NovelToon NovelToon
Must Get Married

Must Get Married

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ani.hendra

Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HANNA SAKIT

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Perlahan-lahan mata Hanna terbuka. Ia mengerutkan keningnya saat menyadari ia masih di ruang UKS. Saat Hanna duduk, ia masih merasakan sakit pada bagian kepalanya. Badannya masih panas.

"Hiksss..." Hanna mencoba menahan sakit pada bagian kepalanya.

"AAARGGHH " Sakit itu semakin menjadi saat, bahkan lebih sakit dari sebelumnya saat Hanna mencoba berdiri.

Bersamaan itu Levi masuk ke dalam ruangan UKS. Melihat Hanna mencengkram kepalanya.

"Hanna?" Levi melangkah mendekat.

Hanna membalikkan tubuhnya dan menatap Levi sejenak, tapi tiba-tiba matanya berubah sayu.

BRUKKKKKK.

Tubuh Hanna oleng dan terjatuh. Levi begitu terkejut segera menangkapnya dalam pelukannya.

"Hanna, Hanna, Hanna, bangun...." Panggil Levi begitu khawatir. Ia menepuk pipi Hanna berulang kali. Badan Hanna panas sekali. Tanpa berpikir panjang, Levi menggendong tubuh Hanna dengan kedua tangannya.

Suaranya begitu keras memanggil pak Tomas. Panggilan itu berulang kali ia serukan, agar pak security mendengarnya. Benar saja pak Tomas langsung berlari saat ia sedang mengunci ruangan laboratorium.

"Apa yang terjadi nak?" Kata pak Tomas ikut panik saat melihat Levi menggendong tubuh Hanna.

"Hanna pingsan, badannya panas sekali. Kita bawa Hanna ke rumah sakit. Pak Tomas yang bawa mobilnya. Kuncinya ada di kantong celanaku pak."

"Baik nak." Kata pria itu cepat dan merogoh kunci dari kantong celana Levi.

Di perjalanan, mata Levi berubah sayu, ia takut dan khawatir melihat keadaan Hanna. Badannya sangat panas. Levi mengusap rambut Hanna ke atas dengan cepat. Ia begitu takut. Kenapa Hanna tiba-tiba pingsan.

🔹🔹🔹🔹🔹

Mobil Levi telah tiba di rumah sakit. Pak Tomas ikut bersama Levi berlari menuju Unit Gawat Darurat.

"Tolong, ada pasien pingsan!" Kata Tomas kepada perawat yang berjaga.

"Dimana pak...?" Kata perawat hampir terjengkit dari kursinya, karena kaget melihat sosok pria gemuk masuk mendorong pintu kaca sedikit kasar.

"Ada diluar, tolong bantu!" Kata Tomas dengan napas yang tersengal, karena ia berlari sekuat tenaga.

Petugas langsung keluar mendorong blankar. Levi yang tengah menggendong Hanna sedikit berlari, langsung memindahkan tubuh Hanna ke blankar pasien. Parkiran sedikit jauh dari UGD. Sesuai peraturan rumah sakit, mobil pribadi tidak bisa masuk sampai UGD kecuali mobil ambulance. Walau tadi Levi sempat cekcok mulut dengan petugas, namun akhirnya Levi mengalah. Napasnya masih terdengar naik turun, lumayan jauh ia berlari ke UGD.

Dokter yang berjaga mendekati ranjang rumah sakit untuk memeriksa pasien. Levi hanya bisa berdiri sambil memegang tangan Hanna dengan erat, bahkan ia tidak melepaskan ketika salah satu perawat untuk mengecek tekanan darah dan suhu badan Hanna. Ini reflek tubuhnya saat melihat seorang wanita yang dicintainya pingsan di depan matanya. Levi sangat mencemaskan Hanna.

"Sudah berapa hari demam?" tanya dokter kepada Levi.

"Tadi pagi dia sudah demam dok. Saya benar-benar khawatir, tadi dia sempat pingsan di sekolah."

"Ohhhh. Anda keluarganya?"

"Saya temannya dok." Kata Levi sambil membelai puncak kepala Hanna dengan lembut.

Dokter berparas cantik itu pun mengangguk. Tak butuh lama, setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Dokter pun memberi penjelasan.

"Suhunya masih tinggi. Saya rasa pasien harus dirawat inap, untuk pemulihan. Kita akan pasang infus, memberikan cairan untuk asupan tambahan bagi tubuh pasien." Kata dokter.

"Tidak masalah dok, dirawat juga lebih bagus." Sahut Levi dengan cepat.

"Baik. Kalau begitu. Kita akan pindahkan setelah anda membayar administrasi dan kami akan memasang infus dulu. Silahkan memberikan data tentang pasien untuk mengisi formulir pasien baru." jelas dokter kepada Levi.

"Baik dokter." Jawab Levi. Ia menatap Hanna yang masih tertidur.

Wajah Hanna terlihat berkerut dalam. Levi kembali membelai kepala Hanna agar Hanna bisa tertidur nyaman. Kemudian wajahnya berubah menjadi tenang. Ia seperti bermimpi buruk.

Levi berjalan meninggalkan Hanna untuk mengisi data pasien. Dan kembali setelah melakukan pembayaran administrasi. Beruntung ibunya baru mentransfer uang untuk keperluannya satu bulan. Levi bisa menggunakan uang itu untuk biaya pengobatan Hanna.

"Bagaimana keadaan Hanna, nak?" Tanya pak Tomas mendekat ke arah Levi yang keluar dari ruang administrasi rumah sakit.

Levi berbalik dan melihat ke arah suara "Astaga, saya hampir melupakan bapak. Hanna harus dirawat karena suhu badannya masih panas."

"Ohhhh begitu ya. Kasihan sekali. Apa nak Levi sudah menghubungi keluarganya?"

"Saya tidak tahu harus menghubungi siapa pak. Rumah Hanna juga saya tidak tahu."

"Jadi siapa yang menjaga Hanna di sini?"

"Biar saya saja pak. Besok aku bisa mengabari Nara. Nara adalah saudaranya."

"Baiklah kalau begitu."

"Terima kasih atas bantuannya hari ini pak. Bapak bisa pulang!" Kata Levi tersenyum ramah, ia mengeluarkan uang beberapa lembar dan memberikannya kepada pak Tomas.

"Ah..Jangan nak! Bagaimana saya bisa menerima uang dari anak yang masih sekolah." Tolak Tomas cepat. Ia menggeleng sambil mengibaskan tangannya.

"Ambillah pak, sebagai ucapan terima kasih. Anggap saja untuk uang taksi bapak." Levi memaksa Tomas untuk menerima uang itu.

"Terima kasih nak, saya menjadi tidak enak." Tomas terpaksa menerimanya.

"Saya yang harusnya berterima kasih pak Tomas." Kata Levi tersenyum.

"Kalau begitu saya permisi dulu nak Levi." Tomas pamit undur diri.

🔹🔹🔹🔹🔹

Levi langsung menghubungi security di rumah untuk membawa perlengkapan baju ganti. Sementara Hanna sudah menggunakan pakaian khusus yang di pakai pasien.

Setelah memasang infus, para perawat mendorong Brankar menuju ruang perawatan yang diikuti Levi. Hanna masih terlelap sama sekali tidak terganggu dengan jarum infus yang menancap di tangannya.

Mereka sudah berada di ruangan rawat inap dimana Hanna harus mendapatkan perawatan selanjutnya. Perawat memindahkan tubuh Hanna ke tempat ranjang rumah sakit. Setelah mengecek selang infus dan keadaan pasien, mereka pamit undur diri.

"Keadaan pasien sudah baik, kalau ada apa-apa, tinggal panggil saja."

"Terima kasih." Kata Levi dengan ramah.

Pintu kembali tertutup.

Tiba-tiba suara nada dering dari ponselnya Levi berdering, ia menatap layar depan dan panggilan itu ternyata dari ibunya. Ia langsung keluar dari kamar, takut jika panggilan itu menganggu tidur Hanna. Dengan cepat Levi mengangkatnya sebelum panggilan itu mati.

"Ya bu." jawabnya singkat.

"Siapa yang sakit sayang, kenapa pak Yordan mengantar bajumu ke rumah sakit?"

"Teman yang sakit bu." Lagi-lagi Levi menjawab seadanya.

"Albert?"

"Bukan bu."

"Kalau bukan Albert, kenapa kau repot-repot menjaganya di rumah sakit."

"Emang harus Albert yang sakit, baru ibu mengizinkan aku." Kata Levi dengan nada ketus.

"Astaga, maksud ibu bukan seperti itu sayang. Tapi dia ada keluarga. Kenapa bukan keluarganya saja yang menjaga."

"Tapi dia gak ada keluarga bu. Apa aku harus meninggalkannya di rumah sakit ini?"

Melissa hanya bisa mendesah. "Maafkan ibu Levi. Apa ada lagi yang mau dibawakan pak Jordan? Atau mungkin makanan?" Hati Melissa luruh saat Levi mengatakan tidak ada keluarga. Ia tidak mungkin melarang Levi. Bisa-bisa Levi akan semakin membencinya.

"Saya hanya butuh baju ganti bu."

"Baiklah sayang. Nanti ibu sampaikan ke pak Jordan agar mengantarnya langsung ke rumah sakit."

"Terima kasih bu." Jawab Levi dengan suara terendahnya.

"Oke sayang. Nanti kalau kau butuh sesuatu, kau tinggal hubungi ibu ya."

"Baik bu."

"Oke, selamat sore sayang."

"Selamat sore bu."

Tit...tit... tit...Hubungan telepon terputus. Levi menghela napas panjang. Ia memasukkan kembali ponselnya dan kembali masuk ke kamar dimana Hanna dirawat.

.

.

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

1
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
jadi ingat masa masa di sekolah dulu
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
aku suka aku suka
Cheryl Emery
penasaran
Cheryl Emery
ngapain Levi ngajak ketemuan ya 😃
Mona Seila ☑️
🥰🥰🥰🥰🥰
Mona Seila ☑️
Wah mantap levi, langsung tembak aja gak usah tunggu lagi
Cheryl Emery
tetap semangat Levi, tunjukan bahwa kamu bisa mengambil hati Hanna 😀😃
✨Margareth💫
lanjut dong Tamba seru
✨Margareth💫
semangat thor
Hosanna Feodora
up dong
Hosanna Feodora
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Angela Catrine 💢
ayooooo semangat
Angela Catrine 💢
baca berulang-ulang gak bosan Thor
Briana Annette
semangat
Briana Annette
mantap thor
Magdalena💨
lanjut
Magdalena💨
Baru baca Uda update lagi author
suatu keberuntungan buat aku dah 😆
🎄Claudya🎄
kesal Dia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!