follow IG Othor @ersa_eysresa
Di usia 30, Aruni dicap "perawan tua" di desanya, karena belum menemukan tambatan hati yang tepat. Terjebak dalam tekanan keluarga, ia akhirnya menerima perjodohan dengan Ahmad, seorang petani berusia 35 tahun.
Namun, harapan pernikahan itu kandas di tengah jalan karena penolakan calon ibu mertua Aruni setelah mengetahui usia Aruni. Dia khawatir akan momongan.
Patah hati, Aruni membuatnya menenangkan diri ke rumah tantenya di Jakarta. Di kereta, takdir mempertemukannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal.
Apakah yang terjadi selanjunya?
Baca kisah ini sampai selesai ya untuk tau perjalanan kisah Aruni menemukan jodohnya.
Checkidot.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah beberapa hari menikmati masa bulan madu singkat di rumah utama keluarga Rico, Aruni memutuskan untuk kembali bekerja. Ia merasa sudah cukup beristirahat dan ingin kembali pada rutinitasnya sebagai seorang guru. Meski Rico dan mama Amanda sempat menyarankan untuk beristirahat lebih lama, Aruni bersikeras. Ia tidak ingin terlalu lama meninggalkan murid-muridnya.
Pagi itu, Aruni bersiap dengan semangat baru. Rico mengantarnya ke sekolah tempat ia mengajar sekalian dia berangkat kerja. Sepanjang perjalanan, Rico tak henti mengingatkan Aruni untuk tidak terlalu lelah dan segera memberitahunya jika ada masalah di tempat kerjanya.
"Nanti aku jemput ya, Sayang," kata Rico, mengecup kening Aruni sebelum ia turun dari mobil.
Aruni tersenyum. "Iya, Mas. Hati-hati di jalan."
Lambaian tangan Aruni mengantarkan Rico pergi ke perusahaan. Sedangkan dia masuk kedalam sekolah.
Saat Aruni memasuki ruang guru, suasana mendadak hening. Semua mata tertuju padanya. Aruni merasa sedikit canggung. Tak lama kemudian, senyum lebar terukir di wajah rekan-rekannya, yang langsung menghampiri dan memeluknya erat.
"Bu Aruni! Selamat ya! Aku ikut bahagia sekali untukmu!" seru Ina, suaranya riang. "Akhirnya kamu menikah juga,"
Ucapan Ina memecah keheningan. Rekan-rekan guru lainnya segera mengerubungi Aruni, mengucapkan selamat dan bertanya-tanya tentang pernikahannya yang mendadak.
"Aruni, kami kaget sekali lho dengar kabarmu menikah mendadak," kata Bu Santi, salah satu guru senior. "Tapi selamat ya, Nak. Semoga sakinah mawaddah warahmah."
"Iya, Aruni. Kami semua ikut senang. Rico itu yang waktu itu jemput kamu di sekolah kan?" tanya Pak Budi, guru olahraga.
Aruni tersenyum dan mengangguk. "Iya, Bapak Ibu. Terima kasih banyak atas doa dan ucapan selamatnya."
Ia menceritakan sedikit tentang bagaimana lamaran itu berubah menjadi pernikahan dadakan, membuat rekan-rekannya tercengang sekaligus kagum. Mereka semua bisa melihat kebahagiaan yang terpancar jelas dari wajah Aruni.
"Pantas saja tidak ada undangan. Ternyata langsung dinikahkan di desa ya," celetuk Bu Nur, guru Agama.
Aruni hanya tersenyum menanggapi. Dia sudah siap dengan reaksi dan pertanyaan semacam itu. Yang penting baginya adalah dukungan dari orang-orang terdekatnya.
Sepanjang hari itu, Aruni mengajar dengan semangat yang berbeda. Murid-muridnya juga terlihat antusias menyambutnya kembali. Beberapa murid bahkan bertanya, "Ibu guru sudah menikah ya? Kok cantik sekali sekarang?" membuat Aruni tersipu malu.
Pulang sekolah, Rico sudah menunggu di gerbang. Kehadirannya yang selalu tepat waktu dan perhatiannya yang tiada henti membuat Aruni merasa sangat beruntung. Ia menyadari bahwa menikah dengan Rico adalah keputusan terbaik dalam hidupnya. Ternyata Tuhan mengirimkan pria terbaik dalam hidupnya setelah penantian lama.
Minggu-minggu berlalu dengan cepat. Aruni menjalani rutinitas barunya sebagai istri Rico, sambil tetap bekerja sebagai guru. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan di rumah utama keluarga Rico. Amanda juga melarang keras Rico dan Aruni pindah ke apartemen. Karena rumah besar itu akan sepi tanpa mereka berdua.
Dan dengan kesepakan bersama akhirnya Aruni dan Rico tetap tinggal di rumah utama dan hanya akan sesekali pergi ke apartemen jika mereka ingin me time.
Hubungannya dengan Amanda dan Ryu semakin dekat. Amanda sering mengajak Aruni berbelanja, memasak bersama, atau sekadar mengobrol santai di taman. Ryu juga sering menanyakan kabar Aruni dan memberikan nasihat-nasihat bijak.
Aruni seolah mendapatkan pengganti kedua orang tuanya di rumah baru.
Aruni juga mulai mengenal lebih banyak tentang bisnis keluarga Rico, meskipun ia tidak ikut campur secara langsung. Ia melihat bagaimana Rico bekerja keras, menunjukkan dedikasi dan profesionalisme yang tinggi. Hal itu semakin membuat Aruni mengaguminya.
"Kamu tidak pernah capek ya, Rico?" tanya Aruni suatu malam, saat Rico baru pulang kerja larut malam.
Rico tersenyum, memeluk Aruni. "Capek itu pasti, Sayang. Tapi melihat senyummu, semua capekku hilang."
Aruni semakin belajar tentang dunia Rico yang serba cepat dan modern, namun ia juga tetap menjaga nilai-nilai kesederhanaan yang diajarkan orang tuanya di desa. Ia sering memasak hidangan kampung untuk Rico dan keluarganya, yang selalu disambut dengan antusias.
Aruni merasa nyaman dan bahagia. Ia tidak lagi merasa canggung atau minder dengan status sosial Rico. Ia telah menemukan tempatnya di keluarga ini.
Beberapa waktu berlalu, dan tiba saatnya Amanda mulai secara serius mempersiapkan pesta resepsi pernikahan Rico dan Aruni. Ia memanggil wedding organizer ternama, mengadakan rapat-rapat rutin di rumah, dan melibatkan Aruni dalam setiap keputusan.
"Aruni, bagaimana menurutmu dengan tema warna ini?" tanya Amanda, menunjukkan beberapa contoh palet warna. "Mama ingin yang elegan, tapi tetap mencerminkan kebahagiaan kalian berdua."
Aruni, yang tadinya menyerahkan semua keputusan pada mama Amanda, kini mulai ikut berpartisipasi aktif. Ia memiliki ide-ide sendiri, meskipun seringkali disesuaikan dengan skala dan kemewahan yang diinginkan Amanda.
“l"Aku suka warna soft pink dan gold, Mama. Terlihat romantis," saran Aruni.
"Ide bagus! Mama juga suka itu," kata Amanda, mencatat dalam buku kecil yang nantinya akan diberikan kepada EO.
Bersamaan dengan kesibukan persiapan resepsi, kabar baik lainnya datang buku nikah mereka berdua akhirnya terbit dari Kantor Urusan Agama. Proses pengurusan yang sedikit tertunda karena pernikahan dadakan di desa, kini telah selesai. Rico membawa buku nikah itu pulang dengan wajah sumringah.
'Lihat, Sayang! Akhirnya resmi di mata negara dan agama!" kata Rico, menyerahkan buku nikah itu pada Aruni.
Aruni memegang buku nikah itu, matanya berkaca-kaca. Ini adalah bukti legalitas cinta mereka, sebuah ikatan yang kini sah di mata hukum. Rasa haru dan bahagia kembali membanjiri hatinya.
"Alhamdulillah," bisik Aruni. "Terima kasih, Mas,"
Dengan adanya buku nikah, persiapan resepsi semakin digencarkan. Daftar tamu terus bertambah, vendor-vendor terbaik dihubungi, dan detail-detail kecil diperhatikan dengan seksama. Amanda ingin memastikan bahwa resepsi putranya ini akan menjadi acara yang tak terlupakan.
Aruni, meski sibuk dengan pekerjaannya sebagai guru, selalu meluangkan waktu untuk ikut serta dalam persiapan. Ia belajar banyak hal baru, mulai dari pemilihan gaun pengantin, desain undangan, hingga pengaturan meja. Ia merasa beruntung memiliki mama Amanda yang sangat suportif dan berpengalaman.
Di tengah kesibukan itu, Aruni dan Rico selalu menyempatkan diri untuk berdua. Mereka tahu, di balik semua kemewahan dan persiapan ini, yang terpenting adalah cinta dan komitmen mereka berdua.
"Aku tidak tau apakah aku bisa berdiri di depan banyak orang nanti sebagai istrimu. " ucap Aruni Lirih di suatu malam.
"Kamu pasti bisa, karena aku akan selalu bersda di sampingmu untuk melindungimu. "
Aruni terharu mendengar ucapan Rico. Pria itu akan selalu menjaganya dan berdiri di garda terdeoan untuk melindunginya.
Resepsi ini bukan hanya perayaan bagi keluarga besar mereka, tetapi juga penanda resmi perjalanan mereka sebagai suami istri di mata masyarakat. Mereka siap untuk menghadapi semua, bersama-sama.