"Raja iblis akan mati jika jantungnya ditusuk oleh anak yang lahir di bulan merah!"
Sebagai sword master, Arnette Bavaria bertanggung jawab atas invasi iblis menyerupai monster yang akan menghancurkan wilayahnya.
Arnette melakukan perjalanan lintas waktu untuk mencari anak yang lahir di bulan merah itu dan bertemulah dia dengan sosok Agam yang ternyata mempunyai stigma iblis.
"Aku membutuhkan anak yang suci," ucap Arnette.
"Tapi, aku masih suci dan perjaka," balas Agam.
"Bukan itu, aku menginginkan anak darimu jadi mari kita membuatnya!" ajak Arnette yang membuat Agam tidak percaya.
"Aku masih sekolah dan membuat anak harus dilakukan setelah menikah," tolak Agam.
"Kalau begitu, ayo menikah!" ajak Arnette lagi.
Agam semakin tidak percaya, dia harus mengajukan syarat supaya Arnette berhenti mengganggunya.
"Aku mau menikah asal kau bisa memberiku 400 anak sapi, 900 kambing, 100 uang perak, 300 lembar kain sutra, dan 2 kotak harta karun!" tegas Agam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRM BAB 9 - Peringatan Keras
Ara tengah memeriksakan kandungannya, perkiraan dua minggu lagi dia akan melahirkan.
Rencananya Ara akan melahirkan di kampung karena rindu suasana desa Suka Maju. Lagipula anak pertamanya Kaizen belum sekolah karena usianya belum genap tiga tahun. Jadi, Ara ingin fokus pada kelahiran anak keduanya.
"Yank..." Zester yang baru sampai di rumah sakit segera menyusul istrinya.
Lelaki itu duduk di samping Ara yang menunggu resep vitamin yang ditebus.
"Maaf aku terlambat," ucap Zester seraya mengusap perut istrinya.
"Tidak apa, bayi kita sehat dan kita tinggal menunggunya untuk siap dilahirkan," balas Ara.
"Apa kau yakin akan melahirkan di kampung?" tanya Zester. Berulang kali lelaki itu menanyakan hal ini.
"Aku lelah dengan rutinitas orang kaya jadi aku ingin menjadi wanita biasa dulu," balas Ara memberi alasan.
Walaupun kurang setuju, Zester tetap mengabulkan permintaan istrinya, dia tidak boleh egois, kebahagiaan istrinya adalah segalanya.
Setelah vitamin sudah diambil, mereka pergi ke mansion keluarga Zester karena anak pertama mereka ada di sana.
Ketika dalam perjalanan, ponsel Ara terus berdering sepertinya ada panggilan penting.
"Siapa, Yank?" tanya Zester.
"Ibu, mungkin mau bertanya tentang kehamilanku," sahut Ara seraya melihat layar ponselnya. Dia segera menggeser tombol hijau.
Namun, perkiraan Ara salah karena Megan terdengar menangis.
"Ada apa, Bu?" tanya Ara cemas.
"Adikmu..." Megan tidak sanggup memberitahu kabar mengejutkan mengenai Agam.
"Adik kenapa?" Ara jadi tambah gelisah.
"Agam menikah hari ini, sekarang dikurung istrinya di kamar," jelas Megan.
Mulut Ara seperti terkunci karena saking kagetnya.
Zester yang penasaran merebut ponsel istrinya, dia takut terjadi sesuatu di kampung apalagi sebelumnya Theo menanyakan pasal sapi dan kambing.
"Apa panen padinya gagal karena dimakan sapi dan kambing?" tanya Zester.
Belum mendapat jawaban, panggilan sudah terputus.
"Ada apa sebenarnya?" Zester menoleh ke arah istrinya yang masih syok.
"Kata ibu, Agam hari ini menikah," jawab Ara kemudian.
"Adik ipar menikah? Bukankah dia masih sekolah? Apa ayah mertua mengizinkan? Ini tidak adil, Yank," Zester langsung protes. Dia masih mengingat jelas bagaimana perjuangannya mendapatkan Ara, penuh dengan rintangan dan penantian.
Di sisi lain, pasangan yang baru saja menikah secara rahasia berada di kamar sang mempelai laki-laki.
Satu jam sebelumnya, mereka melakukan pernikahan secara tertutup dan setelah acara itu selesai, Arnette bergegas mengurung Agam di kamarnya.
"Sekarang, ayo kita membuat anak!" ajak Arnette.
Sebenarnya baru pertama kalinya, Arnette akan memperlihatkan tubuh polosnya pada lawan jenis tapi dia berusaha membuang rasa malunya.
"Tu.. tunggu!" cegah Agam. Dia benar-benar belum siap.
"Bukankah kau mau membuat anak setelah menikah? Sekarang apa lagi?" tanya Arnette gusar.
"Aku bahkan sudah merubah penampilanku supaya kau tidak takut!"
"Ini terlalu cepat," Agam masih berusaha menolak.
Arnette menghela nafasnya, dia mengurungkan niatnya membuka baju. Dia akan memberi waktu Agam supaya mempersiapkan diri.
"Kalau begitu, aku akan pergi sebentar. Nanti malam aku akan kembali, awas saja kalau kau terus menolak!" Arnette kembali mengancam.
Ketika Arnette menutup pintu kamar, Agam bisa bernafas lega. Dia tidak percaya sudah menjadi seorang suami.
Sayup-sayup Agam mendengar suara tangisan, dia pun segera membuka jendela kamarnya.
"Tini?" panggil Agam karena mengenal suara tangisan itu. "Kau ke mana saja?"
Tini patah hati karena ditinggal bestienya menikah.
"Nanti malam jangan menangis, ya. Karena aku harus membuat anak dengan istriku. Kalau kau menangis, aku tidak bisa berkonsentrasi!" Agam memberi peringatan keras pada kunti itu.
isinya keren dan ngakak abis/Joyful//Joyful//Joyful//Drool//Drool//Drool/
Agam pasti mikir 400 sapi aja sangat mahal
ditambah laimya
/Facepalm//Facepalm/
yg cewek cantiikk pisan