin Naura di kamar biar saja dia menikmati waktu istirahatnya. Aku memilih bermain game di ruang tamu. Bagaimana pun otakku butuh penyegaran.
***
Sampai malam Naura tidak lagi keluar kamar. Sedikit mengintip dari balik pintu, ternyata ia sudah tidur nyenyak.
Ibu menepati janjinya, setelah makan malam dan beberes di dapur ibu mengajakku duduk di teras.
Sebelum memulai pembicaraan ibu menghela napas berat.
" Ternyata ibu sudah salah, Raf."
"Salah apa Bu?"
"Salah sudah menjodohkan kamu dengan Naura. Ibu pikir anak zaman sekarang sama seperti zaman anak dulu, manut sama orang tua."
Ternyata ibu benar-benar membahas pernikahanku dan Naura.
Ibu tersenyum sumbang.
"Kami zaman dahulu, menganggap pernikahan itu sakral, tapi..anak zaman sekarang menganggap pernikahan itu seperti main-main. Padahal bagi yang paham, saat laki-laki mengucapkan ijab qobul berarti dia bukan saja berjanji di hadapan manusia, tapi langsung sama sang pencipta." Ucap ibu dengan mata menerawang.
Perkataan ibu bagai batu besar yang menghantam dada. Menyesakkan.
"Ibu merasa gagal menjadi orang tua, Raf." Ucap ibu lagi dengan nada menyesal dan bersalah.
"Bu.. semua yang terjadi hari ini hanyalah masalah sepele, hanya perkara daster lusuh. Hanya itu Bu." Ucapku penuh penekanan.
Mengapa sih susah sekali membela diri di hadapan ibu?
" Rafka sebel Bu, Naura selalu memakai daster lusuh yang sudah sempit. Seolah-olah Naura ingin menunjukkan pada semua orang kalau Rafka adalah suami pelit."
"Kamu tahu Raf? Naura itu sepanjang hidupnya hanya di dalam panti. Ia tidak pernah pergi kemana-mana. Tempat yang sering ia kunjungi adalah kamar, dapur dan kamar mandi. Hal yang sering dijumpai adalah piring kotor dan pakaian kotor. Setiap hari ia hanya mengurus anak-anak. Dia tidak pernah melihat dunia luar, Rafka. Sampai sini kamu paham kan?"
Ibu mengusap sudut matanya.
Ini perihal Naura, tapi mengapa ibu yang bersedih? Kalau pun dulu ibu seperti Naura, itu sudah masa lalu ibu dan sekarang ibu sudah bahagia. Aku jadi bingung melihat ibuku sendiri.
"Raf, pesan ibu hanya satu, kalau kamu tidak sanggup bertahan dengan Naura, lepaskan dia! Naura dan bayi yang ada dalam perutnya akan menjadi tanggung jawab ibu seumur hidup ibu."
Ibu langsung berdiri dan masuk ke dalam kamar.
Kalau ibu yang bertanggung jawab atas hidup Naura, itu artinya aku bisa menikah dengan Nadira. berarti tidak lama lagi aku dan Nadira...
Ah. Membayangkan kecantikan dan tubuh molek Nadira membuat hidupku kembali bergairah.
***
"Ibu pulang dulu ya, nduk. Jaga kesehatanmu. Ingat! Saat ini kamu gak sendiri, ada cucu ibu di sini." Ibu menunjuk perutku.
Aku mengusap perutku yang menonjol ke depan. Ada rasa bahagia, belum lahir saja kehadirannya sudah di tunggu-tunggu oleh neneknya.
Aku memeluk ibu mertua berhati malaikat dengan erat. " Makasih ya Bu, karena sudah tulus menyayangi aku."
Hm..rasanya berat untuk melepaskan ibu mertua kembali ke rumahnya.
Ibu berpamitan pada mas Rafka, ibu terlihat memberi nasihat pada anak semata wayangnya. Tangan ibu tampak menepuk-nepuk bahu putranya itu.
Mas Rafka tampak manggut-manggut saja.
Ibu sudah di jemput oleh sepupu mas Rafka.
Setelah ibu menghilang dari pandangan aku memilih masuk, meninggalkan mas Rafka yang berdiri di sana.
Rumah sudah dirapikan oleh ibu sebelum pergi tadi. Jadi aku memutuskan untuk memilih santai di depan televisi.
Mas Rafka bersiap berangkat ke kantor.
"Nau, aku berangkat dulu." Ia menyodorkan tangan sebelah kanannya padaku. Aku meraihnya lalu mencium punggung tangannya.
"Jangan terlalu capek." Pesannya sebelum pergi.
Aku hanya mengangguk sekilas. Kubiarkan ia pergi.
***
[Raf, jemput aku di gang depan rumah mu, ya.]
Pesan dari Nadira.
Ada apa dengannya? Mengapa menunggu di depan rumah.
Beruntung ibu sudah pergi lebih dulu.
Tangan Nadira melambai, aku menghentikan laju mobil.
Nadira membuka pintu dan masuk.
"Kenapa nunggu di sini?"
"Aku kangen Rafka." Rengeknya manja.
"Kenapa gak ada ngasih kabar?"
"Maaf." Sahutku singkat.
"Rafka, hari ini aku sudah izin tidak masuk kerja. Bagaiman kalau kita jalan-jalan?"
"Gak bisa gitu dong, Nad. Bisa-bisa kita dipecat nanti." Tolakku halus.
"Sekarang kamu berubah! Tidak punya waktu lagi untukku." Nadira mulai merajuk.
Aku menghela napas berat, " jangan merajuk, oke kita jalan hari ini."
"Yeeeeeaaa...." Nadira bersorak girang.
Kami memutuskan untuk jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Nadira mulai melancarkan aksinya, berbelanja.
Berbagai model baju dicobanya. Tugasku hanyaengatakan bagus dan bagus.
Memang pada dasarnya Nadira sudah cantik, jadi baju apa pun yang dikenakan selalu mendapat nilai plus dimataku.
"Dua juta lima ratus ribu rupiah pak."
Kasir tersebut menyebutkan jumlah belanja Nadira hari ini.
Aku mengeluarkan kartu ATM, kalau memberikan pada kasir tersebut. Setelah selesai membayar, aku dan Nadira memutuskan untuk keluar dari pusat perbelanjaan. Tujuan kami kali ini adalah mengisi kampung Tengah yang mulai berisik.
Kami pun bergegas berjalan ke arah parkiran mobil.
Namun saat tiba di parkiran mobil, tiba-tiba saja tubuhku mengejang, kaki ku terasa berat untuk diayunkan. Bibirku pun terasa kelu. Aku melihat sosok itu berdiri tepat disamping mobilku.
Siapakah sosok itu? Ada yang tahu? Yuk tinggalin jejak komentar dan juga jangan lupa like dan share yaaaa
seperti appa! sakit. udhh gitu nadira kena racun dr air ketuban yg nyerang syaraf dan janntung. mukanya menyot ke kiri. tangan lumpuh,kaki lumpuh sebelah.
90% isinya perempuan/ istri2 yh ditinggal nikah lagi dan suaminya tdk peduli dgn anak2nya. yg buat stress dan depresi yg istrinya tdk bisa cari uang,tdk bisa apa2
nadira hidupnya bahagia ya, cuma didunia nadira! tp nanti ketika di akherat durimu masuk neraka kekal.
RASULLAH BERKATA " BUKAN UMATKU DAN GOLONGANKU BAGI LAKI2 DAN PEREMPUAN YG DENGAN SENGAJA MENGHANCURKAN IKATAN PERNIKAHAN SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SAH DI MATA ALLAH, TEMPAT MEREKA DI NERAKA BERSAMA RAJA IBLIS..
ADA HADISNYA !!!
ambil bijinya jemur, setelah kering diroasting ducampur dgn kopi kasih rafka pagi dan siang. selama 4 minggu.
satu biji apel mengsndung sianida 0.2 mg..rafka tdk mati, tp merusak syarafnya.
dia akan lumpuh total, syaraf di otak, punggung,pinggang yg rusak.
banyak org pacaran 5 tjn.10 thn,15 thn jd nikah.
org nikah aja banyak yg cerai.
. jgn2 lagi hamil nadira krn sexc bebas. tinggal nunggu waktu balasan dr Allah. peremouan murahan, nanti anak2 juuga emgga ada ahklak.