NovelToon NovelToon
Air Mata Jennaira

Air Mata Jennaira

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lalalati

Novel Keduabelas 🩶

Namaku Jennaira. Kisah ini adalah tentang aku yang menikah dengan seorang pria sempurna. Bertahun-tahun aku menganggapnya seperti itu, sempurna. Namun setelah menikahinya, semua berubah. Penilaianku terhadapnya yang asalnya selalu berada di angka 100, terus berubah ke arah angka 0.

Benar kata pepatah, dont judge a book by its cover. Penampilannya dan segala kemampuannya berhasil menghipnotisku, namun nyatanya hatinya tak seindah parasnya dan aku terlambat menyadarinya.

Unofficial Sound Track: Pupus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Berdiri di Kaki Sendiri

Akhirnya rasa penasaran itu terus menguasaiku karena Alleta dijemput oleh calon suaminya sebelum ia menjelaskan lebih detail mengapa ia merasa sesak selama berpacaran dengan Gaga.

Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah orang tuaku di Bandung, pikiranku tak henti-hentinya memikirkan ucapan Alleta kemarin sore itu.

Tak lama, taksi online yang ku tumpangi dari stasiun Bandung, tiba di depan rumah orang tuaku. Aku suka dengan perasaan familiar dan hangat setiap kali aku pulang ke rumah ini. Ada rasa rindu setiap kali aku tiba di sini setelah aku merantau di ibukota. Aku pun masuk ke dalam rumah dan langsung disambut oleh kedua orang tuaku.

Ibuku sudah memasak makanan kesukaanku, ayam suwir kemangi, langsung saja kami menikmatinya bersama di meja makan.

"Gimana, kapan kamu mau lanjut S2? Mau sampai kapan kamu ngehonor dengan gaji kecil begitu, Ra."

Lagi, ayahku menanyakan itu. Beliau sangat berharap aku bisa segera meneruskan jejak ayah dan ibuku menjadi seorang dosen. Untuk itu pendidikanku minimal harus S2. Tapi setelah bekerja di tempatku mengajar sekarang, juga dengan rutinitasku sehari-hari di sana, aku tidak terpikirkan untuk menjadi dosen. Menjadi seorang guru sejarah di sebuah SMA negeri saja sebetulnya sudah berat bagiku, apalagi menjadi seorang dosen dengan tanggung jawab yang lebih besar. Dengan kemampuanku, rasanya itu aku tak akan sanggup.

Bagi seorang yang kurang bisa bersosialisasi sepertiku, menjadi guru yang berhadapan dengan banyak siswa, sering terasa berat bagiku. Sepertinya aku memang tidak cocok dengan profesi in.

Namun daripada aku banting setir mencari pekerjaan lain, aku mencoba untuk bisa mengajar sebaik mungkin walaupun aku tidak bisa dekat dengan mereka karena pribadiku yang cukup pendiam.

Entah ini keahlian atau kebodohanku. Daripada mengambil resiko, aku lebih sering memilih untuk memaksakan diri untuk bertahan di dalam situasi yang sebetulnya menyiksaku.

Namun, pilihan untuk tetap berada di Jakarta walaupun sebenarnya di sana tidak terlalu menyenangkan adalah pilihan yang terbaik menurutku. Aku tidak mau menetap di Bandung. Aku tidak mau terus-terusan memikirkan Gaga. Setidaknya di Jakarta, ada jarak yang cukup jauh, ada kesibukan yang harus ku lakukan, yang bisa membuatku tidak selalu teringat pada Gaga.

"Atau gimana kalau kamu menikah?" saran ayahku tiba-tiba.

Aku yang tengah menelan makananku sontak tersedak mendengar saran beliau.

"Yah, Rara sampe kaget gini lihat." Ibuku segera memberikan segelas air untukku.

"Kamu 'kan udah 25 tahun. Udah ideal untuk menikah," tambah ayahku.

"Nikah itu gampang, Yah. Kalau Ibu setujunya Rara punya kerja dulu yang bener-bener mapan. Ibu lebih setuju kalau Rara lanjut S2," debat ibuku.

Dalam hati aku lebih setuju pada saran ayahku. Itu akan mewujudkan keinginanku semenjak SMP. Jga aku bisa meninggalkan profesiku sebagai guru yang sebetulnya sangat tidak cocok denganku.

Namun pertanyaannya, siapa yang akan menikahiku? Lalu seriuskah ucapan ayahku itu? Atau hanya luapan rasa kecewanya padaku karena aku tak kunjung memenuhi keinginannya untuk kuliah S2?

"Habisnya Ayah pusing. Rara kayak gak mau S2, Bu. Jadi ya sudah, Ayah nyaranin nikah aja."

Lagi, ayahku meluapkan kekecewaannya. Aku kembali menyalahkan diriku sendiri karena tidak bisa memenuhi ekspektasinya. Namun aku tidak bisa lebih tidak nyaman lagi lebih dari ini. Seseorang yang akan menjadi guru ataupun dosen, seharusnya adalah orang yang pandai bersosialisasi, ceria, berani, dan percaya diri.

Sedangkan aku?

"Ayah sudah cape. Sekarang terserah kamu saja. Ayah gak akan maksa kamu buat kuliah S2 lagi. Ayah mau ke Pak Haikal dulu," pungkas ayahku.

Aku bersiap menjawabnya. Melihat raut kecewa ayahku membuatku merasa bersalah. Namun sebelum aku bisa mengatakan maaf, ayahku sudah meninggalkan ruang makan.

"Ayah kecewa banget pasti ya Bu sama aku?" keluhku.

"Yah, wajar, Ra. Ayah sangat berharap sama kamu karena kamu anak kami satu-satunya. Tapi kamu gak usah khawatir, nanti ibu bilang sama ayah. Pokoknya Ibu udah gak akan maksa kamu lagi. Sekarang semua pilihan ada di tangan kamu. Sebagai orang tua, Ibu cuma bisa kasih dukungan."

"Maafin aku ya, Bu. Aku selalu ngecewain ayah sama Ibu," sesalku.

"Enggak, Ra. Malah Ibu sama ayah yang gak ngertiin kamu selama ini. Kami terlalu maksain kehendak kami. Kami gak pernah nanya sekalipun kamu mau jadi apa, mau kuliah ke mana. Kami malah maksa kamu buat ngambil jurusan kependidikan, padahal kamu sepertinya gak ada passion di sana. Maafin ibu dan ayah ya," sesal ibuku.

Aku menggeleng cepat. "Ayah sama Ibu gak salah kok. Wajar ayah sama Ibu berharap banyak sama aku. Sebetulnya, kalau boleh jujur, aku emang gak punya keinginan buat jadi apa dan kuliah ke mana. Aku milih jurusan pendidikan ekonomi sebagai pilihan pertama aku, dan jurusan pendidikan sejarah sebagai pilihan kedua juga bukan karena aku pengen ada di sana, tapi karena dua jurusan itu gak terlalu banyak saingannya. Akhirnya aku gak masuk ke ekonomi, dan malah masuk ke sejarah. Sebetulnya aku berat belajar sejarah, Bu. Aku gak begitu suka hafalan. Tapi karena udah terlanjur, ya udah aku jalani aja. Jujur Bu, jadi guru itu berat buat aku sebetulnya, apalagi dosen. Tapi aku coba terus buat adaptasi dan akhirnya aku udah mulai terbiasa kok sekarang. Aku cukup mampu jadi seorang guru walaupun aku gak bisa jadi guru yang hebat kayak ayah sama ibu. Makanya aku gak mau jadi dosen, karena itu akan jauh lebih berat, Bu."

Lega sekali. Baru kali ini aku bisa mengatakan semua itu kepada ibuku. Semua rasa takutku, rasa tak mampuku, biasanya semuanya ku tampung sendiri. Tapi kali ini aku luapkan kepada ibuku. Jujur aku lega, walaupun rasanya agak terlambat karena aku sudah tidak bisa mengganti jurusan kuliahku. Pondasi yang akan membawa bagaimana kehidupanku ke depannya terlanjur terbentuk. Gelar sarjana pendidikan jurusan pendidikan sejarah, terlanjur kusandang di belakang namaku.

"Kenapa kamu baru bilang sekarang, Ra? Ibu selalu berharap kamu bisa lebih terbuka sama Ibu, tapi kamu selalu nutup diri. Padahal kamu selalu bisa cerita kayak gitu sama Ibu."

"Maaf, Bu," sesalku lagi.

"Ya udah, jangan dipikirin lagi. Kalau kamu memang mau kuliah lagi di jurusan yang memang kamu mau, Ibu akan dukung kamu seratus persen. Gak usah takut terlambat karena kuliah itu penting buat masa depan kamu."

"Kalau kita ikutin sarannya Ayah gimana, Bu?" Aku sama sekali tidak ingin duduk di bangku kuliah lagi.

"Kamu mau nikah?" Ibuku terkejut.

"Ibu sendiri tahu, aku gak pandai belajar. Mungkin jadi ibu rumah tangga dan ngurus anak adalah hal yang bisa aku lakuin dengan baik, Bu," jujurku akhirnya.

"Ibu tahu kamu sangat pintar ngurus rumah. Tapi dengarkan Ibu baik-baik," ujar ibuku. "Ibu emang gak akan maksa kamu lagi buat S2, buat jadi dosen. Kalau kamu mau kuliah lagi di jurusan yang kamu mau, ibu pun akan dukung. Kamu setuju buat nikah, ibu pun dukung. Tapi ibu gak mau dukung kamu buat hanya jadi ibu rumah tangga. Ibu mau kamu harus berusaha buat punya kerjaan dengan gaji yang stabil dan mencukupi. Sekarang karena kamu udah jadi seorang guru, berusahalah jadi guru yang mapan. Gak ada CPNS buat guru sekarang, berarti kamu fokus buat jadi PPPK. Kenapa ibu pengen kamu tetap punya pekerjaan? Karena mau gimana pun hidup kamu nanti, laki-laki yang akan jadi jodoh kamu, mau biasa aja ekonominya, mau mapan, tetap sebagai seorang perempuan, kita harus bisa berdiri di kaki sendiri. Kita gak tahu akan seperti apa hidup kita. Apakah rumah tangga kita akan awet sampai nenek kakek, atau justru sebaliknya. Jika pilihan terburuk harus kita ambil, maka setidaknya kita gak akan kehilangan sumber penghidupan kita. Coba bayangkan kalau kamu bercerai, dan kamu gak punya pegangan? Gimana anak-anak kita? Gimana hidup kita? Jadi paham 'kan maksud Ibu?"

1
Dewi Anggya
entaaaah apa pemikirannya si Naira pdhl seorang pendidik..malah membenarkan suatu kesalahan....apa baru akan menyerah mpe tersakiti lebihhhhhh dalaaaaam ckckkcckk...cinta boleh y goblok jgnlaaaaah 🤕🤕🤕🤭
Dewi Anggya
suami model apa itu .,.ada maunya doank...buat pelampiasan nafsuuu....mana ngomongnya kasaaar bngt.... ckckckk
Fitri
ap anak dari suaminya aletha
Dewi Anggya
hmmm...siap² menerima luka terus menerus....enaknya diapain si Gaga ini
Dewi Anggya
kenapa sihh Ra gk bisa melawan dengan ketidak Adilan yg kmu alami .... preeeeeeet bnget nih lakiiii
Dewi Anggya
duhhh blum apa² udh di isi rasa sakit ...emg si Gaga ini perlu dchoper otaknya
Dewi Anggya
sumpaaaah eneg benerrr liat kelakuannya 2 durjana si Gaga Alleta...pengen tau penderitaan 2 mahluk ituuuuu
Dewi Anggya
ihhhh...Gaga lagi Gaga lagiiii mo apalagi tu orng, preeeeeeet bngt si Gaga ini..
Dewi Anggya
aduuuh Ra jgn mau jd tamengnya si Gaga...cinta boleh tp jgn bodoh Ra...
Dewi Anggya
tuhhh dengerin omongan Rita....udh bener ap yg dia omongin.. dasaaar si Gaga koplaaak
Dewi Anggya
ihhhh sumpah bikin ilfil bngeet si Gaga ini....mana ortunya si Alleta kok gtu amat yaa hny krn sebuah janji anaknya yg jd korban....
lalalati: its okaiii kakakkkk😆
Dewi Anggya: laaah iya baru nyadar KLO typo 🤭pdhl cuma komen y KK,,udh salah ketik sm kebawa emosi gara² Gaga,,maaf y KK 🙏🏻
total 3 replies
Dewi Anggya
model laki kyk gini ma tinggalin aja bila perlu getok kepalanya pake panci prestooooo
Dewi Anggya
behhhhhh mending mundur ajaaaa blum apa² si Gaga udh nyakitin gtuuuuu
Dewi Anggya
kasaaar bangeet siiih Lo Gaga.... preeeeeeet laaah
Siti Nina: pen jedotin tuh pala si gagak sok banget jadi cowok bikin ilfil 😏😏😏
total 1 replies
Dewi Anggya
sedih banget tuhh Alleta..lagian kok ketuss bngt si Gaga ini bicaranya....
Dewi Anggya
ihhh ketusss bngeeet si Gaga ini
Dewi Anggya
om Haikal emg kelingan terakhirnya melihat gaga menikah tp raguu bngt liat sikap si Gaga...
Dewi Anggya
luka lama terbuka lagiiii
Dewi Anggya
hmmm pasti nyeseeek bngt tuhh si Rara
Dewi Anggya
mencintai secara diam² Rara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!