NovelToon NovelToon
Hitam Putih Kehidupanku

Hitam Putih Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Balas Dendam / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: inge gustiyanti

Menceritakan tentang seorang wanita cantik yang bernama Quinley. Dia telah jatuh cinta kepada bosnya pada pandangan pertama. Setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya, hubungan mereka menjadi dekat dan ada rahasia yang terkuak sehingga mereka menikah.

Namun tanpa diduga olehnya, dia telah diculik oleh suaminya. Di dalam penculikan itu hidupnya seperti di neraka yang telah membuat dirinya hancur berkeping-keping, hilangnya masa depan dan hilangnya impian dia. Kelamnya sebuah takdir kehidupan yang telah merubah dirinya menjadi seorang wanita tanpa empati dan penuh dendam.

Seperti apakah warna-warni kehidupan dirinya setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya?

Bagaimana alur kehidupan dia dan bosnya setelah pertemuan pertama mereka?

Silakan dibaca cerita novel yang dibumbui dengan intrik-intrik kehidupan ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inge gustiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9, Aku Ditolak

"Aku ditolak sama dia, karena itu aku belum bisa memulai membalas dendamku kepada ibunya," ujar Albern sambil menatap pemandangan di luar jendela mobil.

"Dia siapa?" tanya Maxim penasaran sambil menyetir mobil.

"Quinley."

"Hah!? Nggak salah tuch kamu ditolak sama perempuan!? Secara kamu adalah seorang casanova," ucap Maxim antara percaya dan tidak percaya.

"Iya."

"Pantesan dari tadi kamu cemberut sampai aku penasaran. Quinley itu siapa kamu?"

"Dia salah satu karyawanku dan dia adalah anak jalang itu."

"Maksud kamu dia adalah anaknya Quinza?"

"Iya."

"Kamu tahu dia anaknya Quinza dari siapa?"

"Dari Daddy."

"Dari Tuan Samuel?"

"Iya."

"Kamu jadi balas dendam ke Quinza setelah belasan tahun ibumu meninggal dunia karena kecelakaan itu?"

"Jadi, aku ingin membalas dendamku ke Quinza melalui anaknya. Menurutku ini cara yang tepat untuk membalasnya."

"Apa rencana kamu untuk membalasnya?"

"Aku ingin bermain mulus dan cantik. Beberapa hari yang lalu, aku dijodohkan sama Quinley oleh Daddy. Aku menerima perjodohan itu, tapi aku minta waktu ke Daddy untuk pengenalan dulu. Itu sebenarnya hanya alasanku. Aku ingin memulai balas dendamku tidak tergesa-gesa supaya niat balas dendamku tidak kelihatan. Di masa pengenalan itu, aku bersikap lembut terhadap Quinley dan dibalik kelembutan itu, aku menjebaknya berkali-kali. Setelah menikah, baru aku menyiksa psikis dan fisiknya dia tanpa sepengetahuan orang tua kami," ucap Albern senang.

"Bagaimana kalau Quinley kamu culik sebelum kalian menikah. Setelah kamu culik, kamu siksa tuch Quinley, lalu kirim fotonya Quinley dengan keadaan yang memilukan ke Quinza. Dengan begitu Quinza bisa merasakan sedih dan pilu juga," ide Maxim.

"Boleh juga ide kamu Bro. Tapi, menculiknya setelah menikah aja. Setelah acara pesta pernikahan itu, aku menculiknya," ucap Albern senang sambil menoleh ke Maxim.

"Tapi kenapa harus menunggu kalian menikah?"

"Supaya aku mendapatkan proyek besar dari Daddy. Aku punya rencana, setelah kami sudah masuk ke dalam kamar pengantin, kamu telepon aku. Pura-pura kamu mau membicarakan bisnis samaku. Setelah satu setengah jam kemudian, aku telepon dia, suruh dia bawa dokumen bisnis itu ke mansion kamu. Di tengah perjalanan, dia diculik. Kita sekap dia, lalu kita telanjangi dia. Kita fotoin dia bersama pria lain dengan beberapa pose gaya yang mesra, tapi wajah pria itu jangan dilihatin. Kita cetak foto-foto itu, lalu kirim ke Quinza dan ke kantorku. Aku pura-pura marah sama Quinza sampai dia sakit hati. Lalu tak lama kemudian, kita bikin cerita bahwa Quinley pergi ke luar kota bersama pria lain, lalu di tengah perjalanan mereka meninggal karena kecelakaan. Bantu aku ya untuk merencanakan itu semua."

"Ok. Oh ya, biar lebih menyakinkan lagi, kita bikin video mesum dia bersama pria lain. Nanti aku cari wanita dan pria yang bisa berakting."

"Boleh juga usulan kamu."

"Setelah kamu melakukan itu, kamu mau apakan Quinley?"

"Aku akan memperkosanya berkali-kali."

"Good job. Oh ya, Tuan Samuel masih suka pergi ke Chelsea?"

"Masihlah," ucap Albern datar sambil memalingkan wajahnya.

"Kita jadi kan ke The Midnight club?"

"Jadi."

Tak lama kemudian, Maxim mempercepat laju mobil sportnya. Membelah kerumunan malam di kota London. Roda mobil itu berputar menggilas waktu dan aspal yang mereka lewati. Menyusuri jalan raya yang menuju ke The Midnight club. Salah satu club milik Maxim. Di bawah naungan cahaya syahdu sang dewi malam, mobil itu melintasi beberapa jalan besar di kota London. Menerobos keramaian kota London di malam hari.

Di perempatan jalan besar, mobil itu berbelok ke arah kiri jalan. Setelah itu masuk ke dalam kawasan hotel bintang 4. Mobil itu menyusuri area parkiran, lalu berhenti di sebuah pintu utama club malam. Maxim menarik tuas rem tangan. Albern membuka sabuk pengaman ketika Maxim mematikan mesin mobil itu. Maxim membuka kunci pintu mobil, lalu membuka sabuk pengaman. Albern membuka pintu penumpang mobil sport milik Maxim.

Albern keluar dari dalam mobil, lalu menutup pintu mobil. Maxim keluar dari dalam mobil sportnya, lalu menutup pintu pengemudi mobil itu. Seorang pemuda menghampiri mereka. Maxim melempar kunci mobilnya ke pria itu. Pria itu berjalan menghampiri mobil sportnya Maxim setelah menangkap kunci yang dilempar oleh Maxim. Maxim dan Albern berjalan ke pintu masuk club malam itu melewati antrian para pengunjung club.

Masuk ke dalam club setelah melewati pintu. Akhir pekan telah tiba, malam yang memukau membawa serta pemandangan saling memabukkan dalam bentuk night club. Club ini terletak di kota London. Sebuah tempat yang dirindukan oleh setiap jiwa pria. Malam itu tampak tak biasa, Midnight Club penuh dan sangat sesak. Kilatan lampu dan musik keras menutupi suara-suara yang muncul dari kerumunan saat mereka berteriak dan berteriak kegirangan saat mereka menunggu dua penari striptis.

Albern dan Maxim melewati panggung yang bersinar dengan lampu sorot, musik menjadi lebih keras ketika orang-orang mulai berteriak, tertawa, berseru, mengumpat, bersiul dan bercumbu. Mereka menyusuri club yang diterangi dengan lampu warna-warni yang memukau. Beberapa tamu yang hadir duduk di area bar dan meja sambil minum sepuasnya. Para pelayan wanita setengah telanjang pun berpakaian minim berjalan sambil membawa nampan minuman alkohol, botol dan gelas kosong.

Maxim dan Albern masuk ke dalam ruang kerjanya Maxim yang pintunya sudah dibuka oleh salah satu bodyguard milik Maxim. Albern mengikuti langkah kakinya Maxim yang menghampiri meja kerja setelah pintu ruangan itu ditutup oleh bodyguard itu. Langkah kakinya Maxim berhenti di sebelah kiri kursi kerjanya, sedangkan Albern menghentikan langkah kakinya di depan meja kerjanya Maxim. Maxim menduduki tubuhnya di kursi kerjanya. Albern menduduki tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Maxim.

"Kamu mau wanita malam ini?"

"Boleh. Aku mau yang penari striptis."

"Baiklah."

"Hallo Sayang," sapa Jessica manja sambil membuka pintu ruangan itu.

"Hallo juga cantikku, masuk Sayang," balas Maxim.

"Eh ada tamu," ujar Jessica sambil berjalan menghampiri Maxim setelah menutup pintu ruangan itu.

"Kamu jadi nari pole di ruangan ini?"

"Jadi dong Sayang."

"Mulailah sekarang!" titah Maxim.

"Tapi masih ada Albern," ucap Jessica sambil menghentikan langkah kakinya di hadapan Maxim.

"Kamu tak perlu sungkan Sayang, kamu kan juga pernah telanjang di hadapan Albern, bahkan kalian beberapa kali melakukan hubungan intim waktu kalian masih sekolah," ujar Maxim santai, tapi membuat Albern dan Jessica terkejut.

"Sayang, kamu sudah tahu tentang hubungan kami dulu?" tanya Jessica.

"Sudah. Aku bahkan sudah tahu bahwa kamu ditolak nikah sama Albern," jawab Maxim santai.

"Aku keluar dulu," ucap Albern sambil beranjak berdiri.

"Kamu tidak mau melihat pertunjukan dari Jessica?"

"Tidak, aku sudah muak sama dia,"' jawab Albern santai sambil berjalan menuju ke pintu ruangan itu.

Albern menekan handle pintu ruangan itu ke bawah, lalu menariknya sehingga pintu itu terbuka secara perlahan. Dia keluar dari dalam ruangan itu. Menutup pintu ruangan itu, lalu melangkahkan kakinya menuju ke salah satu meja yang kosong. Tak sengaja dia melihat Quinley bersama Bertand di antara pengunjung. Albern memperhatikan gerak-geriknya Quinley yang masih canggung di lingkungan club.

Albern membelokkan langkah kakinya menuju ke Quinley sambil memperhatikan Quinley. Albern menghentikan langkah kakinya ketika berada di belakang Quinley, lalu menepuk pelan bahu kanannya Quinley. Sontak Quinley menoleh ke Albern. Quinley melebarkan matanya melihat sosoknya Albern. Bertand juga ikut menoleh ke Albern dan dia juga terkejut melihat Albern.

"Quinley ayo pulang!" titah Albern tegas yang membuat Quinley dan Bertand terkejut.

"Ta —."

"Tidak ada tapi-tapian! Ayo pulang!"

"Baik Tuan," ucap Quinley sopan.

Tak lama kemudian Quinley beranjak berdiri. Albern langsung menarik tangan kanannya Quinley, lalu membawanya keluar dari dalam club. Berjalan menerobos kerumunan orang. Keluar dari dalam club melalui pintu keluar. Mereka menghampiri salah satu penjaga club itu. Penjaga club itu berjalan mendekati Albern dan Quinley. Mereka saling menghentikan langkah kaki mereka.

"Tolong ambilkan mobil Tuan Max malam ini, saya mau bawa!" titah Albern.

"Baik Tuan," ucap penjaga itu, lalu dia pergi.

"Kamu ngapain berada di sini?" tanya Albern sedikit khawatir sambil menoleh ke Quinley.

"Saya diajak ke sini sama Bertand untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya," jawab Quinley dengan nada suara yang sedikit ketakutan sambil menoleh ke Albern

"Mommy kamu tahu kamu ke sini sana Bertand?"

"Belum tahu."

"Kasih tahu dia sekarang!"

"Jangan Tuan," ujar Quinley ketakutan.

"Sudah aku bilang, kalau kita sedang berduaan, panggil aku Al aja!

" Iya Al."

"Telepon Mommy kamu sekarang!"

"Jam segini Mommyku sedang tidur."

"Kalau gitu kirim pesan ke Mommy kamu!"

"Baik Al."

"Kamu tuch seharusnya jujur sama Mommy kamu," wejangan Albern.

"Baik."

"Bukannya malam ini kamu ke Chelsea?"

"Tidak, besok pagi baru aku pergi ke sana."

"Malam ini aja pergi ke sananya, aku antar kamu ke sana."

"Tak perku."

1
momy hana
gd
momy hana
ada sedikit celah lah kk autor,hgn smp quinza mati semangat kk
momy hana
tlg lanjut kk,ceritanya menarik bgt, kasihan bgt quinly, apa bnryg lg disiksa ibunya quin
Inge Gustiyanti: maaf kemarin 2 belum sempat update, karena anak lagi sakit ,🙏 . Saya usahakan hari ini update. Terima kasih sudah menyukai cerita novel saya yang ini.
total 1 replies
Inge Gustiyanti
Alur ceritanya jelas dan detail
Alphonse Elric
Terima kasih author! 🙏
Ánh sáng
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Maximilian Jenius
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!