Isteriku, Canduku

"Sayang, ayo buruan," Marta menggandeng tangan Lisa setelah selesai berpamitan pada Gusman dimeja makan.

Gusman sekilas memperhatikan penampilan Lisa yang tengah berlalu dihadapannya, hasil dandanan Marta, isterinya. Ia turut merasa senang karena isterinya itu terlihat bahagia, karena keinginannya memiliki seorang anak perempuan telah terpenuhi lewat menantunya itu.

"Mami, apa tidak apa-apa kita pergi, sedangkan mas Rocky belum bangun?" Lisa memandang ibu mertuanya, merasa tidak enak hati.

"Itu urusan Mami, kamu tidak perlu cemas, Sayang. Pasang sabuk pengamanmu," sambil memasang seatbelt pada tubuh besar dan lebarnya.

"Jalan Pak, jangan sampai kita terlambat," titahnya pada sang sopir.

"Baik Nyonya," patuh pak Darmin.

Mobil yang dikemudikan pak Darmin merayap lambat meninggalkan halaman kediamanan keluarga Kartanegara.

Sepagi itu, lalu lintas sudah begitu ramai. Suara klakson roda dua dan roda empat hilir mudik terdengar saling bersahut-sahutan, menambah ramai suasana kota yang sudah memperlihatkan kesibukan para pemburu cuan.

...***...

Rocky meregangkan otot-ototnya, sesaat setelah ia terbangun dari tidurnya. Laki-laki itu buru-buru berlari kekamar mandi saat dilihatnya jam dinding menunjukan pukul 8 pagi. Tentu saja ia telah terlambat kekantor batinnya.

Tidak pernah ia bangun sesiang ini, batinya.

Dibawah guyuran Shower yang dingin, Rocky mendadak ingat pada Lisa yang semalam tidur bersamanya.

"Dimana dia? Dia yang telah membuatku kesiangan seperti ini," tuduhnya didalam hati.

Sepanjang malam, Rocky memang sengaja berjaga, terus mengawasi Lisa yang berbaring kaku tanpa bergerak disisinya. Ia khawatir gadis itu tiba-tiba berubah jelek lagi seperti awal ia melihatnya. Tentu saja ia tidak menginginkan itu terjadi, tidak mau memiliki isteri berwajah jelek.

Alhasil, menjelang pagi kantuknya sudah tidak tertahankan lagi. Dan begitu bangun, ia tidak menemukan isterinya itu disebelahnya, membuatnya menerka-nerka bagaimana rupa isterinya itu dihari ini.

Bukannya langsung menuju meja makan untuk sarapan atau berangkat berkerja, Rocky malah naik kelantai empat setelah berpakaian kantor, memastikan apa yang ia alami sepanjang hari kemarin hingga malamnya bukanlah mimpi.

Ting!

"Ternyata bukan mimpi," gumamnya sambil melangkah keluar lift. Memperhatikan dekorasi dan pernak-pernik pernikahan masih pada posisi semula, begitu pula didalam kamar pengantin dirinya dan Lisa.

Aroma wangi dari kelopak-kelopak mawar itu menyeruak lembut masuk ke indera penciumannya, membuatnya mengingat kembali pose-pose pengambilan gambar pernikahan oleh sang photographer, serasa ia baru bangun dari mimpi indahnya.

...***...

"Lisa!"

Gadis itu menoleh, mencari siapa yang memanggilnya ditengah kerumunan mahasiswa baru yang sedang mendaftar ulang.

"Ini kamu Lis? Kamu kuliah disini juga?" seorang gadis cantik berpenampilan seksi menggamit lengan Lisa bersama seorang pemuda yang tak asing baginya, menelisik kagum pada penampilan baru sang sahabat.

"Grasse, ternyata kamu. Iya, aku mendaftar disini juga," senyumnya ramah, saat menyadari orang yang memanggilnya adalah sahabatnya di SMU, melirik sekilas pada Juno yang berdiri disebelahnya.

"Ini benar kamu? Lisa si rambut mekar, berkulit kusam dulu itu kan?" Juno memastikan, menelisik penampilan Lisa tak percaya, dalam waktu hampir dua bulan mereka tidak bertemu setelah kelulusan, Lisa telah bermetamorfosis ke rupanya sekarang.

"Sayang," tegur Grasse cepat, memberi isyarat dengan kedipan matanya supaya kekasihnya itu tidak berkata-kata lagi.

Lisa tidak menanggapi, gadis itu berpura-pura tidak mendengar. Ia memang mengenal Juno, tapi tidak bergaul dengan laki-laki itu walau mereka satu sekolah, karena Juno hanya bergaul dengan siswa-siswi yang keluarganya sederajat dengan dirinya, berbeda dengan Grasse yang memiliki kebaikan hati walau berasal dari keluarga pejabat dikota itu.

"Sepertinya aku harus segera kembali Grasse, kamu tau kan ada banyak pekerjaan yang telah menungguku," pamit Lisa memberi alasan. Sejak dulu dirinya tidak suka berlama-lama bila Juno bersama Grasse, laki-laki itu selalu saja punya ide untuk menghinanya.

"Baiklah, aku mengerti Lis. Kamu hati-hati ya," ucap Grasse membalas lambaian tangan sahabatnya itu.

Ia tahu bagaimana gigihnya Lisa berjuang untuk hidup demi menanggung beban keluarganya sambil bersekolah. Hanya kakak tiri Lisa saja yang perduli, dan selalu menegur sang ibu yang acap kali berlaku kasar pada sahabatnya itu.

...***...

"Maaf nona Angelia, pak Rocky tidak masuk hari ini," cegah Dirly, saat perempuan itu masih memaksa masuk keruangan bosnya.

"Bohong! Aku tau Rocky ada didalam. Menyingkirlah! Aku harus bertemu dengannya. Sejak kemarin ponselnya tidak bisa dihubungi!" Angelia masih bersikeras memaksa.

"Saya tidak berbohong Nona, hari ini pak Rocky tidak masuk, beliau cuti," bohong Dirly.

"Saya tidak percaya! Security didepan mengatakan Rocky sudah datang sejak pukul sembilan tadi," lantangnya semakin kesal.

"Dirly, buka saja pintunya dan persilahkan saja dia masuk."

Dirly berbalik, menoleh kearah datangnya suara, begitu juga dengan Angelia.

"N-nyonya?" Dirly dan Angelia sama-sama kaget melihat Marta tiba-tiba saja berada dibelakang mereka.

Asisten pribadi Rocky itu buru-buru merunduk hormat.

"Saya sudah katakan kalau pak Rocky hari ini cuti Nyonya," jelas Dirly, sementara Angelia sedikit memucat karena tertangkap basah bersikap kasar.

"Persilahkan saja dia masuk," titah Marta lagi dengan suara rendah dan datarnya.

"T-tidak perlu Nyonya, saya percaya pak Rocky tidak ada diruangannya," ucap Angelia gugup.

"Ini perintah. Masuk dan periksalah sekarang," tegas Marta, tatapan dinginnya membuat Angelia terpaksa menurut.

"I-iya Nyonya," Angelia gegas memasuki ruangan yang sudah dibuka Dirly. Tidak menunggu lama, perempuan itu sudah kembali.

"Pak Rocky memang tidak ada didalam, N-nyonya," gugupnya, melihat wajah Marta yang kian dingin menatapnya.

"Siapa dirimu? Apakah kamu pemilik salah satu saham di perusahaan ini, sehingga bersikap tidak hormat pada salah satu pegawai eksekutif kami? Bahkan para manager disini tidak berani memperlakukan Dirly seperti apa yang telah kamu lakukan tadi."

"M-maafkan saya N-nyonya," Angelia merunduk sambil mengepalkan tangannya, merasa terhina dengan ucapan sang owner. Dan itu tidak lepas dari perhatian Marta.

"Mulai sekarang, jangan temui Rocky lagi. Putraku itu sudah menikah."

Deg.

Angelia gegas mendongak dengan matanya yang membola, tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"T-tidak mungkin Nyonya. Rocky tidak mungkin mengkhianati saya. Kami saling mencintai," masih menolak untuk percaya.

"Sayangnya itu benar," Marta tersenyum miring.

"Dirly, katakan pada security, jangan izinkan wanita ini masuk ke lingkungan perusahaan lagi. Aku tidak mau dia seenaknya memperlakukan para pegawaiku," setelah berkata demikian, Marta gegas berlalu tanpa menoleh pada Angelia yang seketika meraung dalam tangisnya.

Bersambung...👉