Kinan harus menerima pinangan dari lelaki yang tidak ia cintai begitu pula sebaliknya, perjodohan yang ia terima dengan maksud untuk menghindar dari sasaran cinta brutal dari seorang pemuda yang ternyata putra seorang konglomerat.
Bisa kah Kinan memilih salah satu pria di antara mereka, tunangan yang kini menginginkankelanjutan hubungannya menjadi pernikahan sah atau pemuda yang telah mencintainya tanpa syarat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngungsi
Ares bangun setelah ketukan pintu dan suara Alfin memanggilnya.
Dan wangi aroma masakan menyeruak indra penciumannya setelah ia buka pintu kamar.
"Kita sarapan dulu Tuan."
"Hmm Lu masak?"
"Iya Tuan..."
Ares mengedikan alisnya, memang Alfin cukup ahli dan terampil mengolah bahan makanan menjadi masakan lezat dan mengundang selera.Dan Ares sudah sering menikmati masakan Alfin jika ia menginap di apartemen asistennya itu.
"Lu pasti sukses kalau buka rumah makan Fin."
"Saya anggap itu sebagai pujian, terima kasih Tuan."
"Ehm Fin ..apa saat kau memberikan cincin pada Kinan kau tahu keadaan rumahnya? Maksudku apakah dia berasal dari orang kaya?"
"Tidak, Mbak Kinan adalah seorang anak dari Pegawai Negri Sipil biasa, dan ayahnya sudah meninggal satu minggu yang lalu."
"Lalu apa istimewanya buat ayah hingga ia memilih gadis itu menjadi tunanganku, bahkan ayah menolak mentah-mentah pilihanku yang jelas-jelas lebih segalanya dari Kinan."
"Kau belum tahu Mbak Kinan Bos, karena matamu tertutup oleh wanita tukang tipu itu" ucap Alfin dalam hati.
"Ehm yang saya tahu, dia sederhana Tuan..dan lembut juga sopan, mungkin itu yang membuat Tuan Besar Dewa memilih mbak Kinan untukmu."
"Lalu dari mana ayah tahu tentang Kinan."
"Entahlah Tuan, mungkin Tuan bisa tanyakan kangsung pada ayah Tuan."
"Apa menurutmu ada gadis yang menolak pemberian dari tunangannya?"
"Maksudnya...?
"Kinan mengembalikan semua baju yang aku beli untuknya."
Mata Alfin membulat sempurna, baju-baju, gaun dan dress mahal berharga selangit Kinan tolak, sungguh kekaguman Alfin pada gadis itu semakin besar, Tuan Dewa memang memiliki insting yang sangat baik dan bisa melihat mana gadis baik dan pantas untuk putranya.
"Aku ingin melihat keadaannya Fin?"
"Maksudnya ?"
"Aku ingin tahu rumahnya, kehidupan sehari-harinya juga keluarganya."
"Ehm rumah mbak Kinan sebenarnya cukup dekat dengan rumah Nenek Iliana Tuan."
"Dekat rumah nenek? Di puncak?"
Alfin mengangguk dan ia tak bisa menolak permintaan Ares kala atasannya itu terus mendesaknya untuk pergi ke rumah neneknya meski tujuan utama adalah rumah Kinan.
"Kurasa tak lama lagi kau akan tergila-gila pada mbak Kinan Bos"Alfin tersenyum smirk.
Kini Alfin hanya bisa melirik ke samping kemudi di mana Ares dengan kaca mata hitamnya memandang perbukitan teh dengan wajah datar.
Para pekerja dengan topi bundar lebar terlihat seperti jamur di tengah hamparan bukit hijau nan luas tersebut, Ares sejenak kembali mengingat memori masa kecilnya di mana ia selalu bermain berlarian di kebun itu bersama adiknya.
Alfin memasukan mobil di garasi samping rumah besar Iliana, suasana rindang dan sejuk, meski cuaca terik tapi banyak pepohonan membuat segar mata memandang
Para pelayan mengangguk hormat pada Ares dan Alfin kala kedua pemuda itu memasuki ruangan.
"Selamat datang Tuan, maaf Nyonya Iliana sedang berada di kebun."
"Oke tak apa...jangan panggil nenek, aku ingin istirahat."
"Tuan mau minum apa?"
"Ehm orange juice, Lu apa Fin?"
"Saya apa saja Tuan."
Ares menghempaskan bobot tubuhnya di sofa empuk panjang di ruang tamu tersebut.
"Pantas saja dia betah di sini."
Ares memandang foto nenek dan adiknya dengan berbagai pose, dia terakhir bertemu dengan adiknya saat acara pertunangan, meski harus susah payah ibu membujuknya untuk datang ke kota namun ternyata rumah Kinan dekat dari sini, namun yang Ares ingat, saat hari di mana acara di laksanakan adiknya merasa sakit perut hingga terpaksa tinggal di rumah.
"Tuan ..lihat, kita bisa menyaksikan para pemetik daun teh dari sini dengan jelas" teriak Alfin dari teras rumah membuat Ares mendekat.
"Hmm terasa damai,melihat mereka seperti tanpa beban, tidak di pusingkan dengan pikiran tentang bagaimana penjualan hari ini, rencana target apa untuk esok atau apapun itu."
"Tapi ....apa mata saya nggak salah lihat Tuan" tanya Alfin dengan mata menatap tajam ke arah beberapa pekerja yang sedang istirahat.
"Lu lihat apa Fin?"
"Bukannya itu mbak Kinan?"tanya Alfin ragu.
Ares menyipitkan matanya untuk memastikan kebenaran ucapan Alfin.
"Dan Ares mendengus kala melihat Kinan memang sedang istirahat namun ia sedikit memisah dari pekerja lain, dan yang menjadi mata Ares panas adalah, tunangannya itu tampak sedang asik bersenda gurau dan tertawa lepas dengan pemuda tukang ojek yang bersamanya kemarin, tawanya terihat manis dan mempesona, sangat berbeda jika saat bersamanya.
Perlahan Ares melangkah turun dari teras untuk melihat lebih jelas siapa pria tersebut, namun jarak yang cukup jauh tak membuatnya bisa melihat wajah sang pemuda.
"Apa kita coba ke sana Tuan?" tanya Alfin yang sadar kala Ares penasaran siapa yang bersama Kinan.
"Buat apa...panas."
Alfin hanya mencibirkan bibirnya lalu kembali masuk ke dalam ruang tamu karena pelayan sudah membawakan jus dan camilan.
"Cih apa kelebihannya dari aku?" tanya Ares dalam hati, ada rasa kesal timbul di dadanya, kenapa sikap Kinan sangat berbeda, ia bahkan menolak pemberiannya di tengah kesederhanaan hidup yang ia jalani.
"Bahkan kau menolak pemberianku"sambung Ares geram.
"Ehm Bi ...mau ke mana?"
"Mau kasih minuman buat para pekerja Tuan, di suruh Nyonya Iliana."
"Ada berapa pekerja seluruhnya Bi?"
"Tak tentu Tuan karena Nyonya memberi kebebasan siapa saja yang mau bekerja maka di perbolehkan, dan setiap hari selalu tidak sama tapi mungkin sampai ratusan Tuan."
"Kenapa Nenek memberi kebebasan untuk semua ikut memetik, bagaimana kalau tidak memenuhi standar kelayakan masuk perusahaan dan bagaimana kalau nanti justru akan merusak pohon teh nya sendiri."
"Nyonya sudah percaya semua pekerja karena rata-rata mereka berasal dari daerah sini yang pastinya sudah mengetahui standar daun yang akan di terima di perusahaan.
Ares manggut-manggut, jika jumlah pekerja ratusan maka kebun milik Iliana berarti semakin luas karena dulu masih berjumlah puluhan.
"Ah ternyata ada cucuku yang tampan datang ke sini, ada keperluan apa kau Res heum ..apa se senggang itu waktumu?Fin ...ada apa kau bawa cucuku yang sibuk ini ke sini? Apa ada sesuatu yang penting?"Iliana muncul dari pintu dan langsung tersenyum bahagia melihat cucu sulungnya Ares.
"Ehm Tuan Ares ingin melihat kediaman tunangannya Nyonya..." jawab Alfin jujur.
"Oya ....di mana rumahnya Fin?dan apa kau tak hapal rumah calon istrimu sendiri heh?" tanya Iliana penasaran karena saat acara pertunangan itu dia tak ikut.
"E ehm ...saat itu.."
"Tuan Ares masih di KL karena pesawatnya mengalami delay...jadi Tuan Ares tidak ikut saat acara pertunangan."
Iliana manggut-manggut dan melirik Ares lewat sudut matanya, ia sebenarnya tahu kalau putranya Dewa lah yang menginginkan Ares tunangan tanpa putranya mengenal siapa calon istrinya dan Iliana sedikit memahami kalau Ares tak sepaham dengan Dewa.
"Ehm nek, cucu kesayangan nenek ...aku belum lihat dari tadi?" tanya Ares yang terdengar pedas di telinga, bukan rahasia lagi kalau Iliana memang lebih menyayangi adiknya itu.
"Dia mungkin sedang menemani pujaan hatinya."
"Cih ....siapa yang mau sama bocah urakan itu?"
"Jangan seperti itu Res ..biar bagaimana pun kalian adalah saudara sekandung, harusnya kalian saling perduli dan saling menyayangi, biarkan dia senang dengan dunianya selama tak mengusik kehidupanmu jangan pernah kalian saling membenci..."
Tak tok tak.
"Nek...aku mau minum jus markisa ....apa markisa di kebun sudah di pe..."
Pria tampan berambut sebahu itu mematung menatap saudara sedarah yang delapan tahun lebih tua darinya itu dengan sinis lalu kembali keluar dari ruang tamu menuju kamarnya, amarah masih menyelimuti dadanya pada sang kakak.
"Mau kemana lagi Khan...?"
"Mau ngungsi dulu nek, aku akan kembali kalau dia sudah pulang ke rumahnya."
🤭
berdoa saja smg author berbaik hati sama mereka,semangat ares untuk mendapatkan hati kinan