Medina panik ketika tiba-tiba dia dipanggil oleh pengurus pondok agar segera ke ndalem sang kyai karena keluarganya datang ke pesantren. Dia yang pernah mengatakan pada sang mama jika di pesantren sudah menemukan calon suami seperti kriteria yang ditentukan oleh papanya, kalang kabut sendiri karena kebohongan yang telanjur Medina buat.
Akankah Medina berkata jujur dan mengatakan yang sebenarnya pada orang tua, jika dia belum menemukan orang yang tepat?
Ataukah, Medina akan melakukan berbagai cara untuk melanjutkan kebohongan dengan memanfaatkan seorang pemuda yang diam-diam telah mencuri perhatiannya?
🌹🌹🌹
Ikuti terus kisah Medina, yah ...
Terima kasih buat kalian yang masih setia menantikan karyaku.
Jangan lupa subscribe dan tinggalkan jejak dengan memberi like dan komen terbaik 🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Delapan
"Kenapa Papi jadi nyalahin mami?"
"Karena Mami yang selalu memanjakan Zara!"
Kedua orang tua Zara, saling berbicara dengan nada tinggi. Keduanya tak ada yang mau mengalah dan saling menyalahkan atas apa yang terjadi pada sang putri saat ini.
"Zara itu masih harus diawasi, Mi! Bukannya diberi kebebasan seperti ini!" lanjut Pak Anton.
"Putri kita sudah dewasa, Pi. Zara sudah dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk!"
"Kalau Zara sudah mengerti mana yang baik untuknya, dia tidak akan pergi dengan mantannya yang begajulan itu, Mi! Zara akan tetap menjadi Zara seperti ketika dia berteman baik dengan adik iparnya Fattah!"
"Putri kita kembali seperti dulu karena cintanya ditolak oleh si gus-gus itu, Pi! Coba Si Hamam mau sedikit saja berkorban untuk Zara dan menerima putri kita, Zara pasti tidak akan kembali bergaul dengan Si Andrew, dan teman-teman lamanya!"
Pak Anton menghela napas panjang untuk mengurai rasa sesak di dada.
"Papi sudah sangat senang ketika saat itu Zara meminta sendiri untuk kuliah di Kairo, Mi. Berharap, dia akan menjadi lebih baik karena bergaul dengan orang-orang baik seperti Gus Hamam, dan meninggalkan kebiasaan buruknya yang suka kelayapan tengah malam seperti sekarang. Tapi, ternyata semua berjalan tak seperti yang papi harapkan." Pak Anton menghela napas panjang kemudian.
Laki-laki paruh baya itu kemudian teringat kejadian empat tahun lalu, di mana sang putri yang baru lulus sekolah tiba-tiba meminta untuk melanjutkan studi ke Kairo. Hal itu diutarakan oleh Zara, setelah keluarga kecil Pak Anton bertemu dengan keluarga kecil Fattah. Kebetulan, malam itu Hamam yang sedang mengurus keberangkatannya ke Kairo, diajak oleh sang kakak--Ning Risma--untuk ikut makan malam dengan kolega sang suami.
Tentu saja Pak Anton menyambut baik keinginan sang putri karena memang sejak dulu, laki-laki paruh baya itu menginginkan agar sang putri menempuh pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan yang kental ilmu keagamaannya. Setelah lulus sekolah dasar, Zara disekolahkan di SMP IT, dan tinggal di pesantren. Gadis itu termasuk siswi yang cerdas, sehingga dengan mudah Zara dapat menguasai pelajaran bahasa Arab yang memang diwajibkan di pesantren tersebut.
Akan tetapi, ketika lulus SMP Zara tak mau lagi tinggal di pesantren, dan menginginkan untuk bersekolah di sekolah umum. Meski sang papi tetap memaksa agar Zara melanjutkan sekolah di sekolah agama, tetapi maminya membela Zara. Hingga akhirnya Zara bersekolah di sekolah umum dan karena pengawasan orang tua yang longgar, bahkan tidak ada, Zara salah pergaulan hingga kebablasan.
"Putri kita itu lelah berpura-pura menjadi baik demi mengejar Gus Hamam, Pi."
Suara sang istri kemudian, mengurai lamunan Pak Anton.
"Apa? Jadi selama ini, Zara berpura-pura menjadi baik untuk mendapatkan perhatian Hamam?"
Maminya Zara pun mengangguk.
"Empat tahun lebih dan Zara bisa melakukan itu? Astaghfirullah, Mi. Zara ... Zara itu benar-benar butuh pendampingan dari psikiater, Ma. Zara ... dia ...."
Pak Anton tak dapat lagi melanjutkan kata-katanya. Tarikan napasnya terdengar begitu berat, sementara dadanya nampak bergerak kembang-kempis. Sejurus kemudian, Pak Anton meringis seraya memegangi dada sebelah kiri.
"Mi, pa-panggil Dokter Fikri, Mi. Da-dada papi se-sesak," pintanya dengan suara terbata, menahan sakit.
"I-iya, Pi," jawab sang istri, gugup.
Wanita paruh baya itu segera menelepon dokter keluarga. Setelah menghubungi Dokter Fikri, lalu menelepon sang putri, dan meminta pada putrinya itu untuk segera pulang. Akan tetapi, jawaban yang diberikan Zara membuat wanita paruh baya yang sedang panik karena kondisi sang suami semakin memburuk, menjadi murka.
"Jangan nanti-nanti, Zara! Kamu harus pulang sekarang! Penyakit jantung papi kambuh!"
"Tapi ini lagi tanggung, Mi. Ah ... Mami enggak asyik, deh," jawab Zara dengan suara seperti menahan desahan.
"Memangnya, kamu lagi ngapain, Nak?"
Tentu saja wanita paruh baya itu menjadi curiga, mendengar suara sang putri. Belum sempat maminya Zara bertanya kembali, panggilan tersebut dimatikan secara sepihak oleh Zara.
"Astaga. Apa yang kamu lakukan di sana, Nak?"
Wanita yang masih terlihat sangat cantik di usia yang hampir mencapai setengah abad itu, hanya dapat menatap layar ponselnya dengan netra berkaca-kaca. Sejumput penyesalan hadir dan kini memenuhi rongga dada hingga membuatnya menjadi sesak.
"Tidak! Tidak mungkin anakku melakukan itu! Aku pasti hanya salah dengar," gumamnya dengan bibir bergetar.
bersambung ...
Hai-hai ... pa kabar kalian semua?
Gemesh, ya, dengan kelakuan si Zara?
Nantikan part selanjutnya yang pastinya akan lebih menggemaskan 😄
Yuk, sambil nunggu si Zara lagi ngapain 😁 simak dulu cerita temanku, yah
Judul; Calon Imamku Wali Kelasku
Author; Dini Ratna
ya salam
sesuai janjiku, di akhir bulan ini aku umumkan siapakah penghuni ranking pertama yang kasih dukungan pada kisah Medina-Hamam. Dan ... pendukung teratas adalah Kak Greenindya 🥰
Untuk pemenang, silakan chat aku, ya, untuk kirim alamat lengkap. Insyaallah novelnya aku kirim pertengahan bulan Juni, karena masih dalam proses cetak 🙏
Buat kalian yang pengin meluk aku, eh.. meluk novelku, bisa hub aku, yah, via chat di sini atau yg sudah save nmr wa ku bisa langsung japri.
mksh banyak untuk kalian semua. lope sekebon 😘😘