Rhea tak pernah berpikir bahwa dia akan menjalani biduk rumah tangga bersama pria yang telah menyelamatkan adik nya. Edgar, pria misterius dengan identitas ganda yang terlibat skandal kumpul kebo dengan Rhea akibat kecemburuan dan jebakan tetangga jahat di komplek kediaman Rhea, harus menikah dengan Rhea setelah dijebak tidur satu malam dengan gadis itu.
Identitas Edgar yang tidak biasa mempersulit keadaan, sedang Rhea sendiri memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Semuanya terkuak perlahan-lahan bersama dengan perjalanan cinta mereka yang mengejutkan.
Mereka memiliki dendam yang sama terhadap seorang wanita yang telah menghancurkan kehidupan mereka.
Benih-benih cinta tumbuh tanpa di sadari.
" Aku tidak percaya cinta! aku tidak akan pernah jatuh cinta!" ucap Edgar yang tanpa sadar menatap Rhea penuh cinta.
"hahahah... apa itu cinta? sejak aku lahir aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti!" ucap Rhea sembari menyiapkan bekal penuh rasa cinta untuk suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 9
Dalam hitungan menit mereka bertiga tiba di rumah papan itu. Tentu saja mata para tetangga langsung menatap Rhea dengan tatapan tajam dan mulut ember yang mengerucut siap untuk menebar gosip panas tentang gadis itu.
"Ini hanya perasaanku, atau memang semua orang sedang melihat kita?" Bisik Edgar heran. Sejak memasuki lingkungan komplek, dia sudah bisa merasakan beberapa tetangga julid yang menatap mereka dengan wajah penasaran.
Rhea terkekeh," hal seperti itu sudah biasa di sini, gak usah diambil pusing, mereka memang hobinya ngejekin orang, gak semua kok, masih banyak yang baik," terang Rhea.
Edgar mengangguk paham, tetapi dia merasa tidak senang dengan tatapan itu. Dia berdiri tegap, lalu menatap balik semua orang yang memelototi mereka. Tatapannya yang tajam dan seringai nya yang menyeramkan berhasil membuat nyali para tetangga julid menciut dan memilih masuk rumah sendiri daripada dimangsa hewan buas itu.
Rhea memapah Edgar, sedang Ahin segera berlari menuju puskesmas komplek.
"Nak Rhea, apa yang terjadi?" Kakek Oshin yang baik hati menghampiri gadis itu bersama beberapa warga yang kerap memberi perhatian pada kakak beradik itu.
Meski banyak yang julid, tetangga yang baik masih banyak di sana. Itu yang membuat Rhea dan Ahin bertahan di rumah mereka yang sederhana.
"Itu, kek, si Jono ngejar kami lagi, untung dia tadi bantu Rhea dan Ahin, kita gak apa-apa, tapi lukanya si mas ini terbuka lagi, makanya berdarah," jelas gadis itu.
"Aduhh.. ya udah ayo bawa masuk, apa bidan sudah dipanggil?" Tanya Ibu Mirah tetangga di depan rumah Rhea.
"Sudah Bu Mirah, sudah dipanggil Ahin," ucapnya.
Ibu Mirah, Kakek Oshin dan beberapa orang lainnya membantu Rhea menopang pria itu ke dalam rumah sembari menunggu kedatangan bidan komplek.
"Kenapa gak dibawa ke rumah sakit saja nak? Lukanya ini bahaya kalau infeksi," Tanya Bu Mirah heran sambil menatap Edgar yang sudah memucat dan keringatan.
" Saya trauma rumah sakit Bu, Mama saya meninggal di rumah sakit," ucap Edgar yang membuat semuanya paham.
Namanya Trauma tidak boleh dipaksakan, beruntung masih ada alternatif sehingga Edgar bisa ditangani.
"Rhea kamu pasti capek nak, duduk dulu, biar ibu siapkan air hangat buat kalian," ucap Buk Mirah.
"Ibu ambil makan dulu ya nak, kalian pasti lapar," imbuh Ibu Narsih.
Sedang Kakek Oshin membantu Rhea memeriksa kondisi Edgar.
"Dasar anak muda yang ceroboh, lukamu sudah dijahit rapi sama si Eneng biru, malah terbuka lagi," celetuk si kakek sambil menunduk dan tiba-tiba...
Jleebbb...
"Arrkhhhh!!!! Kakeeekkk!!!" Edgar sontak berteriak kencang kala lukanya malah ditusuk dengan jari si kakek yang ditutupi handscoon itu. Wajahnya sampai memerah menahan rasa sakit, nafasnya malah naik turun saking geramnya.
"Pffthh hahaha.... Kakek Oshin itu sakit sekali loh," Rhea malah menertawakan Edgar yang berteriak kesakitan.
"Hohohoho... Pemuda ini sangat lemah neng Biru, moso iya cuma luka sekecil itu langsung teriak seperti anak kecil hahahaha..."
"Jangan mau sama pria lemah neng Biru," celetuk kakek Oshin tanpa rasa bersalah sama sekali.
Edgar yang jadi korban menatap kakek Oshin dengan kesal, baru kali ini ada manusia yang memperlakukannya seperti itu.
"Dasar dedengkot tua sialan, dikira badanku mainan? Luka itu sakit sekali, bagaimana kalau aku melubangi perutnya seperti itu!!" Kesal Edgar di dalam hatinya.
Ingin dia mengumpat kakek tua itu, tapi ada perasaan aneh dalam hatinya saat si kakek mengganggunya seperti itu.
"Seharusnya aku merasa marah dan dendam, tapi kenapa aku malah senang!?" Batin Edgar heran.
Dia merasa kepalanya sudah rusak, bisa bisanya dia merasa senang dijahili seperti itu.
"Edgar maaf ya, heheheh... Kakek Oshin memang jahil," ucap Rhea sambil menepuk bahu pria itu dengan senyuman di wajahnya.
"Jangan bilang kau mau merengek anak muda, hohoho... Dasar pria lemah!" Celetuk kakek Oshin seenak jidat.
"Dasar kakek kejam!" Ucap Edgar dengan wajah masam.
"Bahahahahha..." Gelak tawa terdengar di rumah Rhea. Beginilah suasana komplek itu, ada yang senang dengan keberadaan kakak beradik itu, tetapi ada juga yang julid dan ingin menjatuhkan dua anak yang tak berdosa itu.
Edgar menatap rumah itu dan orang-orang di dalamnya, ada secercah perasaan hangat di dalam hati kecilnya yang telah lama membeku karena kehidupannya yang tidak beruntung.
" Mereka tidak saling mengenal tapi mereka hidup berdampingan seperti keluarga, sedang kami yang jelas memiliki hubungan keluarga malah saling menusuk satu sama lain hanya karena harta yang bisa habis di makan waktu," batin Edgar.
Ada sebuah rasa iri dalam dirinya melihat kedekatan Rhea dengan warga baik itu. Hidup Edgar tidak beruntung, ibunya meninggal terlalu cepat, ayahnya menikah lagi dan sibuk dengan keluarga barunya, keluarga paman dan bibinya terus mengincar Edgar hanya karena harta warisan.
"Edgar, warga di sini memang ramah, meski tidak semua tetapi sebagian besar dari mereka adalah orang-orang hebat yang dulunya hidup susah," ucap Rhea yang kini duduk di samping Edgar, sedang membersihkan luka Edgar sebelum bidan datang.
"Apa kalian berdua nyaman tinggal di lingkungan seperti ini? " Tanya Edgar.
Rhea tersenyum," kalau boleh jujur tentu saja tidak nyaman, air, listrik, kebutuhan hidup sangat mahal, akses jalan yang sempit, selain itu banyak nyamuk dan serangga, siapa yang nyaman, belum lagi air karatan yang harus ditunggu mengendap baru bisa dipakai,"
"Sebenarnya sangat tidak nyaman, tetapi jika dibandingkan dengan mereka yang hidup di bawah kolong jembatan, ini sudah lebih baik, selain itu warga juga baik dan ramah," terang Rhea.
"Kenapa kau tidak bekerja sebagai perawat saja? Upahnya lumayan, dan mungkin akan mendapatkan perumahan pegawai," tanya Edgar.
Rhea menggenggam kain bersih itu dengan kuat sambil tersenyum getir," Aku putus sekolah saat semester enam, sangat sulit bagiku, aku harus menyekolahkan adikku, ilmuku hanya bisa kubawa tanpa bisa kupraktekkan secara legal," terang Rhea.
"Sudahlah, jangan bahas itu, sekarang aku ingin mendengar ceritamu, siapa kau sebenarnya? Kenapa tak ada keluarga yang mencari mu?" Tanya Rhea penasaran.
"Ahh.... Untuk saat ini aku belum bisa memberitahukan identitas ku, yang pasti aku jamin aku bukan orang jahat,"
"Bukan karena aku ingin membohongimu dan adikmu, tetapi aku ingin menyelesaikan masalahku dahulu sebelum memberitahumu siapa diriku," terang Edgar.
"Wahhh... Sepertinya kau memiliki identitas yang misterius, jangan-jangan kau berhubungan dengan Wolf Thunder atau semacamnya!" Celetuk Rhea sambil menunjuk wajah Edgar penuh curiga.
Edgar hampir saja menunjukkan wajah kagetnya, dia tentu terkejut karena Rhea tahu nama salah satu organisasi besar yang sudah seperti partai politik itu.
"Entahlah, suatu hari aku akan memberitahumu, tapi ijinkan aku tinggal di sini, aku akan membayar biayanya," pinta Edgar.
Rhea menyipitkan kedua matanya, pria itu memang baru pertama kali dia temui, dia tidak yakin apa dirinya bisa mempercayai Edgar," aku masih belum percaya padamu, bisa saja kau berbohong dan mencoba memperalat aku dan Ahin," ucap Rhea dengan wajah curiga.
Edgar tersenyum, dia mengetuk kening Rhea," gadis bijak," ucapnya.
" Yang pasti setelah aku sembuh, aku akan memberikan tawaran menarik untukmu, aku tahu kau cinta uang kan nona," goda pria itu sambil menatap Rhea dalam-dalam.
Degh! Berdeguplah jantung gadis itu, sampai pipinya memerah karena salah tingkah," ekhm... Kita lihat saja nanti," celetuk Rhea lalu tiba-tiba dia menusuk perut Edgar yang terluka.
Jlub!
"Arrkhhh... Sakit Rhea!" Protes Edgar sambil meringis kesakitan.
"Hahahahah... Rasakan itu, dasar pria lemah, wlek!" Belas Rhea dengan jahilnya lalu pergi dari sana setelah melihat bidan komplek tiba.
"Dasar gadis jahil!" Batin Edgar dengan senyuman tipis di wajahnya.
semangat selalu
author nya memang pintar dalam mengaduk aduk perasaan pembaca nya.
🤭 suka slogan nya no cuan no life, bener nggk nih ya saya nulisnya
semangat berkarya thor