Di universitas ada seorang gadis yang nampak sangat misterius. Penampilannya amat persis seperti kutu buku, dengan kacamata tebal, baju sederhana, buku yang selalu dalam genggaman. Bahkan cara berjalannya pun nampak begitu sangat lamban, sampai-sampai kerap kali jadi bahan tertawaan bagi orang sekitar
Beberapa orangpun mulai berani melakukan pembullyan terhadap sang gadis, namun nahas. Tak lama setelah perundingan tersebut, tersebar kabar jika pelaku pembullyan di temukan dalam keadaan mencengangkan. Tubuh mereka di penuhi luka hingga membuat ngeri bagi siapapun yang melihatnya. Mereka juga pernah sekali di temukan dalam keadaan tidak bernyawa di gedung belakang universitas. Berita panas itu menyebar begitu cepat memenuhi artikel kampus. Tak ada yang tahu, siapa sebenarnya sang Gadis? Benarkah dia pelaku tersembunyi itu ataukah ada oranglain yang membantu di belakang sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tu es belle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil lolos
"Ayuk neng, maaf ya jadi nunggu lama"
Ariella menoleh, tersenyum melihat pria baik hati yang nampak gagah dalam usia paruh baya nya
"Gak apa, saya juga lagi lihat situasi disini nampak adem"
Ariella berkata sambil membuka pintu mobil, duduk dengan tenang saat pak Yatno mulai melaju meninggalkan pasar tiga
Tak lama sebuah mobil Triton memasukkan are parkir yang tadi di tinggalkan oleh pak Yatno
Ferdi berjalan keluar, bertanya dengan seorang kenalan disana
setelah mendapat informasi, Ferdi kembali ke mobil menyampaikan kepada Max
Max, dia menghela napas kalau berucap "Kita terlambat"
"Benar, tapi sepertinya mereka belum jauh"
"Mari bergegas!"
Max segera memutar kemudi, melajukan kecepatan di angka 60km/jam
Di tengah perjalanan, Ferdi bertanya dengan nada dingin "Apa kau akan mengatakan pada Tuan tentang wanita tadi?"
Max menggeleng pelan, sambil menghidupkan lampu untuk berbelok dia menjawab "Nggak perlu mengatakan sesuatu yang menjadikan kematian untuk dirimu sendiri"
"Tapi bagaimana jika Tuan mengetahui dari orang lain?"
max tersenyum miring "Apa ada orang lain di antara kita, pengkhianat maksudmu?"
wajah Ferdi nampak pias, tidak lagi bertanya apapun pada Max. Mulutnya setajam pisau batin Ferdi
Di dalam mobil Yatno, dia baru saja pergi meninggalkan Ariella yang telah memasuki bus siap berangkat menuju kota
Dengan lambaian tangan Ariella melihat mobil pria paruh baya yang sudah menolong nya
Menunggu sampai lima menit, akhirnya pintu bia tertutup. Perjalanan akan di mulai, Ariella menyandarkan kepala pada kursi seraya memejamkan mata
"Lelah sekali"
Hari siang sudah berganti sore, cahaya emas kekuningan sang mentari mulai membias. Wajah Ariella nampak mengkerut, dengan tangan kiri dia menutup cahaya yang membuat wajahnya
"Sudah jam berapa ini?"
Ariella melirik ponsel dalam saku baju, Ternyata waktu sudah hampir malam
Dia bertanya pada kondektur pemberhentian selanjutnya, bersyukur Ariella tidak terlewat di halte biasa
Waktu malam terlewati begitu saja, semalam saat sampai di kontrakan pukul sepuluh malam. Ariella langsung membersihkan tubuh, makan, dan tidur.
karena tak ada jadwal kuliah, Ariella berdiam diri di kontrakan, Tiba-tiba ponselnya berdering. Belum sempat menyapa, suara tinggi nan cempreng seseorang membuat Ariella terkejut sampai memejamkan mata
"bicara perlahan Al, aku nggak tuli" ujar Ariella dengan nada datar
"Kau bilang apa? Dari kemarin aku menghubungi kalian?"
Ariella mengerutkan dahi, lipatan kebingungan itu nampak jelas
Dia pun bertanya di sela-sela suara cempreng Alana "Kemarin, aku saja nggak melihat ada panggilan dari nomor mu di handphone ku"
"cih, bahkan aku sampai berulang kali menghubungi Abang, tapi apa? di jawab saja tidak"
Ariella menghela napas "bff, baiklah.... Aku minta maaf Alana ku"
"Sekarang kau ada dimana?"
"Kontrakan" kata Ariella
"Ha, kontrakan? yang benar saja, demi apapun aku akan membuat abang menyesal telah membuat mu nggak nyaman, sampai harus balik kontrakan"
Kepala Ariella berdenyut, Alana benar-benar tersulut emosi.
Sambil memijit batang hidung, sedang tangan satunya ber telepon. Ariella berkata "Sudah, jangan ribut. Datanglah sekarang, aku menunggumu!"
TUT..
Di seberang sana Alana nampak misuh-misuh..
Sangat kesal, Ariella selalu bersikap datar padanya padahal mereka sahabatan
Alana menelisik sekeliling, ini adalah rumah Ayah dan Ibu saat musim liburan tiba
"Duh, punya temen kok lempeng begitu"
Mahaka, pria bodyguard itu mendengar omelan nona mudanya langsung mendekat
"Anda perlu sesuatu Nona?"
Alana mengibaskan tangan, berkata dengan nada sopan "nggak, kamu pergilah! aku hanya sedang kesal"
Mahaka mengangguk, lalu pergi meninggakkan Alana sendirian
penasaran bngt...