Menikah terlalu muda, dengan emosi yang belum stabil, Niken dan Raja akhirnya malah bercerai. Keduanya menikah saat kuliah, dan belum lulus sudah berpisah.
Waktu kemudian mempertemukan keduanya, di tempat dan situasi yang sangat jauh berbeda. Keduanya bekerja di satu perusahaan yang sama. Bagaimana kisah dan aksi kocak Raja dan Niken menyembunyikan fakta pada rekan kerja mereka, bahwa mereka pernah menikah? Saksikan keseruan kisah romantis komedi mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu Yang Tertinggal
Godaan Mantan, Bagian 9
Oleh Sept
Bukkkk ...
Raja ambruk setelah selesai mendaki gunung dan menjelajahi lembah. Napasnya masih memburu, bahkan dia tidak konsentrasi ketika Niken merajuk. Istrinya itu terus saja berbicara, sementara Raja, dia butuh waktu untuk menetralisir detak jantungnya yang habis bekerja keras tersebut.
"Bagaimana ini? Aku takut nanti jadi ... kan ayang janji. Katanya di keluarin di luar ... Sayang, aku ini lagi masa subur," ucap Niken panik dan gelisah.
Raja yang sudah puas, dia hanya menarik tubuh Niken agar lebih merapat.
"Bagaimana lagi, gak sengaja," bisik Raja dengan bibir tersenyum tipis.
"Gimana dong? Tugas kuliah aku masih banyak. Kalau aku cuti nanti bisa ketunda."
"Kok mikirnya jauh, baru kemasukan sekali. Nanti deh, nanti aku ke indoapril beli balon."
"Aduh," keluh Raja saat Niken mencubit pinggangnya.
Setelah dicubit, Raja semakin menjadi. Ia jadi tambah usil.
"Ya sudah, nanti yang kedua, aku keluarin di luar. Oke?"
Niken semakin merajuk, ia kemudian memukuli lengan Raja. Keduanya kembali mesra, meskipun Niken sedikit gelisah. Takut hamil, karena usia mereka memang masih sangat muda.
Flashback end
Niken tersenyum kecut, saat dia ingat bagaimana dulu mereka berdua sangat Bucin. Punya panggilan manis yang sekarang terdengar mengelikan dan bikin jijay. Ayang? kepala peyang.
Mendadak perut Niken langsung mulas, ingat dirinya yang dulu suka mengelayut manja pada Raja, membuat asam lambungnya langsung naik.
"Niken! Ken! Raja sudah bangun," panggil mama Reni.
"Terus kalau bangun kenapa? Suruh pulang saja," gerutu Niken dalam hati. Tidak berani bicara keras, nanti dia bisa kena ceramah mamanya.
Niken lantas masuk ke dalam rumah, dan berjalan ke kamar dengan malas. Saat masuk, dilihatnya Raja yang berbaring di atas ranjangnya. Ranjang penuh kenangan dan luka.
"Kalau sudah mendingan, mending pulang. Kalau gak bisa nyetir, aku panggil sopir pengganti, oke?"
"Niken!" omel mama Reni.
"Kan Niken bener, Ma? Nanti digerebek pak RT. Tamu kan harap lapor. Anak Mama ini janda loh!" celetuk Niken dengan tegas dan nada menyindir.
"Ehem!" Raja langsung berdehem.
"Maafkan Niken, ya. Kamu pasti paham, dia ini memang ceplas-ceplos. Kalau bicara tanpa difilter."
"Ma! Gak usah deh mulai. Kami sudah gak ada hubungan apa-apa. Jadi Mama jangan begitu, terlalu berlebihan. Raja bukan siapa-siapa kita lagi!" cetus Niken marah.
"Tidak usah ribut," kata Raja kemudian. Laki-laki itu pun turun dari ranjang.
Tahu Raja tersinggung, mama Reni pun membujuk dan minta maaf pada Raja.
"Tolong jangan diambil hati."
"Tante jangan khawatir," balas Raja.
Mama Reni mencoba tersenyum, walau kelihatan senyum getir. Dulu sering manggil mama, sekarang ganti Tante. Waktu memang sudah banyak berubah.
"Kamu yakin bisa nyetir?"
"Nanti Raja telpon orang Raja," ucapnya lalu berdiri tegap. Meskipun kepalanya agak pusing. Memalukan memang, harus tumbang di depan Niken. Ini gara-gara dia setres berat dan melewatkan jam makan beberapa kali.
Mama Reni mengantar sampai teras, sedangkan Niken, dia diam saja di kamar.
"Niken! Ken! Raja mau pulang ..." teriak Mama Reni. Tapi Niken enggan keluar kamar.
"Gak apa-apa, Tante. Orang Raja juga belum datang."
"Hemm. Kamu agak kurusan. Jangan kesehatan ya."
Raja mengangguk.
Tidak lama kemudian, orang suruhan Raja tiba. Raja pun pamit, dan minta maaf sudah merepotkan.
"Saya permisi, Tante."
Mama Reni mengangguk. Raja pun berbalik, siap untuk pergi. Namun, perlahan ia berhenti. Kemudian berbicara pada mantan mertuanya.
"Boleh Raja masuk sebentar dan bicara pada Niken?"
"Boleh. Masuk saja."
Raja langsung saja masuk ke kamar yang tadi, sebenarnya kamarnya tak asing, sebab itu dulu arena tempur mereka kalau lagi menginap di rumah Niken.
"Niken ... bisa kita bicara sebentar?"
"Sudah malam, sebaiknya kau pulang."
"Oke. Aku akan segera pulang. Aku hanya memberikan tawaran, anggap saja ini kompensasi, karena sudah memecat tanpa alasan."
Niken mendongak.
"Besok, datanglah ke kantor."
Setelah mengatakan itu, Raja langsung bergegas keluar.
Sedangkan Niken, dia kelihatan bengong. Ada apa dengan laki-laki itu? Benar-benar memiliki dua kepribadian.
***
Setelah Raja pergi, Niken memikirkan tawaran Raja.
"Ish, untuk apa. Jangan Niken. Nanti dia besar kepala!" gumamnya.
Niken akhirnya memilih tidur saja.
...
Esok harinya, Niken terbangun dengan wajah kusut. Apalagi harus mendengarkan nasehat mamanya yang sepanjang jalan kenangan. Gara-gara sikapnya semalam yang tidak ramah pada Raja.
"Sudahlah, Ma. Ngapain baik-baik sama mantan. Dikiranya Niken naksir."
"Kok kamu mikirnya begitu, Ken?"
"Bahas lain ya, Ma. Malas topik ini."
Mama Reni menghela napas dalam-dalam.
***
Tiba di kantor, Niken pagi-pagi dapat komplen dari klien. Alhasil, wajahnya semakin kusut parah.
"Semangat Niken! Never give up, semangat cari dolar, buat modal nikah!" celetuk teman Niken untuk memberikan semangat.
"Gak usah semangat! Gue gak akan nikah!"
"Husst ... ucapan adalah doa. Jadi perawan tua kapok kamu!"
Niken tersenyum getir. Perawan dari Hongkong? Semuanya sudah habis sama Raja. Matanya lalu memejam, kesal kenapa malah harus ingat sama Raja.
***
Saat jam makan siang, tiba-tiba ada panggilan masuk. Nomor baru dan tidak ia angkat. Paling juga tawaran hutang pinjaman on line.
Kesal telponnya bunyi terus, Niken kemudian mau menyalakan mode pesawat, tapi sebelum ada notifikasi masuk.
[Ini kesempatan baik, kalau mau berkarir, kau boleh melamar lagi]
Niken langsung mencebik.
"Memangnya siapa kau? Seenaknya mengatur?"
Niken ngomel-ngomel pada HP yang tidak tahu apa-apa.
Eh, sesaat kemudian ada notif lagi.
[Ada beberapa barang punyamu, masih di rumah. Kalau kau mau, bisa aku paketkan]
Niken menajamkan mata, "Buang saja," jawabnya tanpa mengetik.
"Mencurigakan! Kenapa dia datang ke rumah tiba-tiba, kirim pesan beginian juga ... dia masih suka sama aku? Konyol!" mulut Niken komat-kamit.
Niken kemudian membalas pesan tersebut.
[Tidak usah, kau boleh membuangnya]
Tidak lama dibalas oleh Raja.
[OK]
Aneh, Niken kok malah sakit hati. Wajahnya berubah masam.
***
Beberapa hari kemudian.
Sore itu Niken baru pulang kerja, tiba-tiba ada kurir datang pas Niken mau ngunci pagar.
"Paket!"
"Buat siapa?"
"Bu Niken."
Niken mengangguk. Lalu mengambil paket tersebut. Perasaan dia gak belanja online. Lalu paket dari mana?
Niken pun membukanya di teras rumah. Karena penasaran. Setelah membuka bungkusnya, ada selembar kertas.
[Tadinya akan aku buang, tapi ini bukan milikku. Aku tidak berhak membuangnya. Kau buang saja sendiri jika kau ingin membuangnya]
"Apa ini?"
Niken lalu membuka isinya. Setelah melihat isinya, ia langsung mengangkat wajahnya. Menahan agar embun di matanya tidak tumpah.
"Loh ... sudah pulang," kata mama Reni.
Wanita itu kaget, karena Niken langsung memeluknya.
"Niken ... ada apa?"
Anaknya malah terisak.
"Ken ..."
..
baru baca udah ngakak aja 😂😂