"Bagaimana aku jadi makmum kamu kalau kamu tak sujud pada tuhanku"
"Namun kupilih jalur langit untuk membuat kita bisa bersatu"
Sulit untuk Inayah atau biasa di panggil Naya untuk bisa bersatu dengan laki-laki yang telah mengisi hatinya, bahkan semakin Naya berusaha untuk menghilangkan perasaannya, perasaan itu justru semakin dalam.
Bisakah keduanya bersama?
Atau justru memang perpisahan jalan terbaik untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Langit biru yang indah di atas menjadi saksi cinta antara Naya dan Samuel, andai angin bisa bicara mungkin sudah di sampaikannya keseriusan Samuel kepada orang tua Naya, matahari dan awan juga jadi saksi sepertinya semesta turut bahagia.
"Abi Umi, terima Samuel jadi menantu kalian" gumam Naya dalam hati sembari mengkhayal dirinya dalam satu ruangan bersama kedua orang tuanya dan Samuel
"Bukankah kakakmu tak setuju dengan hubungan kita?" tanya Naya
Teringat kembali wajah ketus kakaknya Samuel saat pertama kali mereka bertemu, apalagi sewaktu kakaknya Samuel menelpon Naya waktu itu membuat keraguan di hati Naya pada kakaknya Samuel.
"Iya, aku siap apapun resiko yang akan terjadi" sahutnya mantap
"Tapi aku gak mau sampai ada perpecahan, aku ingin semuanya baik-baik saja"
Naya tak akan bahagia jika demi bersama Samuel harus membuat Samuel kehilangan kakaknya, yang sudah menjadi peran pengganti orang tuanya yang telah meninggal semenjak Samuel SMP.
"Tidak, kakakku sudah berumah tangga jadi sudah punya kehidupan sendiri. Aku sudah dewasa dan bisa menentukan pilihanku sendiri, di keluargaku juga ada yang beragama Islam. Tugas aku menyakinkan kakakku, tugas kamu menyakinkan kedua orang tuamu" jelas Samuel
Naya setuju saran dari Samuel, menyakinkan kedua orang tuanya tentu tak mudah. Kini dirinya dan Samuel memiliki tugas masing-masing untuk hubungan mereka, selang berapa detik terdengar suara adzan.
Allahuakbar Allahuakbar.......
Suara adzan terdengar sangat lantang dari masjid yang ada di seberang cafe tersebut, Naya dan Samuel terdiam mendengar suara adzan, Naya memperhatikan Samuel yang terlihat termenung menatap lautan luas.
"Setiap kali mendengar adzan, hatiku selalu bergetar" ujar Samuel setelah adzan selesai berkumandang, Naya tersentak atas pengakuan Samuel spontan menoleh ke arah Samuel.
"Samuel, apa Allah memanggil hatimu?" tanya Naya dengan mata berkaca-kaca
"Sepertinya begitu, kamu mau sholat dulu?"
"Iya, kamu bagaimana?" tanya Naya
"Ayo aku temani, aku akan menunggu di taman samping masjid"
Setelah membayar makanan mereka, mereka segera keluar dari cafe menuju masjid di seberang. Sampai di masjid Samuel langsung menuju taman, sedangkan Naya langsung mencari tempat wudhu.
Selesai wudhu Naya menyempatkan menoleh ke arah Samuel yang tengah sibuk dengan HP-nya, setelah memastikan bahwa Samuel masih ada di sana, Naya kembali melangkah lalu masuk ke dalam masjid.
"Ya Allah, belum pernah hamba seserius ini pada seorang laki-laki. Kabulkan lah Ya Allah, jadikan dia imamku"
Usai sholat, dalam tangisan yang terseduh Naha meminta pada Allah agar berjodoh dengan calon mualaf itu. Niat yang sangat mulia, selesai berdoa Naya menyeka sisa air matanya lalu membuka mukena.
.
.
Urusan Naya di kampus telah selesai, antara sedih dan bahagia. Bahagia karena kini ijazah nya sudah ada di tangannya, itu artinya Naya sudah benar-benar lepas sebagai mahasiswa dan tugasnya telah selesai di kampus ini.
Tetapi Naya juga sedih karena setelah ini belum tentu dirinya dapat di izinkan oleh abinya jika sewaktu-waktu akan keluar, itu pun pasti punya batas waktu jadi jangan harap bisa sering bertemu dengan Samuel.
Jam makan siang Naya dan teman-temannya pergi ke kantin kampus untuk mengisi perut mereka, jam segini adalah waktu yang sangat ramai di kantin. Sesak, rebutan tempat duduk dan pengamen silih-berganti masuk kesini.
"Selamat siang kakak-kakak cantik dan abang-abang ganteng, luar bisa sekali hari ini saya bernyanyi di temani oleh pangeran" ujar Sang pengamen, di sambut meriah oleh para mahasiswi
Sebuah lagu pun mulai mengalun merdu masuk ke telinga, posisi pengamen berada di belakang Naya membuatnya malas menoleh, Naya mencari uang dua ribuan di dalam dompet untuk di berikan pada pengamen.
Naya pernah mendengar hukum memberi uang pada pengamen yang bernyanyi di iringi dengan alat musik, tapi karena sifat pemurah Naya tetap memberi meski nominalnya kecil, apalagi Naya belum tau betul apa hukumnya.
Tetapi kedua orang tuanya tak mau memberi, sekitar berapa bait lagu yang di nyanyikan oleh pengamen. Makanan Naya dan teman-temannya pun tiba, mereka mulai menyantap makanan itu.
Dalam lirik lagu yang di nyanyikan tiba-tiba terselip nama Naya di dalam bait, teman-teman Naya spontan melihat ke arah penyanyinya. Terdengar teriakan Zahra yang paling antusias, meminta Naya menoleh.
"Naya!! Cepetan liat, itu cowok ganteng kemarin" ujar Zahra
"Samuel" ucap Naya yang sudah memutar kepalanya ke belakang, lalu tersenyum
Naya tak menyangka suara Samuel sangat merdu, mungkinkah Samuel vokalis band. Samuel benar-benar bisa membuat Naya semakin kagum saja, Samuel membalas senyum Naya dengan sangat manis.
Kemudian Samuel memberikan gitar itu pada pengamen sembari menyelipkan selembar uang, Samuel berjalan ke arah Naya dan teman-temannya, teman-teman Naya segera memperbaiki penampilan mereka.
Samuel kembali jadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin, beberapa orang juga ada yang melihat ke arah Naya. Ada yang berisik sembari menatap Naya, ada yang memperhatikan Samuel begitu lekat.
"Boleh bergabung?" tanya Samuel pada teman-teman Naya setelah berdiri di meja Naya dan teman-temannya
"Silahkan" ujar Jeni teman Naya yang sedikit genit
Samuel langsung duduk, kebetulan Naya duduk paling ujung dan hanya di sebelahnya ada sisa tempat duduk, meski teman-temannya juga harus sedikit bergeser demi memberi tempat duduk untuk Samuel.
Sejujurnya Naya begitu grogi duduk sangat dekat dengan Samuel, bahkan bahu mereka hampir bersentuhan. Teman-teman Naya juga tampak grogi sama seperti Naya, entah mengapa mereka ikut-ikutan grogi.
Jeni tiba-tiba menendang kaki Naya yang ada di bawa meja, sepertinya dia paling antusias ingin tahu siapa Samuel, Naya yang merasakan tendangan itu langsung mengerutkan keningnya.
Sekali lagi Jeni menendang kaki Naya sembari tertawa, Samuel langsung menoleh ke arah Naya memperhatikan raut wajah Naya, mungkin Samuel bingung mengapa Naya tiba-tiba mengerutkan keningnya.
"Ohh iya, dari pada kakiku terus di tendang. Kenalin nih, Samuel pacarku" ujar Naya terpaksa mengaku dari pada teman-temannya berusaha ingin mendekati Samuel
Dengan tersenyum Samuel menyalami satu persatu teman-teman Naya, teman-teman Naya menatap Samuel dengan takjub penuh kekaguman. Suasana seketika jadi ramai, pertanyaan mulai di lontarkan pada Samuel.
Satu persatu dengan sabar Samuel menjawab pertanyaan teman-teman Naya, selesai makan Samuel menawarkan diri untuk membayar makanan Naya dan teman- temannya, tampak nya Samuel sangat royal.
Tapi kata Samuel itu tadi sebagai pertanda perkenalan saja, setelah itu Naya berpisah dengan teman-temannya, kini Naya dan Samuel memilih duduk di taman kampus.
Terima kasih banyak ya Tor atas cerita yang sudah dibuat
tetaplah semangat dan terus berkarya
semoga selalu sehat , sukses , dan bahagia
nara sm rendi aja kk, rendi agamanya bagus. ibadahnya bagus.
samuel trnyta jg msih ingat sm naya. mengharukan bngt. selamat brbahagia naya. untuk anisa yg caktik dn baik hati mudah2an dpt jodoh yg lebih baik lg dr samuel. masyaAllah... anisa baik bngt...