NovelToon NovelToon
Istri Kecil Om Dokter

Istri Kecil Om Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Ina dan Izhar memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan secara mendadak oleh Bu Aminah, ibunya Ina.

Keduanya duduk terdiam di tepian ranjang tanpa berbicara satu sama lain, suasana canggung begitu terasa, mereka bingung harus berbuat apa untuk mencairkan suasana.

Izhar keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamar setelah berganti pakaian di kamar mandi, sementara itu, Ina kesulitan untuk membuka resleting gaun pengantinnya, yang tampaknya sedikit bermasalah.

Ina berusaha menurunkan resleting yang ada di punggungnya, namun tetap gagal, membuatnya kesal sendiri.

Izhar yang baru masuk ke kamar pun melihat kesulitan istrinya, namun tidak berbuat apapun, ia hanya duduk kembali di tepian ranjang, cuek pada Ina.

Ina berbalik pada Izhar, sedikit malu untuk meminta tolong, tetapi jika tak di bantu, dia takkan bisa membuka gaunnya, sedangkan Ina merasa sangat gerah maka, "Om, bisa tolong bukain reseltingnya gak? Aku gagal terus!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Izhar keluar dari kamarnya, setelah bersiap-siap untuk pergi bekerja. Dilihatnya Ina sedang memakai sepatu di ruang tamu, ia segera menghampiri Ina untuk meminta maaf atas kejadian tadi.

Izhar duduk di sofa, di seberang Ina. Gadis itu tak melirik sama sekali, Izhar memperhatikannya, hidung Ina masih merah, seperti buah tomat yang matang.

"Na, saya..."

Belum sempat Izhar menuntaskan perkataannya, Ina sudah berdiri dan melengos pergi.

'brakkk!'

Ina membanting pintu apartemen dengan sangat keras, tampaknya dia masih marah pada Izhar soal tadi, dimana Izhar mendorong tubuhnya hingga jatuh ke lantai.

Izhar menghela nafas kasar, mengambil tas dokternya dan keluar dari apartemen juga. Izhar menyusul Ina yang sudah lebih dulu pergi, karena ia harus mengantarkan Ina ke sekolah.

Izhar bertemu dengan Ina di depan lift, gadis itu masih menunggu lift turun dari lantai 10, Izhar gegas menghampiri.

Sebelum Izhar bisa berkata lagi, lift telah terbuka, orang-orang yang ada di dalamnya keluar. Izhar dan Ina memasuki lift dan segera menekan tombol untuk turun.

Selama di dalam lift, Ina tak berkata sepatah kata pun, mulutnya bungkam seribu bahasa, dia tak cerewet seperti biasa. Izhar menoleh padanya dan memperhatikan hidung Ina itu.

"Apa hidungnya sakit?" tanya Izhar.

Ina tak menjawab, hatinya masih sakit akibat perlakuan Izhar padanya tadi. Seumur hidupnya, baru kali ini diperlakukan kasar oleh lelaki, tentu saja Ina sangat sakit hati.

"Saya minta maaf, saya nggak bermaksud seperti itu, saya cuma kaget karena kamu tidur di kamar saya." Izhar akhirnya meminta maaf juga atas kesalahannya.

Ina masih enggan untuk bicara, dia tak peduli walaupun suaminya meminta maaf.

"Ina, kamu sendiri yang bilang kalau kamu gak mau saya meminta hak saya sebelum kamu lulus sekolah 'kan? Seharusnya, kamu jangan selalu memancing saya, karena saya ini lelaki normal. Kalau kamu keseringan seperti itu, bisa-bisa saya gak akan bisa menahan diri, saya takut kebablasan, Na. Tolong mengerti, saya butuh bantuan kamu juga supaya saya bisa menahan diri, jangan malah memancing, lelaki itu sulit menahan nafsunya." Izhar meminta pengertian dari Ina dan mencoba mengingatkan Ina, akan permintaannya sendiri di awal pernikahan, yang semalam sempat mereka bahas juga.

Lift berhenti dan terbuka, Ina keluar lebih dulu dan berjalan cepat meninggalkan Izhar. Izhar terpaksa harus mengejar Ina, ia tak mau Ina terus menerus marah padanya.

Ketika Izhar akan mengambil mobilnya di parkiran basement, Ina justru keluar begitu saja dari gedung apartemen, tidak mempedulikan Izhar sama sekali.

Izhar hanya bisa menghela nafas berat, tak disangka apa yang dilakukannya tadi berakibat buruk pada hubungannya dengan Ina.

Izhar segera masuk ke mobilnya, lalu secepat kilat keluar dari sana untuk mengejar Ina.

Sayangnya, Ina sudah tak ada, gadis itu mengendarai taksi untuk pergi ke sekolah.

Izhar sangat emosi, memukul gagang setir berkali-kali.

***

Di Sekolah

Di dalam kelasnya, Ina termenung sendirian, Kinara hari ini tak masuk karena sedang demam. Ina tak memiliki teman selain Kinara. Ina menundukkan kepalanya, memainkan pena yang tertutup rapat, tatapan matanya kosong.

Isha baru datang, pemuda itu masuk kelas. Melihat Ina yang tak seperti biasanya, Isha merasa kasihan, dia yakin Ina sedang ada masalah dengan sang kakak. Isha melewati Ina, tapi matanya terus tertuju pada Ina. Dari bangkunya Isha memandangi Ina, rasa khawatir dan cemas dia rasakan begitu melihat Ina tak seceria biasanya.

'Ina kenapa? Kenapa dia gak kayak biasanya? Apa mungkin, dia sama Abang berantem lagi? Sialan si Abang! Sama anak kecil aja kenapa gak mau ngalah sih?!' Isha menggerutu dalam hati, marah pada sang kakak, yang di anggap terlalu egois sebagai orang yang lebih dewasa.

Isha ingin sekali menghampiri Ina dan menanyakan keadaannya, tapi terlalu malu, dan sudah pasti Ina tak akan mau dekat-dekat dengannya. Namun, Isha juga penasaran, ingin tahu apa yang terjadi, karena dengan Ina yang seperti itu dia tak tenang juga.

Isha akhirnya memutuskan diri untuk datang pada Ina dan bertanya, dia beranjak dari bangkunya, tapi...

'teeettt'

'teeettt'

'teeettt'

Bel masuk berbunyi, pertanda mereka akan segera menghadapi pelajaran sekolah.

Isha mengurungkan niatnya menghampiri Ina, dia duduk kembali di bangkunya, tetapi, terus memperhatikan Ina dari jauh.

***

Proses belajar mengajar tengah berlangsung, Ina tak bisa fokus sama sekali, pikirannya kacau hari ini, wajah Izhar sejak tadi menghantui pikirannya.

Kejadian tadi pagi benar-benar membekas di ingatannya, Ina jadi mengira Izhar adalah lelaki yang kasar kalau terganggu dengan kelakuan seseorang yang tak disukainya.

Ina mengangkat tangannya, "Pak, saya izin ke toilet dulu," ucapnya, meminta izin kepada guru untuk pergi ke toilet.

Pak Guru menoleh pada Ina, "Silahkan, segera kembali setelah selesai ya."

Ina mengangguk, gadis cantik berkulit bening itu keluar dari kelas, Isha lagi-lagi menatap gadis itu keluar dari kelasnya. Langkah Ina sedikit gontai, Isha khawatir Ina sakit atau semacamnya.

Ina mengangkat tangannya juga, "Pak, saya izin ke toilet juga!"

"Silahkan, jangan lama-lama, jika sudah selesai segera kembali!"

"Baik!"

Isha dengan cepat keluar dari kelas, sedikit berlari menuju toilet, niatnya adalah untuk mengetahui keadaan Ina saat ini. Toilet perempuan dan laki-laki bersebelahan, namun terpisah. Ketika Isha akan ke toilet lelaki, dia melihat Ina berjongkok di sudut ruangan yang tak jauh dari toilet. Ina terlihat menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya, terdengar isakan darinya.

Isha tahu, Ina tengah menangis, tapi kenapa?

Isha memberanikan diri mendekat, suara isakan dari Ina semakin jelas terdengar.

"Na, lu kenapa?" tanya Isha.

Ina terkejut, dia mengangkat wajahnya dan ternganga begitu melihat Isha dan di depannya.

Isha lebih terkejut lagi melihat air mata Ina membasahi pipinya.

"Lu kenapa, Na?!" tanya Isha agak panik.

Isha berjongkok, menghapus air mata Ina dari pipinya.

"Ada apa? Kenapa lu nangis? Kenapa lu sejak tadi murung terus? Apa ada masalah sama Abang? Apa Abang nyakitin lu?" Isha ingin cepat tahu alasan Ina menangis.

Ina menggelengkan kepala, langsung saja dia memeluk Isha dan menangis di pelukannya.

Isha tak tahu apa yang terjadi, tapi Ina tak pernah meluknya seperti itu setelah lama mereka mengakhiri hubungan.

Isha tak bertanya lagi, hanya mengelus kepala dan punggung Ina lembut, rasanya tak mungkin Ina menangis jika tak menghadapi masalah yang berat.

"Udah ya, kita harus balik ke kelas, nanti Pak Guru curiga kalau kita terlalu lama pergi ke toilet." Isha melepaskan pelukan Ina darinya, lalu menghapus kembali air matanya.

Isha menatap wajah cantik yang sedih itu, merasa tak tega.

"Lu sebaiknya cuci muka dulu, biar gak terlalu kelihatan kalau lu habis nangis, oke?" Isha memberi saran.

Ina mengangguk, Isha membantunya berdiri dan membawa Ina ke toilet untuk cuci muka, kemudian memberikan sapu tangan miliknya agar Ina mengelap wajahnya hingga kering.

"Lu ke kelas duluan ya, nanti gue anter pulang."

"Tapi, gue gak laper kok!"

"Lu bohong pun gak akan gue percaya, bunyi perut lu yang lebih gue percaya!"

Pipi Ina merah, ketahuan bohong.

Ina turun dari motor, Isha juga turun, kemudian pemuda itu menarik tangan Ina untuk masuk ke dalam restoran tadi.

Keduanya duduk dan memesan makanan yang mereka suka.

Ina sebenarnya sangat lapar, sebelum sekolah dia tak memakan apapun, karena nafsu makannya hilang.

"Lu kenapa nangis tadi? Apa lu di sakiti sama Abang?" Isha mengulang pertanyaan yang sama seperti saat tadi Ina menangis.

Ina menggeleng, "Abang lu baik kok, dia gak pernah nyakitin gue. Gue cuma lagi ada masalah internal aja sama diri sendiri, jadinya gue sedih, gak ada hubungannya sama Om Iz." Ina menyembunyikan fakta yang terjadi, dia tak ingin Isha memandang buruk sang kakak.

"Lu bisa cerita sama gue kapan pun lu mau, gue siap kok jadi tempat cerita lu, walaupun kita udah gak ada hubungan apapun."

"Iya, kalo gue mau gue bisa cerita, tapi buat sekarang gue gak mau cerita ke siapapun."

"Oke." Isha tak bisa memaksa, di khawatirkan Ina malah akan semakin tak suka padanya.

Pesanan mereka tiba, Ina dan Isha makan bersama, senyuman Ina perlahan kembali.

Ponsel Ina terus berbunyi, pertanda pesan masuk, tapi Ina malas memeriksanya, dia mengabaikannya.

***

Di tempat lain, Izhar cukup kesal karena Ina tak membaca atau membalas pesannya, padahal di khawatir.

Izhar berada di depan gerbang sekolah Ina, berniat menjemputnya dan akan meminta maaf kembali.

Tapi, di sana sudah tak ada lagi pelajar, gerbangnya pun sudah di gembok. Izhar mencoba menghubungi Ina, tapi Ina tak menerima telepon darinya.

Izhar tak tahu Ina pulang kemana, karena di apartemen pun Ina tak ada. Izhar bisa mengetahui itu, karena CCTV yang dipasangnya di dalam apartemen mereka tersambung di ponsel pribadinya, untun mengawasi gerak gerik Ina atau bahkan orang asing masuk ke apartemennya.

"Kamu kemana sih, Na? Kenapa bikin saya bingung begini?" gumam Izhar.

Izhar terus mencoba menghubungi, tapi Ina tetap tak peduli, tak ada tanda-tanda Ina akan mengangkat telepon darinya.

Izhar kesal, di abaikan seperti itu bukanlah sesuatu yang disukainya selama ini.

Izhar kemudian terpikir untuk melacak keberadaan istrinya, ia melacak keberadaan Ina lewat GPS yang terpasang di ponsel masing-masing dalam keadaan aktif.

"Restoran? Dia ke restoran sendirian? Ya ampun... Apa susahnya sih tinggal angkat aja? Ngerjain banget!" umpat Izhar, saat mengetahui istrinya berada di restoran.

Izhar segera pergi ke restoran tersebut, untuk menemani Ina makan siang dan mengajaknya pulang bersama.

Izhar lumayan dongkol juga, merasa di permainkan oleh istri kecilnya.

Setibanya di restoran yang di maksud, Izhar turun dari mobilnya dan segera masuk ke dalam. Tatapan matanya di edarkan untuk mencari sang istri, menoleh kesana kemari mencari sosok Ina.

Mata Izhar kemudian tertuju pada meja yang berada di ujung, saat itu jugalah tubuhnya mematung di tempat. Ia melihat istrinya dan adiknya sendiri tengah makan bersama, bahkan Ina terlihat bahagia bersama Isha, senyumannya tampak lepas tak seperti padanya tadi pagi.

'degh!'

Hati Izhar seolah di hantam dengan sangat keras, sangat sakit melihat dua sejoli itu bahagia, apalagi sang perempuan adalah istri sah nya.

Ina dan Isha tak menyadari, bahwa orang yang berhubungan erat dengan mereka, tengah memperhatikan dari kejauhan, dengan perasaan yang sangat terluka.

"Ina... Isha... Kenapa kalian lakukan ini padaku? Begitu tak berartikah aku di hati kalian?' batin Isha.

Izhar memutar balik, keluar dari restoran itu dengan mata yang berkaca-kaca. Kini hatinya benar-benar terluka, merasa dua orang yang disayanginya mengkhianati dirinya di belakang.

Izhar masuk kembali ke mobilnya dan pergi tanpa memikirkan apapun lagi, di dalam mobil air matanya menetes. Izhar merasa, setiap hal yang berhubungan dengan asmara, selalu gagal dan tidak akan pernah berhasil barang sekali pun.

...***Bersambung***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!