NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 06 - Kartu Sakti Titipan

Mendengar hal itu, terlebih dari seorang dokter sekaligus teman masa kecilnya, Nadine memiliih nurut dan tak mau menyanggah banyak hal. Ia mengetahui sejak dulu, bahwa Hans selalu memiliki niat baik terhadapnya.

Namun, Nadine masih tetap merasa enggan menerima bantuan tersebut. Hans sudah rela malu dan menolongnya saat di ruang UGD. Wanita itu tidak ingin menambah bebannya lagi dengan menanggung semua biaya perawatan dan pengobatan.

"Sekali lagi, aku mohon maaf. Aku nggak bisa nerima bantuan sebesar itu, Hans. Aku akan coba bayar sendiri," jawab Nadine, meskipun dalam hatinya, sebenarnya ia sangat ragu dengan nominal dan kondisi finansialnya.

Hans menggelengkan kepala pelan. Dokter tampan itu masih tetap bersikeras dengan keputusannya.

"Jangan bersikap keras kepala di saat seperti ini, Nad Aku tahu kondisi keuanganmu. Aku tahu kamu masih belum dianggap keluarga oleh mereka, kan?" ucapan Hans, membuat Nadine kaget.

"Kamu tahu dari mana? Jangan-jangan.... kamu menyuruh orang untuk memata-mataiku, ya?" tanya Nadine ketakutan.

"Nggak sama sekali kok, Nad. Aku bisa menebak cukup dari melihat penampilan dan baju sederhana yang kamu kenakan saat datang ke rumah sakit ini. Apalagi yang mengantar cuma asisten, bukan pihak keluarga langsung!"

"Jadi.... kurang lebih aku tau nominal keuanganmu. Itu pun jika Arka tidak ikut campur, ya." ucapnya dengan percaya diri.

Sebelum Nadine merespon, dokter Hans langsung menambahkan lagi

"Nad, ini tentang kesehatanmu, bukan masalah uang. Tolong, kamu harus pikirkan kembali. Yah?" ujarnya lagi, memberikan penawaran kepada Nadine agar mau menerima bantuan tulusnya.

Nadine memandang Hans tanpa keraguan sedikitpun, melihat kesungguhan dalam tatapan sosok dokter muda itu.

"Nggak, Hans. Aku nggak mau berhutang lebih banyak padamu. Aku takut nggak bisa mengganti setiap kebaikanmu." lirih Nadine.

"Kamu nggak harus menganggap semua kebaikan orang sebagai hutang, Nad. Aku tulus ingin membantumu. Aku hanya... ingin kamu bahagia, tersenyum dan jangan tersakiti seperti sekarang ini." jawab Hans dengan mata berbinar.

Nadine semakin bingung dibuat keadaan. Di satu sisi, ia tak tega menolak kebaikan Hans yang begitu tulus. Di sisi lain, ia masih sekuat tenaga menjaga cinta itu untuk Arka.

Walau bagaimanapun, tawaran Hans barusan, kebaikannya seperti celah yang akan menembus hati Nadine dengan lembut.

Nadine tidak mau hal itu terjadi. Ia tak ingin mengkhianati Arka, seseorang yang juga mencintainya dengan tulus dan menjaga kehormatan dirinya di depan Miranda.

Di saat percakapan tegang antara Nadine dan Hans, pintu kamar terbuka. Bu Minah menerobos masuk dengan langkah cepat dan wajah serius.

"Nyonya Nadine, saya akan mengurus seluruh biaya rumah sakit Anda. Kartu sakti titipan Pak Arka akan saya gunakan sekarang juga!" katanya penuh percaya diri.

Hans langsung menoleh ke arah wanita paruh baya itu, ia menatapnya dengan ekspresi dingin dan sedikit kesal.

"Kartu sakti? Maksudnya?" tanyanya dengan nada yang terdengar skeptis.

"Ya, kartu ini bisa digunakan untuk meng-cover semua biaya rawat inap Nyonya Nadine beserta biaya pengobatannya," jelas Bu Minah dengan bangga dan wajah sedikit mendongak ke atas.

"Tuh kamu dengar, kan? Aku bukannya menolak kebaikanmu, Hans. Tapi, aku masih punya suami yang menjagaku dimanapun dan kapanpun melalui asisten kepercayaannya, Bu Minah." ucap Nadine, menolak dengan halus tawaran Hans.

Menatap kartu yang dipamerkan Bu Minah, Hans masih merasa curiga, tetapi ia tidak ingin memperdebatkan hal itu di hadpaan Nadine yang masih lemah.

Prioritasnya masih sama, kondisi dan pemulihan Nadine.

"Baiklah, kalau memang begitu, silakan segera diurus pembayaran di bagian administrasi," katanya menyuruh Bu Minah untuk sigap.

Asisten kepercayaan Arka itu pun segera melangkah keluar dengan kepala tegak dan mendongak, merasa seolah sudah menjalankan tugasnya dengan baik dan memamerkan betapa kuatnya finansial sang majikan melalui kartu itu.

Nadine menatap Hans, masih tidak enak dengan kebaikan yang ditawarkan Hans, dan ditolak begitu saja.

"Aku benar-benar nggak mau merepotkan siapapun, Hans. Termasuk dirimu." gumamnya pelan dan lembut.

Hans paham sekali watak Nadine yang seperti itu sejak kecil. Ia cuma ersenyum kecil, menepuk bahu Nadine dengan lembut.

"Kamu nggak berubah, ya? Masih seperti Nadine yang kukenal dulu. Dengar! Kamu nggak merepotkan siapapun, Nad. Kamu berhak kok, untuk mendapatkan perawatan terbaik. Sangat pantas malah. Tapi, lain kali, kalau ada kebaikan datang, jangan langsung ditolak ya." ujarnya, masih berharap ingin membantu Nadine, walaupun harapan itu sia-sia oleh keuangan Arka.

Sementara itu, di bagian administrasi rumah sakit, Bu Minah sedang berdiri dengan percaya diri tinggi di hadapan petugas kasir. Lalu ia menyerahkan kartu sakti titipan Arka dengan ekspresi puas dan bergaya sombong.

"Silakan sus, gunakan kartu ini untuk pembayaran semua biaya perawatan, rawat inap, maupun pengobatan Nyonya Nadine!" katanya dengan nada tinggi dan terdengar belagu.

Petugas administrasi kemudian mengambil kartu sakti itu, memasukkannya ke dalam sistem pembayaran. Beberapa detik kemudian, ekspresi petugas itu berubah menjadi canggung dan kebingungan.

"Mohon maaf, Bu. Tetapi kartu ini tidak bisa kami akses. Berkali-kali saya coba, pembayaran selalu tertolak. Mungkin diblokir atau tidak memiliki saldo sama sekali di dalamnya." ujar petugas itu dengan nada hati-hati.

Bu Minah terperanjat kaget. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan petugas administrasi barusan.

"Itu tidak mungkin, sus! Coba dicek ulang. Periksa sekali lagi!" serunya dengan wajah panik, pipinya memerah padam karena menahan malu.

Petugas administrasi kembali memeriksa sistem dan memberikan jawaban yang sama.

"Kartu selalu menolak sistem kami, Bu. Kami tidak bisa menggunakannya untuk pembayaran," jelasnya singkat dan tegas.

Beberapa pasien yang sedang mengantre mulai berbisik-bisik dan menggunjing Bu Minah, membuat asisten Arka itu semakin merasa malu.

Ia buru-buru meraih kartu itu kembali dengan wajah songong. Dengan langkah tergesa, Bu Minah kembali ke kamar Nadine, hatinya dipenuhi rasa cemas dan takut. Terbukti dari keringatnya yang mulai bercucuran.

Ketika Bu Minah masuk ke kamar dengan wajah panik, Hans sudah berdiri menunggunya dengan tangan terlipat di dada. "Bagaimana? Apakah seluruh biaya perawatan untuk Nadine telah selesai? Apa kartu sakti titipan si Arka itu benar-benar berfungsi?" tanyanya dengan nada sinis.

Bu Minah menghindari lirikan sinis dari Hans. Ia tahu bahwa telah dipermalukan sejadi-jadinya oleh kenyataan.

Nadine menatap asistennya dengan ekspresi bingung. Ia merasa ada yang tidak beres. "Bu Minah, kenapa? Kok wajah ibu keliatan ketakutan dan tegang begitu? Pembayarannya lancar, kan?" tanyanya khawatir sambil memastikan.

Bu Minah menghela napas panjang, sebelum akhirnya mengakui kebenaran yang terjadi.

"Kartu itu... selalu menolak pembayaran dari sistem rumah sakit ini dan tidak memiliki saldo, Nyonya. Saya benar-benar nggak tahu. Mohon maaf!" ujarnya dengan suara pelan.

"Terus, gimana pembayarannya?" tanya lagi Nadine.

"Gagal total, Nyonya."

Nadine menutup mata, sekujur tubuhnya lemas kembali. Ia mulai lelah dengan semua keadaan ini.

Hans menggelengkan kepala sambil melihat ke arah Bu Minah,

"Bu, anda masih percaya dengan Arka?" tanyanya dengan sinis.

"Aku curiga sejak awal pernikahanmu, Nad. Pasti Arka hanya ingin mempermainkanmu saja. Ia hanya ingin terlihat baik dalam status sosialnya, dengan menikahi gadis sederhana sepertimu!" ucap Hans diselingi amarah.

Bersambung.....

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!